" Suami apa kamu merasakan nya?"
" Merasakan apa?" tanya Daffa yang memejamkan mata dan tanpa sadar mengingat adegan di mana Aini *******-***** miliknya.
" Ada sesuatu di bawah yang terasa menusukku."
" Dibawah mana?" tanya Daffa yang masih belum menyadari jika miliknya sudah sangat menonjol.
" Suami ada sesuatu dari dirimu yang menusuk diriku."
" Ha?"....
Daffa yang tersadar langsung melepaskan diri dari Aini dan bergegas ke kamar mandi.
Di dalam kamar mandi...
" Haaah, sebenernya apa mau mu?. Kenapa kamu selalu saja hidup saat di sentuh Aini dan kembali mati saat ku pegang." Ucap Daffa sambil memegangi miliknya yang kembali tertidur.
Daffa memejamkan matanya kemudian dia mengingat tentang saran yang diberikan Ken dan juga dokter R.
" Haruskah aku terapi kejiwaan dengan Aini?"
" Ah tidak tidak. Aku pasti tidak akan terlihat keren lagi jika aku mengatakan yang sebenarnya kepada Aini." Pekik Daffa.
Tok
Tok
Tok
Saat Daffa masih berperang dengan pikirannya sendiri. Dia mendengar suara ketukan pintu.
" Suami apa kamu baik baik saja?. Apa yang menonjol tadi?" Suara Aini dari luar.
" Iya, aku baik baik saja. Tunggu sebentar lagi aku akan keluar."
Aku pria tampan kan...
Aku yang terkeren...
Aku paling fenomenal..
Setelah menghafalkan mantra, Daffa bergegas keluar dari kamar mandi. Dan sungguh jantung Daffa akan lari saat melihat Aini ada persis di depan pintu.
" Astaghfirullah..."
" Kenapa terkejut?" Tanya Aini.
" Ya kamu kenapa ada di sini?" Tanya Daffa.
" Aku?, tentu saja penasaran apa tadi yang menusuk diriku."
" Kamu tidak perlu tahu, jika kamu tahu akan sangat berbahaya."
" Apa akan meledak?"
" Ya."
" Apa dalam diri Suami ada semacam bom waktu?" Tanya Aini sambil berjalan mundur karena Daffa terus berjalan maju.
" Ya, dan jika saatnya sudah tiba. Bom itu akan meledak dalam dirimu dan akan membuat mu mengalami gejala perut membesar dalam periode waktu 9 bulan."
" Aaa..."
Brak!!
Aini terjatuh di atas tempat tidur dengan Daffa berada di atasnya.
" Kenapa kamu berteriak?"
" A...aku belum siap jika harus menjadi penadah bom waktu dalam dirimu."
" Kenapa?"
" Karena suami belum mengajari aku selingkuh kan?"
Daffa memejamkan mata sambil menyingkir dari Aini.
" Kenapa yang ada dalam pikiranmu hanya selingkuh?. Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku tidak akan mengajari kamu selingkuh kecuali kamu akan selingkuh dengan ku." Pekik Daffa.
Aini terdiam.
" Sudahlah, sebaiknya kita beristirahat. Besok aku harus kembali ke kota. Kamu boleh tinggal disini selama beberapa hari. Setelah itu kamu boleh menghubungi aku dan aku akan menjemputmu."
" Kenapa aku merasa seolah-olah kamu sedang mencoba menyingkirkan aku?" Ucap Aini sambil berjalan mendekati Daffa.
" Ya Tuhan, kenapa aku harus menyingkirkan kamu?"
" Ah aku tahu, kamu pasti sengaja mengizinkan aku untuk tetap di sini sementara kamu kembali ke kota agar kamu bisa leluasa bermain dengan sekretaris Ken?"
" Bermain apa?"
" Main kodok kodok.an kan?"
Daffa menepuk dahinya sendiri dan berbalik badan.
" Hauuuu..., kenapa kamu selalu ada disaat yang tiba-tiba sih?" Keluh Daffa saat melihat Aini ada tepat di hadapannya lagi.
" Lah, kan aku sedang berbicara. Tentu saja aku akan mendekati suami. Apa suami tidak suka jika aku dekati?"
" Suka."
" Apa, jadi kamu menyukai aku?" Tanya Aini dengan mata berkaca-kaca.
Daffa memegangi jantungnya.
Sepertinya setelah ini aku harus segera memeriksakan jantung ku.
...----------------...
" Kak Yuli, Tuan donasi itu datang lagi." Pekik salah satu pengurus panti asuhan kepada Yuli. Kakak Aini.
Apa sebaiknya aku memberitahu kepada Ibu bahwa orang itu sebenarnya orang yang dulu meminta Aini untuk menunggunya Karena orang itu berniat menikahi Aini.
" Mbak.. Mbak Yuli.."
" Eh iya maaf, tadi bilang apa?"
" Itu didepan ada Tuan donasi. Sepertinya beliau mencari Aini."
" Ya sudah aku akan kedepan untuk menemui nya. Tolong kamu lanjutkan merekap data anak anak yang baru di panti asuhan ini yaa.."
" Baik mbak."
Yuli kemudian segera berjalan dan menemui pria yang sebenarnya datang bukan untuk mengunjungi anak anak panti. Melainkan untuk menemui Aini.
Yuli menghela nafas panjang, sepertinya dia akan memberitahukan bahwa sebenarnya Aini sudah menikah.
Karena walau bagaimanapun juga pria ini berhak tahu bahwa sekarang Aini bukanlah seorang wanita lajang. Dan Aini sudah tidak lagi tinggal di sini karena Yuli juga tidak ingin pria itu terlalu berharap besar.
" Assalamualaikum.." Sapa Yuli.
" Walaikumsalam eh mbak Yuli saya kira Aini."
Yuli tersenyum lalu meminta pria tampan tinggi itu untuk duduk.
" Ayo duduk, ada yang ingin Mbak katakan soal Aini."
" Ada apa mbak?" Tanya pria itu ketika mereka sudah duduk berhadapan.
" Aini sudah tidak tinggal di sini lagi. Dia tinggal di kota."
" Di kota?. Tapi kenapa?"
" Karena Aini sudah...."
" Mbak Yuli.... Mbak Yuli...."
Belum sempat Yuli memberitahu kebenaran tentang Aini kepada pria itu, orang yang biasa bertugas memasak di rumahnya memanggil-manggil dirinya sambil berlari tergesa-gesa.
" Mbak Yuli.... Mbak Yuli.. Ibu.. Ibu..."
" Retno, tenang. Istighfar dulu.. Ambil nafas dulu. Tenangkan diri lalu bicara." Ucap Yuli.
Retno melakukan apa yang baru saja diperintahkan oleh Yuli dan setelah Retno tenang..
" Mbak Yuli, Ibu tiba-tiba jatuh pingsan. Padahal sebelumnya kita sedang bercanda tawa."
" Astaghfirullah... Lalu dimana Ibu sekarang?"
" Ibu dalam perjalanan ke Klinik Mbak sama Mas Akbar."
Akbar adalah Suami Yuli.
" Ya Allah, kenapa lagi sama Ibu.." Ucap Yuli sambil berdiri dan bersiap untuk menyusul suami nya.
" Retno tolong kamu jaga anak anak yaa.." Ucap Yuli.
" Baik Mbak."
" Mbak Yuli apa saya boleh ikut?"
Yuli terdiam sebelum akhirnya dia menganggukkan kepala.
Entah keputusan untuk membiarkan Pria itu ikut salah atau tidak.
Yuli memilih untuk membawa mobil sendiri karena tidak mungkin dia ikut dengan mobil pria yang bukan mahrom nya.
Yuli kemudian menghubungi Aini dan mengatakan bahwa Ibu nya masuk rumah sakit.
Di rumah sakit...
Yuli segera mencari Suami nya..
" Abi, bagaimana keadaan Ibu?"
" Ibu masih ada di dalam."
" Pak Ali, ini mobil saya. Bapak dan yang lain boleh kembali ke panti untuk menjaga agar tidak terjadi kekacauan seperti saat Ibu pertama pingsan." Ucap Yuli sambil memberikan kunci kepada beberapa orang yang ikut membopong tubuh Ibunya dan membawanya ke klinik.
" Kalau begitu saya permisi. Assalamualaikum."
" Walaikumsalam."
Yuli kemudian bertanya bagaimana kronologinya hingga sang Ibu tiba-tiba pingsan. Akbar sendiri tidak tahu karena saat itu Akbar sedang menunaikan ibadah salat ashar.
" Apa kamu sudah menghubungi Aini?" Tanya Akbar.
" Sudah. Mungkin Aini sedang dalam perjalanan menuju kesini."
" Bukankah kakak bilang jika Aini ada diluar kota?" Tanya pria itu.
" itu...."
" Kakak..."
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments