" Daffa, apa kamu baik-baik saja?" Tanya Mama sambil membantu Daffa bangun.
Daffa tidak menjawab, pandangan nya justru melihat ke arah Aini yang masih merasa mual.
" Aini.."
" Ah iya. Cepat bawa istri kamu ke kamar. Sepertinya dia butuh istirahat." Pekik Mama sambil tersenyum.
Dengan langkah gontai Daffa mengajak Aini untuk masuk ke dalam kamar.
Sesampainya di kamar, aroma pengharum ruangan yang di hembuskan AC membuat saya mual Aini berangsur membaik.
Dia memutuskan untuk berbaring sebentar. Sementara Daffa masih berdiri mematung di depan pintu kamar.
" Suami?"
" Ya?"
" Kenapa kau berdiri disana?" Tanya Aini.
" Aku tidak tahu." Ucap Daffa yang sudah seperti orang pikun.
" Kemari lah. Ayo."
Senyuman Aini seperti magnet yang menarik langkah kaki Daffa untuk berjalan dan mendekati nya.
Sekarang Daffa duduk di samping Aini.
" Katakan padaku bagaimana caranya kamu bisa hamil dalam waktu semalam?" Tanya Daffa
" Huft, aku rasa seluruh keluargamu sudah salah paham."
'
" Aku pikir juga begitu, tapi tadi kamu mual-mual sehingga kemungkinan besar jika gejala yang kamu alami itu adalah gejala kehamilan."
" Tidak bukan itu, aku mulai karena aku sangat tidak tahan dengan aroma durian."
" Kau yakin?"
" Ya.., bahkan aku akan mengalami sakit perut ketika memakannya."
" Apa istilahnya yaa.. Mabuk durian."
" Jadi apa kamu akan hilang ingatan saat makan durian?" Tanya Daffa .
" Mode konslet menyala." Lirih Aini.
" Jangan mengumpat, aku mendengar nya."
Aini langsung tersenyum pada Daffa.
" Jadi begini suami. Dari dulu aku memang tidak bisa makan durian. Pernah sih coba makan. Tapi tiba-tiba perutku terasa panas dan akhirnya aku demam."
" Begitu..."
" Ya. Jangan kan untuk memakan isinya. Mencium aromanya saja sudah membuatku merasa pening."
" Ya Tuhan, kenapa kamu tidak memberi tahu aku tentang hal ini?"
" Ya aku mana tahu jika seluruh keluarga mu akan pesta durian."
" Hmm, benar juga. Seharusnya aku bertanya pada keluarga ku sedang apa mereka dan bertanya tentang segala sesuatu yang membuatmu merasa mual "
" Lalu apa yang akan kamu lakukan untuk memperbaiki keadaan apakah kamu akan pergi ke dunia Doraemon dan meminjam pintu ajaibnya?"
" Wah ide kamu sangat bagus. Kira kira dimana dunia Doraemon itu" Tanya Daffa.
" Di dunia imajinasi...." Ucap Aini sambil memainkan tangan nya sehingga butiran pelangi jatuh di atas Daffa .
" Aini dengar, kita sudah membuat kekacauan."
" Kekacauan?" Aini mengkerutkan dahinya. Lalu dia teringat jika semuanya menganggap bahwa Aini sedang hamil.
" Tidak apa apa." Ucap Aini kemudian.
" Tidak apa apanya?. Mereka semua mengira kamu hamil lo. Kamu tidak keberatan?"
" Kenapa harus keberatan Bukankah aku memiliki suami dan wajah saja jika semua orang menganggap aku hamil kan aku ada suaminya."
" Kecuali Aku tanpa Suami dan mereka semua menganggapku hamil itu akan menjadi sebuah aib yang sangat besar."
" Iya tapi kan aku gak pernah ngapa ngapain kamu. Masak iya aku hamil."
" Tapi semalam kita kan tidur bareng." Ucap Aini yang langsung membuat Daffa mengingat kejadian di mana Aini memeluknya dan bermain dengan sang garuda sehingga membuat sang garuda itu terbangun.
Tanpa sadar, Daffa tersenyum dan memegangi bagian bawahnya.
" Suami mau pipis?" Tanya Aini saat matanya mengikuti gerakan Daffa yang memegang bagian tangannya.
" Tidak."
" Itu kenapa ***** nya di pegang?. Apa sudah ngompol?" Tanya Aini.
" Ngawor aja kamu. Sudah intinya begini. Bagaimana bisa kamu merelakan jika semua keluarga aku menganggap bahwa kamu hamil."
" Ya Bukankah itu sebuah kabar yang menggembirakan jadi rahasiamu akan tetap aman selamanya.".
"Maksud mu rahasia bahwa diriku homo?"
Daffa mendapat jawaban anggukan kepala dari Aini.
" Aini dengar, aku bukan homo. Aku hanya tidak bisa membangunkan em em."
" Em em apa?"
" Email, Embek?"
" Em em itu...." Daffa mencoba memainkan mata nya.
" Ah ya sudahlah. Lupakan. Intinya adalah aku tidak homo. Aku pria normal. Ah tidak sebenarnya hampir menjadi pria normal."
" Jadi sekarang kamu masih menjadi pria up normal?" Tanya Aini yang membuat Daffa menepuk dahinya sendiri.
" Terserah kau saja."
Aini terdiam, dia menggaruk garuk kepalanya dan masih mencoba untuk mencerna kata yang baru saja diucapkan oleh Daffa.
" Aini..."
" Ya?"
" Kita sudah membohongi seluruh anggota keluarga jika kita tidak menjelaskan kepada mereka yang terjadi sebenarnya kepadamu."
" Kenapa?"
" Aku tidak ingin mereka terlalu berharap kepadamu. Dan aku juga tidak ingin kamu terluka bahwa kamu harus mengemban beban karena aku." Ucap Daffa.
" Beban apa?"
" Kamu tidak keberatan jika seluruh keluargaku menganggap kamu hamil. Tapi kenyataannya sekarang adalah kamu tidak pernah hamil kan."
" Kalau begitu kenapa kamu tidak membuatku hamil saja?"
" Apa?"
" Ayo kita lakukan sesuatu yang membuatku hamil. Jadi seluruh keluarga mu akan benar benar bahagia."
Daffa menepuk dahinya dan berjalan meninggalkan Aini menunju kamar mandi.
Di dalam kamar mandi, Daffa berada di bawah guyuran air shower. Dia membasuh tubuhnya dan memegangi sang pusaka.
" Kapan kau akan melakukan tugasmu sebagai seorang suami?"
" Aini adalah wanita yang sangat baik. Aku berbohong jika aku tidak menginginkan nya. Tapi apalah dayaku. Aku masih harus merelakan kenyataan bahwa istri ku masih bersegel."
Setelah merasa cukup tenang, Daffa keluar dari kamar mandi dan matanya mencoba mencari keberadaan Aini.
" Kemana Aini?"
Tak lama kemudian, Aini masuk ke dalam kamar.
" Aini, kamu dari mana?"
" Setelah aku berpikir keras tentang perkataanmu, aku jadi mengerti kenapa kamu tidak menginginkan keluargamu mengetahui bahwa sebenarnya aku hamil. Jadi aku turun ke bawah dan menjelaskan tentang keadaanku yang sebenarnya." Ucap Aini sambil tersenyum.
" Maafkan aku, mungkin sampai saat ini aku masih belum bisa menjadi suami yang pantas disebut sebagai suami."
Daffa berjalan mendekati Aini,
" Beri aku waktu untuk menjalankan kewajibanku sebagai seorang Suami."
" Apa itu artinya kamu tidak akan mengajari aku selingkuh jika kamu akan menjalankan kewajiban sebagai seorang suami kepadaku?" Tanya Aini.
" Ya, aku pasti akan mengajarimu cara berselingkuh. Tapi kamu hanya akan selingkuh dengan ku."
" Huuu..."
Daffa tersenyum melihat ekspresi yang ditunjukkan Aini, dengan gerakan refleks dia menarik tangan Aini dan memeluknya.
" Maafkan aku. Aku berjanji akan segera menunaikan kewajibanku sebagai seorang suami dan akan membuatmu hamil."
Aini sedikit terkejut karena ini adalah kali pertamanya mereka bersentuhan secara full body.
Aini tersenyum dan membalas pelukan suaminya.
" Ternyata di peluk itu rasanya nikmat yaa..., aku menyukainya." Pekik Aini
Daffa yang merasakan ada buah kenyal menempel di dadanya tiba-tiba merasakan bahwa tanda-tanda kehidupan dari Sang Garuda mulai terlihat.
" Suami apa kamu merasakan nya?"
" Merasakan apa?" tanya Daffa yang memejamkan mata dan tanpa sadar mengingat adegan di mana Aini *******-***** miliknya.
" Ada sesuatu di bawah yang terasa menusukku."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments