" Bukankah kakak mengatakan bahwa Aini ada dikota?. Apa Aini akan datang dari kota?"
" Itu...."
Belum selesai Yuli mencari jawaban untuk pria yang sedang bertanya di depannya tiba-tiba suara Aini terdengar memanggil namanya.
" Kakak..."
Aini segera berlari menuju sang Kakak dan memeluknya. Aini melewati pria yang tidak jauh dari kakaknya karena begitu mengkhawatirkan keadaan sang Ibu.
" Apa yang terjadi pada ibu?" Tanya Aini
" Kakak juga tidak tahu, saat itu Kakak sedang merekap data-data anak panti asuhan yang baru saja masuk. Sementara Mas Akbar juga sedang tidak ada di dekat Ibu karena beliau sedang menunaikan ibadah salat ashar."
" Retno yang datang menghampiri Kakak dan mengatakan bahwa ibu pingsan yang sudah dalam perjalanan menuju klinik ini."
" Astaghfirullah..."
Tak beberapa lama kemudian, dokter yang tadi memeriksa ibu keluar dari ruang UGD.
" keluarga pasien?"
" Kami adalah anak anak beliau." Ucap Akbar mewakili.
" Kondisi ibu sangat memprihatikan. Saya sarankan Ibu anda melakukan teslab dan serangkaian pemeriksaan lainnya untuk memastikan penyakit apa yang sedang ada pada ibu kalian mengingat ini adalah kali ketiganya dalam seminggu Ibu kalian mengalami pingsan secara tiba-tiba."
" Apa?." Aini sedikit terkejut. Pandangan nya lalu beralih memandang sang Kakak yang tertunduk.
" Maaf Aini, Ibu melarang kakak untuk memberitahukan tentang kondisinya kepadamu karena takut kamu akan merasa khawatir."
" Hiks..., harusnya kakak tetap memberitahu aku tentang kondisi Ibu karena bagaimana aku juga putrinya aku berhak tahu tentang kondisi beliau." Ucap Aini sambil menangis. Sementara Akbar meminta tolong kepada dokter untuk melakukan apapun demi mengetahui penyakit yang sedang dialami oleh ibunya.
Akbar paham betul, sejak meninggalnya sang ayah mertua. Ibu dari Yuli dan Akbar itu sering terlihat murung terutama saat malam hari. Entah karena hatinya sedih karena sudah berpisah jauh dengan sang suami atau bersedih karena Putri kesayangannya yaitu Aini hidup jauh dari nya.
Akbar pernah memberitahukan kepada Yuli tentang ibu mertuanya yang suka merenung pada malam hari. Tapi Yuli mengatakan bahwa Ibu tidak sedang melamun, melainkan sedang melakukan dzikir.
Sejak saat itu Akbar tidak pernah lagi bertanya tentang apapun mengenai Ibu mertuanya walaupun sebenarnya dirinya menaruh curiga bahwa sang ibu memiliki suatu rahasia.
Tuan donasi itu merasa bahwa ini bukanlah saat yang tepat untuk berbicara dengan Aini. Pria itu memutuskan untuk pergi ke kantin dan menenangkan pikirannya.
Satu sisi, dirinya merasa senang karena akhirnya dia bertemu dengan Aini walaupun harus dengan cara seperti ini.
Di sisi lain, pria itu juga heran dengan sikap Mbak Yuli yang seolah-olah menutupi sesuatu yang berkaitan dengan Aini.
Pria itu kemudian teringat dengan perkataan Mbak Yuli yang mengatakan bahwa Aini sudah tidak tinggal di sana melainkan tinggal di kota. Tapi sayangnya belum sempat Mbak Yuli mengatakan lanjutan dari kata-katanya seseorang datang dan memberitahukan bahwa ibunya sedang dalam perjalanan menuju klinik.
" Huft, Sebenarnya apa yang Aini lakukan ke kota?. Tidak mungkin kan Aini bekerja." Pekik Pria itu hingga sebuah tepukan bahu mengejutkan dirinya.
" Dafi. Sedang apa kamu disini?" Tanya Daffa.
Ya. Pria atau yang biasa dipanggil Tuan donasi oleh Aini adalah Daffi Abimanyu Bastian.
Saudara kembar dari Daffa. Daffa Abinaya Bastian.
Aini sendiri tidak mengenali Daffi karena sebelumnya Aini tidak pernah bertanya tentang namanya. Dan Aini juga tidak pernah bertanya tentang keluarga Daffa Karena setelah mereka menikah mereka sama sekali sangat jarang berkomunikasi.
Aini juga tidak mencari tahu apapun tentang keluarga dari suaminya karena saat itu Aini masih terlalu sedih karena kepergian dari sang ayah.
" Kakak mengejutkan aku." Ucap Daffi.
" Apa yang kamu lakukan disini?. Maaf aku baru bisa datang dan menemuimu setelah beberapa hari dari kabar kepulanganmu dari Swiss."
" Tidak apa apa. Maaf karena aku juga belum sempat berkunjung ke kediaman kakak yang ada di kota sehingga aku masih belum mengenal kakak iparku."
" Santai saja. Suatu saat kamu juga pasti akan bertemu dengan nya." Ucap Daffa.
" Ngomong ngomong, Kamu sedang apa berada di kantin klinik ini apakah kamu sedang sakit?" Tanya Daffa.
" Ah tidak, tadi aku sedang mengantarkan Ibu dari temanku yang masuk ke klinik ini." Ucap Daffi berbohong. Karena tidak mungkin Davi mengatakan jika dirinya sedang mengikuti keluarga dari wanita yang dulu dia cintai.
" Kalau kamu sedang apa disini?"
" Oh itu, ibu mertuaku masuk rumah sakit jadi aku ke sini untuk mengantarkan istriku."
" Lalu Kenapa kamu justru ada di sini Kenapa kamu tidak mendampingi istrimu?"
" Hah itulah masalah nya. Aku dan istriku sebenarnya...."
" Jangan katakan padaku bahwa pusakamu masih belum terbangun sehingga kamu masih belum bisa memberikan hakmu sebagai seorang suami."
" Huft.... Entahlah. Aku tidak tahu."
" Ya Tuhan. jadi selama umur pernikahan kalian kamu masih tidak menyentuhnya sama sekali.?"
" Ya. Dan sialnya dia menganggapku sebagai seorang homo."
" Apa homo?. hahahaha.... Kenapa bisa begitu?"
Daffa kemudian menceritakan kejadian di mana saat itu istrinya sedang berada di kantor untuk mengantarkan makan siang dan saat istrinya kembali karena rantang yang dia bawa ketinggalan. Istrinya melihat adegan di mana Dafa sedang membayangkan dirinya dan istrinya bersama namun ternyata yang ada di hadapannya justru Daffa sedang mencoba untuk mencium Kenzo.
" Hahaha.... hahaha..."
" Terus saja menertawakan aku. Bukankah yang terjadi padaku gara-gara kamu." Pekik Daffa.
Daffi langsung kincep. Mereka kemudian mengingat momen kejadian masa lalu di mana saat itu Daffa dan Daffi sedang berlibur bersama di hari terakhir sebelum Daffi pergi ke Swiss.
Saat itu mereka saling bercanda tawa dan tertawa sehingga tanpa sadar Daffi menendang bola terlalu keras ke arah Garuda perkasa milik Daffa.
Daffa yang terkejut mendapat serangan tiba-tiba membuat tubuhnya terpental dan karena kejadian itu dapat dirawat selama tiga hari di rumah sakit. Sejak saat itu, Garuda gagah perkasa milik Daffa dinyatakan vakum.
" Maafkan aku.." Ucap Daffi.
" Tidak apa apa. Aku memaafkanmu dan akan selalu memaafkanmu Bukankah saudara kembar harus selalu saling memaafkan." Pekik Daffa.
" Aku doakan semoga garudamu segera kembali normal sehingga kamu bisa memberikan nafkah batin kepada istrimu."
" Terima kasih. Kalau begitu aku akan menemui ibu mertuaku. Apa kamu mau ikut?"
" Tidak, nanti saja setelah ini aku akan mencari keberadaan mu."
" Kalau begitu aku duluan. Jangan lupa untuk pulang, Mama bilang kamu jarang sekali berada di rumah."
" Ya, Aku sedang sibuk dengan usaha baru yang aku dan temanku kembangkan."
" Wow itu sangat bagus. Bisnis apa yang sedang kamu jalani?"
" Bisnis membuat Garuda perkasa mati suri."
" Sialan."
Daffa meninggalkan Daffi yang kembali terkekeh mengingat kejadian yang membuat Daffa kehilangan Sang Garuda.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Febry Valentin
gemesin Aini
2022-11-04
1
Gina Savitri
Aini gimana, masa gak sadar suminya mirip donatur panti 😁
2022-09-19
0