Lucas melepaskan ciuman nya, ia bahkan tidak tau apakah yang ia lakukan dapat di katakan ciuman atau tidak karna ia hanya mengigit gemas bibir gadis itu yang memberikn rasa manis pada nya.
Anna tanpa sadar terus mendorong, memukul dan bahkan ia sendiri tak tau jika kuku nya juga mencakar leher pria itu agar melepaskan nya.
Pria tampan itu melepaskan ciuman nya, menatap ke arah manik biru yang tampak bening seakan menyimpan kaca di dalam nya.
Ia tak mengatakan apapun, namun sudut bibir nya memberikan aroma anyir dari darah gadis di depan nya, Lucas menatap ke arah seseorang yang terlihat mengambil napas sebanyak nya itu.
Sedangkan tangan nya masih merangkul pinggang ramping yang duduk di pangkuan nya itu.
"Kau sudah berani memukul ku?" bisik nya dengan dingin pada gadis itu.
Deg!
Anna tersentak, ia lupa jika ia masih harus menyenangkan pria di depan nya agar tetap hidup.
"Sa...saya tidak sengaja Sir..." jawab nya lirih dengan suara yang masih gemetar.
Di ingatkan tentang memori yang menjadi trauma nya dan tiba-tiba mendapatkan ciuman luar biasa agresif dari seseorang.
Lucas tak mengatakan apapun, wajah nya tampak datar seperti sedang menilai.
"Kau suka?" pertanyaan yang terdengar ambigu.
Apa yang di maksud?
Anna diam sejenak tanpa menjawab nya, ia bingung dan takut untuk menjawab yang salah.
"Saya kan menyukai anda," gadis itu kini bisa kembali memaksakan senyum nya walaupun suara yang keluar dari tenggorokan nya masih gemetar.
Lucas menunjukkan smirk nya, ia mengusap bibir gadis itu yang memerah dan basah karna di bandingkan 'mencium' ia lebih seperti 'memakan' bibir tipis itu dengan lahap.
"Aku tau kenapa dia suka melakukan nya, ternyata tidak terlalu buruk..." gumam nya lirih sembari terus mengusap bibir gadis itu.
Sekarang ia sudah sedikit tau kenapa sepupu sekaligus sekertaris nya itu sangat suka 'memakan' bibir wanita walaupun sebenarnya Diego bukan 'memakan' melainkan mencium.
Anna hanya tersenyum, tubuh nya tak bisa berhenti gemetar begitu saja, tangan nya masih terasa dingin dan ia yang masih merasakan takut.
"Anda juga suka, Sir?" tanya nya yang membuka suara walaupun ia sendiri sudah takut setengah mati.
"Ya, rasa nya seperti makan cumi-cumi," jawab Lucas dengan senyuman simpul nya.
Anna tak mengatakan apapun lagi, ia bahkan tak tau jika pria di depan nya tau nama nya atau tidak.
Karna pria itu selalu menamainya dengan 'Cumi' tanpa pernah memanggil nya dengan nama yang ia miliki.
"Y..ya..." jawab Anna bingung saat ia di samakan dengan hewan laut itu.
Lucas tak mengatakan apapun lagi, walaupun ia seakan memberi kebebasan namun nyata nya tidak.
Gadis itu sudah di jadikan salah satu kelinci percobaan dari produk baru nya, dan bahkan kehidupan pribadi gadis itu sudah masuk semua ke data nya.
......................
Apart Horirt's
Apartemen kecil itu kini entah mengapa membuat gadis cantik itu begitu lega.
Padahal dulu ia sangat tidak menyukai tempat tinggal nya yang berukuran kecil dan daerah tak aman itu.
"Apa aku pindah saja?" gumam nya saat sudah mendapatkan sejumlah uang ketika ia di lepaskan.
Ia bahkan tak pernah berpikir untuk bisa kembali bebas dengan sendiri nya. Namun entah mengapa hal mustahil itu malah terjadi pada dirinya.
"Dia benar-benar melepaskan ku? Pria gila itu?!" tanya nya lagi tak percaya.
Anna tak menyadari ada yang berbeda dari apartemen kecil nya itu, semua tempat telah di pasang kamera penyadap kecuali kamar mandi.
Gadis itu mulai bangun, melepaskan pakaian nya dan mulai membersihkan diri nya.
Ia melihat ke arah bekas luka di tubuh nya, bekas luka yang baru dan bekas luka yang lama.
"Apa yang mereka lakukan?" gumam nya melihat ke arah bekas operasi selain bekas sayatan nya.
Mana ia tau jika ia sudah di jadikan subjek kelinci percobaan dari alat yang akan di pasarkan.
"Tapi..."
"Memang nya dia vampir? Suka darah? Suka mata?" gumam nya yang merasa baru kali ini melihat jenis manusia aneh.
Anna menarik napas nya, ia memang tak memiliki siapapun dan juga tak memiliki apapun.
Namun bukan berarti ia tak ingin hidup atau ingin mati begitu saja.
"Sudahlah, yang penting dapat uang..." ucap nya tersenyum sembari memeriksa bekas sayatan di tubuh nya.
......................
Sekolah
Duk!
"Hari ini bus nya lama," ucap nya Anna sembari meletakkan tas nya dan menatap ke arah teman sebangku nya.
Samantha langsung membulatkan mata nya, ia menatap ke arah tempat di mana teman nya yang menghilang selama beberapa hari itu.
"Masih hidup, Ann?" tanya nya dengan mata jernih yang melihat ke arah teman nya itu.
"Masih lah! Nih lihat masih napas! Bukan setan," jawab Anna pada teman nya itu.
Pluk!
"Kangen! Kemana aja? Katanya udah dapat kerja? Traktir aku yah..." ucap nya yang langsung memeluk teman nya itu.
"Padahal yang kaya kan kamu! Bukan aku, Huh!" jawab Anna dengan wajah kesal nya.
Samantha tertawa, awal nya ia memang khawatir namun melihat teman nya itu sudah kembali membuat tenang lagi.
"Yasudah, hari ini aku yang traktir, hari ini mau makan apa Ann?" tanya nya dengan tawa yang masih tertinggal.
"Steik sapi!" jawab gadis bermata biru itu tanpa ragu dan malu meminta teman nya itu untuk mentraktir nya makanan mahal.
"Iya, pulang aku les yah..." jawab Samantha dengan tawa nya.
Anna mengambil napas nya, setelah senyuman nya ikut turun ia melihat ke arah teman sebangku nya yang selalu terlihat belajar dan memang gadis itu juga yang menjadi peringkat pertama umum berbeda dengan diri nya.
"Sam? Aku seperti nya bakal pindah sekolah..." gumam nya lirih yang mengatakan pada teman nya itu.
Samantha langsung mengernyit, ia tidak mengerti kenapa teman sebangku nya itu mengatakan demikian.
"Kenapa? Bukan nya biaya sekolah masih di tanggung?" tanya Samantha mengernyit.
"Iya, tapi sekarang sudah tidak lagi. Mereka bilang mereka lebih suka membiayai yang memiliki prestasi." jawab Anna lirih.
"Kamu tau kan? Biaya sekolah di sini mahal," jawab nya lagi pada teman nya itu.
"Tapi walaupun mereka yang biayai kamu juga tidak di berikan secara gratis? Mereka pakai nama mu untuk promosi sekolah," ucap Samantha yang tidak terima.
Anna hanya tersenyum, memang hidup selalu tidak adil apalagi untuk seseorang yang tidak memiliki uang.
Sekolah di mulai, kegiatan belajar mengajar dan juga jam istirahat pun di mulai.
Saat keluar kelas kedua gadis itu terhenti ketika menuju kantin, sekumpulan siswa siswi yang mengerubungi mading terlihat seperti semut yang mengumpul.
"Itu ada apa? Kenapa ramai?" tanya Samantha pada Anna.
Anna hanya mengendikkan bahu yang juga tak tau sama sekali, ia pun berjalan ke arah sekumpulan tersebut dan melihat sesuatu yang membuat nya tercengang.
"Loh? Ini kan gambar ku!" ucap nya yang terkejut.
Menggambar ilustrasi lukisan yang tampak hidup seperti foto memang tak semua bisa melakukan nya.
Namun ia bisa melakukan, dan karna itu ia memberikan ke sekolah saat mendengar ada lomba yang mirip seperti itu.
"Cindy?" gumam nya yang melihat ke arah nama yang bertuliskan di Mading.
Nama pemenang dari lomba namun memakai design dari gambar nya.
"Ann? Ini kan gambar mu? Eh, bukan tapi mirip sekali seperti di jiplak..." ucap Samantha lirih.
Gadis itu masih terdiam, ia membatu sembari mengepalkan tangan nya, ia masih ingat perkataan gurunya saat ia memberikan gambar yang ia buat.
Lukisan seperti ini? Anak kecil pun bisa buat!
Ia ingat dengan jelas perkataan tersebut.
"Anna? Ann? Mau kemana?" tanya Samantha yang tersentak melihat teman nya itu pergi begitu saja.
Sedangkan gadis yang tertawa setelah menjiplak dari karya teman nya itu terlihat seperti tak memiliki beban.
Brak!
Pintu kelas itu terdengar kuat saat di pukul, sedangkan tawa gadis itu terhenti.
"Eh? Ada anak bansos? Mau apa?" tanya nya sembari tertawa kecil.
"Kau mengambil karya ku! Itu gambar ku!" ucap Anna dengan kesal sembari mendatangi gadis yang tampak tak memiliki rasa bersalah itu.
"Apa yang kau bicarakan? Kenapa teriak? Tidak pernah di ajari? Oh iya, lupa..."
"Kau kan memang tidak punya orang tu-"
Akh!
"Aku tanya kenapa jiplak gambar ku! Malah banyak omong!" ucap Anna yang sudah terlanjur kesal dan menarik rambut gadis itu.
"Dasar anak bansos! Miskin! Sialan!" maki gadis itu yang juga langsung menarik rambut pirang bergelombang milik Anna.
"Ann? Aduh..." panggil Samantha yang bingung bagaimana memisahkan teman nya yang sedang ribut itu.
......................
JNN grup.
Lucas memejam, rasanya telinga nya ingi pecah saat mendengarkan earphone yang berada di telinga.
Suara teriakan dari gadis yang berkelahi membuat nya memejam, ia bisa mendengar apapun yang terjadi dan lokasi gadis itu karna ia sudah menanamkan chip di tubuh gadis itu.
"Astaga, padahal dia biasanya penurut kenapa sekarang seperti kucing rabies?" gumam Lucas yang mematikan sumber suara di chip yang terpasang di tubuh gadis itu dan memilih menghidupkan nya lagi jika sudah selesai bertengkar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Mr.VANO
lucas2,,,,kau yg ciptakan rabies di tubuh anna
2023-03-13
0
💜Shandy💜
pantes d lepas ternyata oh ternyata 🤔
2023-02-27
0
𝓜𝓸𝓬𝓬𝓪
Ngakak 🤣🤣😭
2023-02-07
0