Gadis itu bersandar di dinding ruangan yang ia tempati saat ini, pikiran berkecamuk dengan rasa takut sekaligus was-was.
Ia tau tak akan ada yang mencari nya, anak yang tidak memiliki orang tua dan hanya tinggal sendiri di apart kecil berukuran kamar.
"Aku tau ini mengerikan, tapi mereka apa tidak membiarkan ku ke kamar mandi?" gumam nya yang mengeluh, takut, sekaligus kesal.
Ia tak bisa beranjak karna rantai di kaki nya, ia tau jika di ruangan tersebut di lengkapi kamar mandi beserta dengan toilet namun tetap saja tak berguna karna ia sedang terjerat.
Tak ada yang bisa ia lakukan kecuali hanya menatap ke pintu yang mungkin akan memberi nya kejutan takut lagi.
"Apa semua orang kaya melakukan hal seperti ini?" gumam nya lirih dengan membuang napas nya dengan berat.
Krieet...
Lagi!
Pintu yang terbuka itu membuat nya kembali merinding dan tersentak, tatapan mata waspada dan juga wajah yang terlihat takut tampak jelas pada gadis itu.
"Hey cumi? Kenapa melihat ku begitu?" tanya Lucas ketika ia sudah sampai dan duduk setelah mengambil kursi nya di dekat gadis itu.
Anna takut namun ia juga harus berusaha membuat pria itu cukup menyukai nya hingga tidak berpikiran untuk membunuh nya.
"Sa-saya senang anda datang, Sir." ucap nya dengan senyuman kaku namun tetap saja membuat wajah nya terlihat semakin cantik.
Yah walaupun kecantikan itu sama sekali tak berguna karna pria di depan nya tak bisa melihat warna selain bola mata nya dan darah.
Tak hanya itu, penglihatan memberikan gambaran seperti sketsa hitam putih semakin membuat Lucas tak mampu melihat bentuk apapun dengan jelas.
Pria itu tak tergerak sama sekali, ia hanya menatap nya dengan datar.
"Kau punya nama?" tanya Lucas membuka pertanyaan.
"Punya," jawab Anna dengan cepat, "Maurenne Ariana,"
"Nama mu cantik tapi kenapa wajah mu seperti cumi-cumi kering?" tanya Lucas dengan datar sembari memperhatikan wajah gadis itu dengan serius.
Anna tak mengatakan apapun, "Aku beneran jelek yah? Jadi selama ini mereka cuma basa-basi?" gumam Anna mengingat beberapa pujian yang di berikan pada nya.
"Umur?" tanya Lucas lagi setelah mengetahui nama gadis itu.
Ia sudah meminta Diego mencari tau semua nya tentang peliharaan baru nya namun ia lebih suka menanyai langsung karna peliharaan nya kali ini bisa di ajak berbicara tak seperti sebelum nya yang hanya memohon untuk di lepaskan dan di biarkan hidup.
"17 tahun," jawab Anna lirih.
"Kau masih sekolah? Berarti tadi harus nya kau sekolah?" tanya Lucas dengan datar.
"Iya, walaupun saya benci sekolah tapi kali ini saya sangat ingin bersekolah." ucap Anna lirih.
"Kenapa? Kenapa benci?" tanya Lucas lagi.
Selain mendapatkan peliharaan baru yang memiliki mata indah ia juga seperti mendapatkan teman bicara selain sepupu nya.
"Karna ada pelajaran matematika nya," jawab Anna lirih dengan jujur. Ia yang bukan anak pintar dan memiliki kecerdasan rata-rata tentu nya tak begitu pandai dalam hal akademik.
"Matematika? Itu kan pelajaran yang paling mudah?" ucap Lucas dengan datar dan bingung apa yang di benci oleh gadis itu karena bagi nya semua mata pelajaran adalah hal yang mudah.
Anna menatap nya dengan senyuman miring dan kaku ketika mendengar nya.
Apa karna dia suka matematika maka nya otak nya geser?
Pembicaraan nya hening sejenak, namun sedetik kemudian pria itu melempar pisau tajam nya ke arah gadis itu.
Kling!
Suara yang terdengar ketika pisau itu jatuh tepat di depan gadis itu.
"Aku mau lihat lagi, mau kau yang melakukan nya atau aku?" tanya Lucas dengan datar.
Anna melihat ke arah pisau tersebut, jika ia membiarkan pria itu yang melakukan dan memberikan sayatan pada nya pasti akan memberikan luka yang panjang seperti sebelum nya.
"Sa-saya saja!" ucap Anna sembari mengambil pisau itu dengan tangan gemetar nya.
Sreg
Ia menggoreskan ujung pisau tajam itu di dekat lengan nya, rasa pedih dan perih tentu nya mulai menjalar pada nya.
Senyuman simpul mulai terlihat di wajah pria itu, ketika gadis di depan nya mulai membalur diri nya dengan darah nya sendiri dari luka yang di timbulkan.
"Kau benar-benar berbeda dari yang lain," ucap nya memuji sembari mengusap rambut gadis yang terlihat meringis menahan sakit itu.
"Tentu saja..." jawab Anna dengan suara gemetar pada pria itu.
Ia melihat raut yang mulai tenang, tangan yang terus mengusap rambut nya dengan lembut, dan karna posisi nya yang duduk di lantai sedangkan pria itu berada di atas kursi membuat nya harus mendongak kan kepala nya.
Perlahan ia mendekat dan menjatuhkan kepala nya ke paha pria itu, ia tidak tau cara mengambil hati pria yang terlihat tidak memiliki emosi itu namun ia tau pria itu menyukai sikap penurut.
Lucas tersentak sejenak ketika gadis di depan nya menjatuhkan kepala nya di paha nya. Ia terdiam dan elusan tangan nya terhenti.
Apa ini? Apa aku melakukan hal yang salah? Aduh! Bisa mati lebih cepat sekarang...
Tangis gadis itu dalam hati dan mulai kembali mengangkat kepala nya agar tak bersandar pada pria itu.
Lucas pun dengan segera langsung mengembalikan kepala kecil itu agar bersandar pada nya. Ia tak mengatakan apapun namun semakin mengelus dengan tangan nya.
Smirk yang terlihat jelas di wajah nya, biasanya semua sandera nya ketakutan pada nya namun gadis itu bisa bersikap lebih tenang dan bahkan bersikap manja pada nya. Tentu nya ia menyukai hal tersebut.
Dia suka?
Anna pun kembali melihat dengan mata nya menatap wajah pria itu.
Deg!
Melihat senyuman pria itu membuat takut walaupun terlihat lebih tampan namun tatapan mata tanpa emosi itu seperti menusuk tubuh nya.
"Hmm, saya boleh minta sesuatu?" tanya Anna lirih dengan gugup dan takut.
"Kau mau minta apa?" tanya Lucas yang terus mengelus rambut gadis itu seperti anjing kesayangan nya.
"Saya bisa ke sana?" tunjuk nya ke arah kamar mandi di ruangan itu.
"Untuk apa?" Tanya Lucas mengernyit.
"Itu, saya mau..."
"Mau..."
"Pipis," jawab nya dengan lirih dan takut.
"Kau kan bisa melakukan nya di sini," ucap Lucas segera.
"Ha? Apa di sini?" tanya Anna terkejut mendengar ucapan pria itu.
"Kenapa? Yang lain dulu juga seperti itu, ketakutan pada ku sampai ada yang buang air di tempat." ucap Lucas dengan datar.
"Besok pelayan akan membersihkan nya, jad-"
"Ta-tapi saya tidak bisa!" potong Anna segera.
"Kau baru saja menyela perkataan ku?" tanya Lucas mengernyit sembari menatap dengan tajam.
"Bu-bukan, hanya saja saya kan beda jadi saya juga..." ucap Anna lirih dengan takut.
"Kau mau ke sana?" tanya Lucas sembari bangun dan berjongkok di depan gadis itu.
Tangan nya menyentuh pipi lembut gadis itu, Anna diam sejenak namun tangan pria itu seperti ingin membuat nya kembali bersikap manja.
Ia pun menyandarkan pipi nya pada telapak tangan pria itu dan mengusap nya seperti tingkah anak kucing yang suka mengelus.
Lucas kembali tersenyum melihat nya, ia pun beranjak membuka rantai nya dan membawa gadis itu ke kamar mandi nya.
"Sekarang kau bisa buang air," ucap nya sembari berdiri tepat di depan gadis itu melihat nya.
"Tapi, Sir..."
"Kenapa anda tidak keluar?" tanya Anna lirih yang tak mungkin bisa buang air kecil jika di perhatikan seperti itu.
"Kenapa aku harus keluar?" tanya Lucas dengan datar dan terlihat bingung.
"Sa-saya kan mau pipis..." ucap Anna lirih menatap pria itu.
"Lalu?" tanya Lucas dengan mengernyit.
Anna bingung menjelaskan nya, siapa yang tak merasa aneh dan malu jika di perhatikan ketika sedang buang air oleh orang lain terlebih lagi dengan lawan jenis.
Lucas membuang napas nya, ia menyentuh dagu gadis itu dan melihat nya, "Hey cumi? Kau lupa sesuatu? Kau sendiri yang menawarkan diri mu, dan sekarang kau itu milik ku."
"Kau tidak berhak mengatur ku, mengerti?" ucap pria itu dengan penuh penekanan.
Anna tersentak, ia seperti tak bisa melakukan apapun. Sekujur tubuh nya merasa takut, belum lagi luka nya yang terasa semakin perih.
"I-iya..." jawab nya lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Putry Irena
Aelah masa mau pipis doang. masalah ya jadi besar? Buset ribet banget dah punya mata cantik.
2023-02-19
3
vty
16+17
2023-02-12
0
Nur Lizza
skit apa si si lucas serem amat
2023-02-07
0