Bagadum..
Bagadum....
Bagadum...
Bagadum...
Detak jantung Daffa berdetak tidak beraturan. Bagaimana tidak, sang garuda perkasa telah bangun dan kini dirinya sedang berdiri dengan kokoh dan berat.
Tidak menjulang ke langit yaa, karena sang Garuda tetap stay di dalam kandang keramatnya.
Daffa merasakan bahwa seluruh tubuhnya kehilangan struktur organisasi yang menyebabkan Daffa sangat sulit untuk melakukan aktivitas.
Bahkan untuk bernafas saja dan harus bersusah payah.
Aku pria paling fenomenal di muka bumi...
Aku pria paling langka dalam sejarah...
Aku pria paling tamvan dalam keluarga...
Pria keren dalam jaringan perkantoran...
Pokoknya aku keren....
Dengan terus membaca mantra dapat berusaha mengembalikan kekuatan dalam otot-ototnya dan memindahkan tangan serta kakinya Aini.
Daffa ikut bergerak miring saat dia memindahkan dan sedikit mendorong tubuh Aini.
Blush....
Wajah keduanya kini sangat dekat Karena Aini masih bertahan dengan posisi miringnya.
Daffa terus saja memandangi wajah Aini hingga tiba-tiba mata Aini terbuka.
Baa...
" Hah...
."
Brag !!
Daffa yang sebelumnya sedang fokus memandangi mata Aini yang terpejam, seketika langsung terkejut dan mengakibatkan tubuhnya refleks menjauh.
Karena Dafa tidak sedang tidur di kasur yang ukuran besar, jadilah tubuhnya mendarat sempurna di lantai.
" Suami?, apa kamu baik-baik saja?" tanya Aini sambil melihat Daffa yang tidur di lantai.
" Aku tidak apa apa." Ucap Daffa yang langsung bangun karena dia tidak ingin level kekerenan nya menjadi turun di hadapan Aini.
" Kenapa tidur di lantai?"
" Aku tidak sedang tidur di lantai aku hanya sedang latihan berenang." Ucap Daffa sambil duduk di tepi ranjang.
" Tidurlah, maaf jika aku membangunkanmu." Ucap Daffa.
" Hemm, lain kali kalau berenang pergi ke danau saja. Ada danau di belakang panti asuhan pasti di sana lebih baik untuk belajar berenang daripada di lantai." Ucap Aini sambil kembali menata dirinya dan mulai memejamkan mata.
Sementara Daffa terlihat bingung dengan apa yang harus dia lakukan kepada Garuda gagah perkasa yang masih terbangun.
Perlahan Daffa membuka celananya dan memegang sang Garuda .
" Ah sepertinya tangan ku punya kekuatan listrik." Lirih Daffa saat mengetahui bahwa sang garuda yang tadinya gagah perkasa penuh urat otot itu kembali lemas dan lesu.
" Dasar entong Dugong. Sebenarnya kamu itu milik siapa sih kenapa kamu selalu saja menciut ketika aku pegang dan langsung terbangun ketika Aini yang memegangnya." Keluh Daffa.
Malam itu akhirnya Daffa bisa tidur setelah Garuda nya kembali lemas.
Pagi harinya setelah sarapan. Ibu meminta Aini dan Daffa untuk mengunjungi orang tua Daffa.
" Bu kan masih bisa sore nanti." Ucap Aini.
" Nak, sekarang Kamu adalah seorang istri dan keluargamu bukan hanya di sini saja. Jadi kamu harus membagi waktu. Pergilah ke rumah mertua mu."
Aini kemudian menghampiri Daffa yang sedang berbincang-bincang dengan kakak iparnya.
Mengetahui bahwa ada Aini, Daffa dan sang kakak ipar menyudahi percakapannya.
" Terima kasih sudah berbagi cerita kak." Ucap Daffa.
" Sama sama."
Aini lalu memberitahukan maksud dan tujuannya datang menemui Daffa.
" Maaf, aku tidak bermaksud mengganggu obrolan kalian Aku hanya ingin menyampaikan amanah dari bunda bahwa kita harus berangkat sekarang ke rumah orang tua suami."
" Hemm.."
Daffa kembali menjadi pribadi yang dingin dan langsung berjalan ke dapur untuk mencari Ibu Aini.
Setelah berpamitan, mereka akhirnya bertolak menuju kediaman Daffa.
Sepanjang perjalanan, Daffa terus saja teringat kejadian tadi malam.
Sang Garuda terbangun dengan eksotis karena aliran listrik dari Aini.
" Hah, seperti nya mereka memang benar. Aini mungkin adalah obat terapi paling baik untuk si entong." Lirih Daffa.
" Emm kamu memanggil ku suami?"
Wush...
Wush...
Asap kembali keluar dari telinga Daffa, namun kini tidak lagi terlalu banyak. Mungkin Daffa sudah terbiasa dengan panggilan itu.
Sebuah senyuman juga terukir di bibir Daffa ketika mendengar Aini memanggilnya dengan sebutan suami.
" Suami, kenapa melamun?"
" Ah iya. Maaf. Tadi kamu bilang apa?".
" Aku bertanya, apa tadi kamu mengatakan sesuatu karena tadi aku mendengar kamu menyebut namaku."
" Ah itu, tidak tidak. Mungkin kamu salah dengar. Tadi aku sedang menghafalkan nama nama anggota tubuh dalam bahasa Arab."
Aini mengkerutkan dahinya..
" Kamu tidak percaya padaku?" Tanya Daffa.
" Ehem..."
" Begini, ainun mata... anfun hidung udzunun telinga..."
" Ya ya. Terserah..." Ucap Aini.
Tak lama kemudian mereka sudah sampai di rumah keluarga Daffa.
Deg !!
Daffa gemetar karena Aini mengandeng lengan Daffa.
" Kita harus terlihat begini kan.. Agar tidak ada yang tahu bahwa sebenarnya kamu menyuka sesama jenis." Bisik Aini.
Apa?. Dia masih mengira aku seorang Homo.
" Jangan khawatir rahasia mu akan aman bersamaku. Seperti kata Yovie and Nuno...
Biarkan aku menjaga rahasia ini...
Oh...
Menjaga segenap hati... "
Daffa menepuk dahinya sendiri mendengar Aini yang merubah lirik lagu Yovie and Nuno.
" Ayo, Kenapa tidak mau jalan?" Tanya Aini.
Daffa akhirnya masuk dengan bergandengan mesra.
" Daffa...?"
Orang pertama yang mengetahui kedatangan mereka adalah Mama Daffa sendiri.
" Mama.."
" Ya Allah Daffa, Mama sangat merindukan mu.."
Mama segera berlari memeluk Daffa dan Aini.
" Kalian kenapa datang tidak memberi tahu Mama dulu?"
" Bukan kejutan namanya jika datang dengan memberi tahu Mama." Pekik Daffa.
" Ah iya bener juga. Ya sudah kalau begitu Ayo kita masuk. Para sepupu mu sedang berkumpul. Kami sedang makan durian sekarang." Ucap Mama sambil menarik tangan Aini.
" Apa? Durian...." Aini sedikit terkejut.
Dan... Saat mereka baru saja memasuki ruangan. Aroma durian langsung masuk ke dalam hidung Aini.
Semakin Aini berjalan masuk dan mendekati kerumunan orang-orang yang sedang asyik bercanda tawa memakan durian. Rasa mual mulai menjalar ke seluruh tubuh nya.
" Lihat siapa yang datang."
Semua orang berhenti makan dan langsung berjalan menuju Aini.
Mereka berbasa-basi menanyakan tentang Aini, Aini berusaha untuk tidak menghirup terlalu banyak aroma durian.
Namun rupanya seberapa kerasnya Aini berusaha. Aroma durian sudah meracuni dirinya.
Huek....
Huek ...
Huek....
Aini langsung mencari wastafel..
" Sayang, kamu kenapa?" Tanya Mama Daffa.
Aini memberikan kode bahwa dia tidak bisa lagi menahan apa yang ada di mulut nya ...
Dengan cepat Mama membantu Aini menuju wastafel terdekat. Dan disana Aini memuntahkan seluruh sarapan yang baru di cerna oleh lambung nya.
Huek...
Huek...
Huek...
" Sayang, kamu kenapa?" Tanya Mama sambil memberikan air putih.
Aini meraihnya dan segera meminumnya.
" Apa kamu sakit?" Tanya Mama yang dibalas gelengan kepala oleh Aini.
" Mungkin dia mabuk perjalanan." Ucap salah seorang anggota yang lain.
" Perjalanan dari rumah Aini kesini hanya setengah jam. Tidak mungkin kalau Aini mabuk perjalanan."
" Berrti Aini sedang hamil."
Mata Aini membulat sempurna mendengar kata hamil.
" Ah tidak tidak. Mama mertua aku tidak...."
Mama Daffa tersenyum dan langsung memeluk Aini.
" Ayo kita tambah lagi duriannya. Ini adalah kabar yang sangat membahagiakan..." Ucap Mama.
" Jadi karena ini kamu mengunjungi Mama untuk memberitahukan kabar yang membahagiakan ini?" Tanya Mama saat melihat Daffa.
" Apa. Kabar apa?"
" Istrimu hamil kan?"
" Hamil?"
" Iya..."
" Kamu datang untuk memberitahu Mama kalau istri mu hamil kan?"
" Hamil" Daffa masih mencoba mencerna kata itu hingga..
Brak !!
Daffa terjatuh lemas.
Hamil???..
Bagaimana bisa hamil?..
Sungguh hari yang kacau setelah malam kemarin.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments