Bel yang terdengar memenuhi sekolah membuat para remaja itu bernapas lega sekaligus merasa senang.
"Ann? Temani ke mall yuk?" ajak Samantha ketika merapikan tas nya sebelum pulang.
"Hari ini aku yang jaga di cafe," jawab Anna dengan memanyunkan bibir nya.
"Yauda deh, aku sama Sena aja. Nanti kami mampir." ucap Samantha yang langsung tak mengatakan apapun.
"Nanti sekalian pesen untuk ku juga yah," ucap Anna merayu sembari menyenggol bahu teman sebangku nya itu.
"Makanya cobain menu cafe nya Ann," ucap Samantha dengan tawa kecil.
Setiap kali ia ke tempat teman nya itu bekerja part time di toko makanan ia selalu membeli lebih banyak dan tentu yang memakan semua itu nanti nya adalah teman nya sendiri.
"Yah kalau aku kerja di sana terus makan nya juga di sana juga yah percuma kerja Sam..." ucap Anna menarik napas nya dengan malas.
Samantha hanay tertawa kecil, ia pun melihat ke arah wajah lesu teman nya itu yang selalu super sibuk bekerja.
"Ann, lain kali kalau lihat kakak kelas yang tadi kabur aja." ucap Samantha yang mengingatkan teman nya.
"Memang parah sih sampai lempar orang lain dari lantai tiga," jawab Anna sembari menggelengkan kepala nya.
"Sebenarnya bukan itu aja sih," ucap Samantha lirih.
Mata biru itu membulat sembari menutup resleting tas nya ketika selesai memasukkan buku-buku nya.
"Memang nya dia buat apa lagi?" tanya nya yang langsung penasaran dan semakin menyesali emosi sesaat nya.
"Katanya waktu kelas dua dia pernah gantung anak basket di ring nya, kau tau kenapa dia sampai seperti itu?" ucap Samantha yang semakin membuat Anna penasaran.
Gadis bermata biru itu langsung menggeleng dengan cepat dan menantikan ucapan selanjutnya.
"Karna gak sengaja injak kaki pembuat masalah itu waktu di perpus," sambung Samantha dengan suara berbisik.
"Terus nasib ku gimana Sam? Yang gak sengaja aja di gantung apa lagi aku yang sengaja lempar dia roti?" tanya Anna memelas dan terlihat tak bersemangat.
"Ann? Aku nanti bakal kirim Lily putih kok ke kamu..." ucap Samantha dengan nada sedih dan menepuk punggung gadis itu.
"Sam!" seru Anna dengan kesal melihat teman nya yang bisa-bisa nya masih bercanda di situasi sekarang.
Sudah sial bertemu psikopat yang gila darah kini ia membuat masalah dengan si pembuat onar nomor satu di sekolah.
"Aku duluan yah..." ucap Anna yang terdengar lesu dan tak bersemangat.
"Hati-hati Ann," jawab Samanta sembari mengangkat satu tangan yang ia kepal untuk menyemangati teman cantik nya itu.
Anna hanya melihat dengan lesu dan sama sekali tak memiliki pengaruh bagaimana teman nya itu menyemangati nya.
......................
Skip
Cafetaria
Gadis cantik itu mengikat rambut yang ikal dan bergelombang itu, memakai celemek dari cafe di tempat ia bekerja.
"Selamat sore, mau pesan apa?"
Sapa nya yang masih mengetik sesuatu di latar di depan nya, mata biru itu kembali terangkat.
Iris yang cantik itu langsung membesar melihat siapa yang datang ke cafe di tempat ia bekerja part time.
Pria yang berpostur tinggi dengan wajah tampan serta mata yang menampilkan cahaya hijau terang itu mengernyit melihat gadis di depan nya.
"Kita pernah bertemu?" tanya nya sembari melihat ke arah gadis yang langsung membuang mata nya itu.
"Ehmm, saya rasa tidak, wajah saya kan pasaran. Anda mau pesan apa?" tanya Anna mengelak sembari tetap berusaha tersenyum.
Lelaki yang mengenakan jaket kulit itu mengernyit, mata nya pun melihat ke arah daftar menu dan mulai memesan nya.
"Macha milk nya satu," ucap nya yang memesan, "Antar ke meja ku," sambung nya lagi memberi perintah.
"Baik, silahkan menunggu." jawab Anna dengan mata yang masih tersenyum seperti sabit setelah menerima pembayaran.
Anak lelaki yang memakai jaket kulit hitam itu pun memilih bangku nya dan mulai duduk, namun mata nya masih terlihat memikirkan di mana ia pernah melihat gadis yang menjadi pelayan di cafe tersebut.
Melihat lelaki itu sudah pergi, Anna langsung membuang napas nya dengan segara.
"Itu kan kakak kelas yang tadi?!" gumam nya yang begitu terkejut.
Setelah membuatkan minuman sesuai dengan pesanan gadis itu pun mengantar nya sesuai ke meja di mana sang pemesan duduk.
"Silahkan matcha milk nya," ucap yang dengan cepat ingin segara pergi.
Greb!
"Kau anak itu kan?" tanya nya dengan senyuman yang mulai naik.
"Anak apa yah?" tanya Anna pura-pura bodoh dan tak mengerti sembari mulai berusaha melepaskan tangan menggenggam nya itu.
"Yang melempar ku dengan roti," jawab nya sembari memiringkan kepala nya dan senyuman yang seperti sudah mendapatkan buruan nya.
Tak!
Anna menepis dengan kuat sampai tangan anak lelaki itu terlepas, "Saya tidak kenal!" ucap nya dengan cepat dan langsung kabur.
Gevan Scout Walker, anak tampan berumur 19 tahun yang begitu membuat onar di sekolah maupun di keluarga nya.
Ia tersenyum simpul melihat gadis di depan nya yang langsung lari.
Pukul 06.35 pm
Anna melirik ke arah kakak kelas nya yang masih belum pergi dan masih duduk di bangku nya, sedangkan ia tengah mengepel lantai agar tetap bersih dan yang memegang kasir pesanan di gantikan teman nya yang lain.
Byur!
Lagi!
Gevan kembali menumpahkan minuman yang berada di atas meja nya dengan sengaja saat gadis itu tengah mengepel.
Anna melirik dengan mata kesal namun bibir yang tersenyum saat pria itu melihat ke arah nya agar tetap memberikan kesan pelayangan yang ramah.
Ia pun datang lagi dan mengepel namun anak lelaki itu juga kembali memesan dan menumpahkan minuman nya untuk membuat gadis itu terus menerus bekerja.
Hari yang panjang dan melelahkan itu akhirnya berakhir, Anna pun mengganti shift nya dengan rekan nya yang lain dan bersiap kembali sedangkan bocah yang mengganggu nya itu sudah pergi sejam yang lalu.
"Kacau udah!" ucap nya dengan kesal dan mulai berjalan ke arah bus.
Seperti biasanya, gadis itu memakai angkutan umum. Rasanya mata nya ingin terpejam karna mengantuk namun ia tau ia harus tetap terjaga agar tak kelewatan seperti yang sebelum nya.
......................
Apart Horirt's
Anna membuka pintu yang masih memakai kunci manual itu, apart yang kecil dan mungil itu masih tampak sangat gelap karna ia memang kembali saat malam.
"Akhirnya sampai juga..." ucap nya yang merasa lega.
Karna merasa lelah dan panas akibat bekerja dan memakai pakaian serba tertutup untuk menyembunyikan luka yang di buat oleh pria yang menculik nya itu Anna merasa sangat gerah.
Ia pun langsung membuka jaket dan celana panjang nya hingga hanya memakai pakaian dalam nya saja.
Ia tak merasa akan ada yang melihat karna ia berada di ruangan tertutup milik nya tanpa tau semua sudut apart nya sudah di pasang cctv dan ia tidak pernah memikirkan jika mungkin apart nya bisa di masuki seseorang dengan mudah.
Gadis itu berjalan ke arah saklar listrik nya dan menghidupkan lampu nya,
Ctak!
Seluruh apart mungil itu langsung terang seketika dan Anna masih berdiri di dekat saklar listrik nya.
"Ini rumah mu atau kandang ayam? Berantakan sekali,"
Deg!
Anna tersentak seketika mendengar suara bariton seorang pria yang tak jauh dari nya.
AKHH!!!
Tentu sontak ia langsung berteriak dengan kencang, namun...
Set!
Pisau tajam yang langsung mendarat di leher nya membuat nya terdiam membatu seketika.
"Jangan berisik,"
Anna masih terlihat takut, ia kembali gemetar dan memutar tubuh nya walau ia meras suara itu tak asing.
"S..Sir?"
Gadis itu menatap dengan lirih sembari memegang tangan pria di depan nya secara perlahan agar menurunkan pisau di leher nya.
"Kau senang melihat ku?" tanya Lucas dengan wajah tampan yang datar itu.
Anna berusaha mengatur wajah nya lagi dan kembali tersenyum.
"Te..tentu Sir..." jawab nya kaku dan masih begitu terkejut karna pria itu bisa masuk ke apart nya.
Tentu saja tak terlalu sulit karna apart kecil nya itu tak memiliki tingkat keamanan yang tinggi sama sekali.
Lucas menaikkan sedikit senyuman nya, walaupun gadis di depan nya hanya memakai pakaian dalam dan dalam keadaan yang setengah tel*njang namun ia tidak memiliki n*fsu untuk hal seperti itu.
Setidak nya saat ini, ketika ia memang tak memiliki perasaan apapun kecuali ketertarikan akan warna yang di berikan gadis itu.
"Wangi," ucap nya singkat sembari mengendus ke arah lengkung leher gadis itu.
Ia tak tau harum apa yang ia cium hanya saja wangi nya berbeda, entah karna wangi yang di berikan dari anak gadis yang masih ranum atau memang gadis itu yang memiliki 'kelebihan' sendiri untuk nya seperti mata dan rasa darah nya.
"Hum?" Anna yang masih tak menyadari situasi tampak bingung ketika pria itu mengendus.
Hidung mancung yang mengenai ke arah lengkung leher nya dengan rambut yang masih mengembang sempurna itu membuat nya terasa geli.
"Tapi apa kau punya kebiasaan tidak pakai pakai pakaian?" bisik Lucas yang semakin membuat gadis itu merapat ke dinding dan mengendus aroma tubuh nya.
"Ha?" Anna masih loading dan bahkan lupa jika ia sudah melepaskan pakaian nya.
Dahi nya mengernyit namun ia menurunkan pandangan nya dan menatap tubuh nya yang terlihat jelas dan hanya tertutup oleh br* dan cel*na dalam nya saja.
"Hah?!"
"Akh!"
Teriak nya yang langsung kabur dengan melewati tangan pria itu yang mengunci nya di kiri dan kanan ketika merapatkan diri nya ke dinding.
Melihat gadis itu yang langsung lari dan bersembunyi masuk ke dalam kamar mandi membuat pria itu tanpa sadar menaikkan lagi senyuman nya.
"Sepertinya dia hanya tau cara membuat masalah,"
"Cumi-cumi nakal..."
Ucap nya lirih yang sudah mengetahui semua yang terjadi pada gadis itu di sekolah karna chip yang ia tanam.
...****************...
Lucas Alessandro Demian 🔪🔪🔪
Maurenne Arianna 🦑🦑🦑
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Rinny AP
anna kau emang ditakdirkan buat para psikopett
2022-12-10
2
(Ɔ ˘⌣˘)♥(˘⌣˘ C)
ada saingan nih si daddy lucas😂
si gevan anak muda,...
jangan² nanti???
mereka rebutin si cumi² kesayangan nya lucas😆😆aishhh ngak sabar nuggu klanjutan nya😁
2022-09-07
2
Nunu Pertiwi
haha lucu
2022-09-07
1