Satu jam yang lalu
Lucas kembali memasang earphone di telinga nya dan mengaktifkan chip yang tertanam di tubuh Anna melalui ponsel nya.
Ia mengernyit, perkelahian yang membuat gendang telinga nya ingin pecah sudah berhenti namun ia mendengar suara pukulan yang seperti di layangkan pada tubuh 'peliharaan nya'.
Rasa kesal memasuki nya, bahkan jika gadis itu bukanlah peliharaan nya spesial nya dan sama seperti orang-orang yang sudah mati di tangan nya ia juga tetap akan merasa kesal.
Sesuatu yang sudah menjadi milik nya harus ia yang tentukan, mau itu hidup atau mati. Di pukul atau memukul. Terluka atau di obati. Ia lah yang akan menentukan nya dan bukan lah orang lain.
"Haruskah aku ke sana?" gumam nya yang merasa kesal dan juga mungkin akan sedikit menarik nanti nya.
...
Kembali ke saat ini.
"Tapi kau siapa?!" Mrs. Zeya kembali membuka suara nya.
Lucas pun sedikit menjauh, ia kembali berbalik dan mengernyit tak suka.
"Kau bodoh dan punya telinga yang buruk," ucap nya secara gamblang.
Sudah jelas ia mengatakan jika ia adalah wali dari murid yang bernama Maurenne Arianna itu tapi masih saja di tanya ia siapa?
Mrs. Zeya tersentak wajah nya memerah karna malu dan emosi seketika saat mendengar nya.
Sedangkan Anna yang mulai terbiasa dengan ucapan ketus dan aneh pria itu langsung memegang tangan Lucas.
"Kau tidak tau siapa aku?! Aku akan melaporkan kalian semua!" ucap Mrs. Zeya dengan amarah.
Lucas tanpa sadar tersenyum, ia melihat seseorang yang menyombongkan diri di depan nya?
"Memang nya kau siapa?" tanya dengan wajah dan nada yang meremehkan.
Mrs. Zeya berdecak, sedangkan para guru mulai kalut dan bingung hingga salah satu nya menyenggol dan berbisik ke arah Lucas.
"Dia istri dari petinggi di JNN grup, Istri dari direktur JNN!" bisik seorang guru pria di dekat Lucas dengan mengulang dua kali nama perusahaan ternama itu.
Bukan hanya di negara nya sendiri namun sudah berlayar ke 8 negara yang menjadi satuan dari Eropa.
Lucas ingin tertawa mendengar nya, masih direktur sudah sangat angkuh?
Padahal ia yang merupakan pendiri perusahaan itu saja tak pernah menggemborkan siapa dirinya seperti itu.
"Sudah ku duga semua yang berhubungan dengan mu pasti akan menyenangkan." ucap nya sembari melihat kembali ke arah Anna.
"Kau mau melaporkan? Silahkan saja, aku tidak masalah." ucap nya dengan senyuman devil yang membuat Mrs. Zeya merinding.
"Maaf, tapi saya rasa kita bisa menghentikan nya di sini. Ini hanya perkelahian anak-anak. Membawa ke jalur hukum terlalu berlebihan." ucap sang kepala sekolah.
"Ya, terserah tapi siapa yang membuat cumi-cumi ku terluka?" tanya nya lagi sembari menatap satu persatu orang-orang yang berada di sana.
Anna meremas jas yang di kenakan pria itu dari belakang. Bukankah kalau ingin mengaku sebagai wali nya setidaknya harus ingat nama nya siapa?
Tidak ada yang menjawab, atas pertanyaan tersebut.
"Saya baru dengar kalau saudari Anna memiliki wali, bisa anda jelaskan hubungan kekerabatan apa yang anda miliki misal nya, Sir?" tanya sang kepala sekolah.
Mereka menerima siswa baru di kelas satu dengan kondisi yang low class karna ingin terlihat memiliki citra yang baik. Maka dari itu pilihan nya jatuh pada seseorang yang memang tak memiliki siapapun dan apapun.
Lucas diam dengan ekspresi datar nya namun tetap membuat suasana semakin tegang.
"Anda paman nya?" tanya sang kepala sekolah karna ia sudah tau jika Anna tak memiliki orang tua.
"Aku terlihat seperti paman anak ini?" tanya Lucas mengernyit.
Ia pun menarik napas nya, namun pria yang bahkan tak bisa melihat objek dengan jelas itu mana ia tau tentang keadaan sosial.
"Bisa di bilang aku seperti majikan-"
"He's my Dad!" potong Anna dengan cepat.
Tak mungkin ia membiarkan pria itu mengatakan tentang majikan dan peliharaan kan? Orang lain mungkin akan salah paham mendengar nya.
"Dad?" tanya Lucas mengulang dan menatap ke arah gadis itu tatapan seperti tak masuk akal.
Mampus! Mati udah aku hari ini!
Anna tersenyum kaku dengan wajah yang cemas saat melihat ekspresi terkejut pria itu yang tak menyukai apa yang baru ia katakan.
"Ya, aku punya wali sekarang karna ada yang mau mengangkat ku menjadi anak lagi." ucap nya dengan ragu dan sesekali melihat ke arah pria itu.
Cindy masih terdiam, sejak pria itu masuk dan memberikan hawa yang mengerikan ia malah terpesona dan mata nya masih melihat ke arah Lucas.
"Ya, kalau begitu bisakah kita bicara dengan baik?" tanya sang kepala sekolah menawarkan.
...
3 Jam kemudian.
Anna memegang tas nya ke depan dan memeluk nya dengan erat, kini ia tak lagi berada di kantor kepala sekolah melainkan tengah duduk di dalam mobil mewah pria itu.
"Sejak kapan aku punya anak seperti mu?" tanya Lucas sembari menaikkan satu alis nya.
Anna memejam, ia sangat takut jika ucapan nya tadi membuat nya memiliki hari terakhir saat ini.
"Se..sejak tadi..." jawab Anna gugup dan dengan tanpa sadar nya ia menjawab.
"Jangan menunduk, lihat aku." ucap nya sembari mencengkram rahang gadis itu agar melihat nya.
Percuma kan kalau ia datang jauh-jauh namun tidak melihat darah ataupun cahaya kilau dari mata biru gadis itu?
"Ka..kalau anda jadi wali saya kan i.. itu semakin me..menunjukkan kalau sa..saya milik a..anda..." jawab Anna kaku.
"Lalu keuntungan nya pada ku?" tanya Lucas mengernyit dan kini pandangan nya sudah terlihat akan mata biru yang gemetar itu.
"A..anda dapat lebih berkuasa atas sa..saya..." jawab Anna lirih yang sangat takut pria itu tersinggung.
"Kau bahkan memperlakukan ku seperti pengasuh mu." jawab Lucas dengan lirih dan mulai memperhatikan objek yang membuat nya tertarik itu.
Namun tangan nya, yang tadi mencengkram rahang gadis itu kini sudah beranjak mengusap area mata biru itu.
"Jangan berkedip," ucap Lucas yang tampak tak senang.
"Ya, Sir?" Anna bingung.
Bagaimana ia bisa tidak berkedip jika pria itu terus bermain di sekitar mata nya? Menyentuh bulu mata nya yang lentik dan kelopak nya berulang kali.
"Aku mau lihat mata mu tapi kau terus berkedip," ucap pria dengan tajam hingga membuat Anna berusaha keras untuk tak berkedip atau memejamkan mata nya.
Lucas merasa puas melihat gadis itu kembali menurut pada nya, ia pun memundurkan bangku mobil nya dan menarik gadis itu.
Anna tersentak, entah bagaimana ia sudah duduk di atas paha pria itu di ruangan tertutup dengan mobil yang di beri lapisan kaca hitam serta tempat yang terparkir dengan sunyi.
"A..apa yang anda lakukan, Sir?!" tanya nya dengan begitu terkejut dan berusaha untuk turun.
Lucas tak menjawab apapun namun ia hanya bergerak dan menuju laci dashboard di mobil mewah nya, mengambil pisau lipat yang tipis dan tajam itu.
"Sir? An-"
Anna terdiam, tubuh nya langsung meremang dan merinding.
Tatapan pria yang seperti maut itu menatap nya dengan haus dengan pisau tajam yang berada di tangan nya.
Lucas memperhatikan gadis yang memakai seragam tertutup dengan jaket itu, lalu mata nya melihat ke arah paha yang terlihat begitu mulus itu.
Tentu rok pendek itu akan tersingkap ketika gadis itu duduk di atas paha nya sembari berhadapan pada nya.
Tangan nya memegang paha mulus dan terasa lembut itu, tatapan nya seperti ingin segara mendapatkan apa yang ia inginkan.
Anna merinding, seluruh pori-pori nya nya naik ketika tangan pria itu menyentuh paha, namun ia sangat merasa sekarang pria itu bukan berniat melecehkan nya melainkan...
"Si..Sir? Ja..jangan di sini... Sa..saya akan buka jaket sa- Akh!"
Set!
Tes...
Tes...
Tes...
"Jangan menjerit, aku tidak ingin telinga ku sakit," ucap Lucas sembari berbisik di telinga Anna.
Tangan nya mulai menggariskan pisau tajam itu di atas paha yang putih dan mulus itu.
Aliran darah segar itu pun mulai mengalir, membuat kulit mulus itu terbelah dan mengeluarkan warna yang bagi pria tampan itu indah.
"Ukh!" Anna menutup mulut nya dengan kedua tangan kecil nya sembari meneteskan air mata ketika menahan sakit.
Ia takut jika berteriak akan membuat pria itu semakin menjadi memainkan pisau di tubuh nya.
Lucas kali ini tersenyum lagi, ia tak pernah tersenyum walaupun sudah membunuh puluhan orang yang ia kuliti namun kali ini merasa senang.
Tangan nya menarik pisau nya dan melihat ke arah Anna yang gemetar dengan wajah yang basah setelah ia melihat dengan jelas Farah yang ia sukai itu.
"Aku tidak akan membiarkan mereka, aku akan membalas mereka untuk mu." ucap nya dengan seringai yang tampak jahat sembari mengusap pelan air mata Anna.
Anna dapat merasakan aroma darah nya sendiri di tangan pria yang tengah mengusap air mata nya itu.
"Kau menangis bahagia kan? Ku dengar juga ada tangisan bahagia," ucap Lucas dengan wajah dan mata yang terlihat seperti benar-benar tidak tau tentang emosi seseorang.
Anna mencoba tersenyum, walaupun ia masih gemetar dan menahan sakit di paha nya, "Te...tentu Sir..." jawab nya sembari memegang tangan mengusap pipi nya itu.
Lucas menaikkan smirk nya, ia kembali melihat ke arah paha yang tadi nya memiliki kulit bewarna putih itu kini penuh dengan darah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Viana Faot
Yang benar saja thor klu ujung2nya suka sama si Anna knpa tegah2nya dia melukai Anna dengan cara sprti itu menggores tubuhnya Anna,sungguh di luar nalar manusia ceritamu ini thor
2023-03-12
0
Alfi Nirhays
bodoh
2023-02-25
0
𝓜𝓸𝓬𝓬𝓪
Mendadak loading 🤣
2023-02-07
0