Suara yang berisik kini mulai redup, kedua gadis itu sama-sama di bawa ke kantor guru dan berdiri menghadap salah satu pengajar yang memang bertugas mendisiplinkan siswa.
"Apa kau memang tidak mengerti aturan?" cercah salah seorang pria yang sudah memiliki rambut putih di kepala nya dan juga memakai kaca mata itu.
Anna hanya diam, padahal ia tidak berkelahi sendiri tapi hanya ia yang di marahi.
"Membuat keributan di kelas orang lain sampai melukai teman mu," sambung salah satu guru yang bernama Bentrad itu.
"Kenapa saya yang di salahkan? Dia mengambil design gambar orang lain! Saya juga menunjukkan lukisan saya pada anda, Sir!" ucap Anna membela diri.
DUK!
Ach!
Gadis itu meringis, pangkal buku yang tebal nan panjang itu langsung mendarat di kepala nya hingga membuat nya langsung merasakan nyeri.
"Gambar apa? Ck! Memang anak sekarang hanya tau melawan," decak Mr. Bentrad dengan nada kesal dan malas.
Sedangkan Cindy yang berdiri di samping di gadis itu itu hanya tersenyum kecil.
Memang nya siapa yang akan membela anak bantuan sosial yang bahkan tidak memberikan prestasi akademis di sekolah?
"Kau tau? Bantuan mu bisa di cabut kapan saja, seharusnya kau pikir dua kali kalau mau membuat masalah." sambung guru lain nya yang hanya menyalahkan satu pihak.
"Tapi itu memang gambar saya! Design saya!" bela Anna sekali lagi.
"Tapi aku menggambar nya sendiri! Kalau kau bilang itu gambar mu mungkin cuma konsep nya saja yang sama!" seru Cindy membela diri nya sendiri.
Ia bisa berdalih jika hanya memiliki konsep yang sama, karna lukisan bunga pun bisa menggambar apa saja asal dengan satu tema "Bunga" dan itulah yang akan menjadi acuan nya.
"Tapi semua nya sama! Kalau itu kan bisa di sebut tema nya!" seru Anna yang juga membalas ucapan gadis di depan nya.
DUK!
Ack!
Gadis itu kembali meringis, lagi-lagi kepala nya di pukul dengan buku tebal sedangkan gadis yang menjiplak design gambar nya itu baik-baik saja.
"Jangan meninggikan suara mu di kantor guru," ucap Mr. Bentrad dengan menatap sinis.
"Memang anak yang tidak punya orang tua sangat sulit di beri tau," sambung nya dengan lirih.
Tak lama kemudian suara langkah cepat terdengar memasuki ruangan tersebut.
Plak!
Anna tersentak, tubuh nya langsung terhuyung dan pipi yang terasa panas seketika.
Salah satu guru wanita membantu nya untuk bangun saat ia terduduk di lantai dan guru lain nya yang awal nya hanya diam kini mulai berdiri saat mendengar keributan tersebut.
"Dasar anak tidak tau didikan! Kau membuat putri ku sampai terluka?! Kenapa di sekolah seperti ini bisa punya murid yang memalukan?!" ucap wanita yang memiliki pakaian glamor dan mencolok tersebut.
"Maaf? Kami akan menangani ini, saya harap nyonya bisa menahan emosi anda." ucap salah satu guru lain nya yang menenangkan orang tua dari salah satu siswa nya agar tidak membuat keributan semakin parah.
Anna masih terdiam, jika teman nya yang menjiplak karya nya itu bisa di datangi seseorang yang akan membela nya maka sangat berbeda dengan dirinya yang tidak punya siapapun.
"Memang nya apa yang saya lakukan? Lebih memalukan putri anda karna menjiplak design orang lain!" seru nya yang langsung bangun dan membalas tajam tatapan wanita paruh baya itu.
"Memang nya kau punya bukti?! Kau punya bukti kalau anak ku yang menjiplak gambar atau apalah milik mu itu?!" tanya wanita yang merupakan orang tua dari Cindy.
"Punya! Saya sudah memberikan gambar saya duluan! Iya kan, Sir?!' tanya nya yang langsung menatap Mr. Bentrad.
Mr. Bentrad mengalihkan pandangan nya dan menatap dengan kaku.
"Aku tidak ingat, tapi setau ku gambar mu berbeda." ucap nya berdalih.
Memang sekolah tempat ia bekerja bukanlah sekolah elit namun juga bukan sekolah biasa, sekolah yang memiliki kelas campuran namun juga banyak menyalurkan siswa nya pada universitas ternama.
Dan itu semua berkat beberapa orang tua murid yang memberikan sumbangan, mungkin bisa di bilang suapan agar anak-anak mereka mendapatkan perlakuan khusus dan gadis bermana Cindy itu salah satu nya.
Jadi siapa yang akan di bela?
Tentu nya siswa yang memiliki orang tua yang memberikan suapan dalam bentuk sumbangan dibandingkan siswa yang masuk karna promosi sekolah agar mendapatkan citra yang baik atau bisa di sebut siswa beasiswa bantuan sosial.
"Lihat! Kau sudah dengar kan?!" ucap ibu Cindy dengan menatap kesal pada gadis itu saat melihat wajah putri nya juga terluka.
Anna terdiam, semua mata menatap nya dengan tajam. Seperti menyudutkan nya di suatu tempat.
"Kami akan meminta dia meminta maaf pada anda dan putri anda, saya harap anda dapat memaklumi hal ini."
Suara yang terdengar dari salah satu sudut bibir yang langsung datang karna mendengar pertengkaran antara siswa yang menguntungkan dan tidak menguntungkan bagi kantong saku sekolah itu.
"Anda kepala sekolah nya?" tanya ibu Cindy dengan melihat kesal.
"Ya, benar. Kami akan mengurus masalah ini dengan baik jadi saya harap anda bisa memaklumi perkelahian anak-anak ini." ucap Mrs. Verocil dengan menunjukkan wibawa nya.
"Tidak bisa! Saya ingin membawa ini ke jalur hukum! Ini sudah bisa di katakan penganiayaan pada anak saya!" ucap wanita terlihat kesal dan berapi-api itu.
"Penganiayaan bagaimana? Anak anda juga memukul saya!" ucap Anna tak terima.
Seluruh tubuh nya juga membiru, wajah nya juga sama lecet nya di tambah lagi dengan tamparan yang tidak terduga, "Anda juga memukul saya! Seharusnya anda yang di laporkan!" sambung nya tak mau kalah.
"A...apa-apaan anak ini?!" ucap ibu Cindy yang tersentak karna gadis di depan nya langsung membela diri dan bukan menutup mulut nya.
"Anna! Jangan membuat keributan lagi!" sela Mrs. Verocil yang menatap dengan mata tajam pada gadis itu.
Anna diam sejenak, tangan nya mengepal menahan rasa ketidakadilan yang ia dapatkan saat ini.
"Minta maaf pada teman mu dan juga Mrs. Zeya." ucap kepala sekolah dengan nada tatapan yang memaksa gadis itu.
"Tidak! Cindy harus nya yang minta maaf lebih dulu! Dia yang menjiplak!" ucap Anna lirih.
"Astaga anak ini! Panggil ibu nya suruh ke sini!" ucap Mrs. Zeya yang merupakan ibu dari Cindy.
"Mah? Dia gak punya orang tua, dia anak bansos terus juga dari panti asuhan." bisik Cindy pada sang ibu.
Tatapan tajam wanita paruh baya itu semakin menjadi mendengar nya, ia memandang dengan hina dan menatap dengan kesal.
"Pantas saja tidak punya sopan santun! Orang tua saja tidak punya!" ucap nya dengan nada kesal dan menyudutkan.
Sekali lagi Anna terdiam, memang nya itu salah nya kalau tidak punya orang tua? Kenapa jadi ia yang di salahkan.
"Maaf, kami akan menyelesaikan masalah ini saya minta untuk tidak membawa hal seperti ini ke jalur hukum." ucap Mrs. Verocil yang tentu tak ingin nama sekolah yang ia bangun rusak seketika.
"Bisa saja! Kalau anak sombong ini mau minta maaf dan berlutut!" ucap Mrs. Zeya dengan tajam dan memandang rendah.
Cindy tersenyum dengan smirk nya, memang gadis di depan nya itu tak memiliki kesalahan apapun pada nya sebelum nya.
Namun ia merasa kesal saat melihat ada seseorang yang memiliki kemampuan lebih baik dari dirinya.
"Anna? Apa yang kau tunggu? Kau mau melibatkan seluruh sekolah hanya karna masalah mu?" tanya sang kepala sekolah.
Gadis itu diam, ia melihat ke seluruh mata yang menatap nya dengan tajam dan menyudutkan nya seperti tikus dalam perangkap.
Hening...
Tak ada siapapun yang berbicara lagi selain menatap tajam gadis itu.
"Tapi kan bukan aku yang salah..." gumam nya lirih.
Jika saja teman sekolah nya itu tak menjiplak lukisan nya mungkin ia tak akan merasa begitu kesal dan marah sampai menimbulkan perkelahian.
"Anda yang harus nya minta maaf!" Anna berteriak sembari memejamkan mata nya dengan erat.
Tak ingin melihat pandangan mata tajam yang membuat nya sulit untuk menarik napas nya.
"Dasar anak kur-"
Greb!
Mrs. Zeya tersentak tangan nya tercekal dan membuat nya langsung menoleh.
Deg!
Mata dan wajah yang tajam membuat nya tersentak, aura yang seakan marah menatap nya itu membaut nya membatu sejenak.
"Ma..maaf? Anda siapa?" tanya Mr. Bentrad yang melihat pria bertubuh tegap itu sudah masuk ke dalam ruang guru.
"Saya wali anak itu," ucap nya dengan dingin dan menatap tajam ke arah seluruh orang-orang yang berada di sana.
Anna tersentak, ia tau dan pernah mendengar suara tersebut.
Mata nya membuka secara perlahan dan...
Deg!
"S..Sir..." panggil nya lirih yang terkejut melihat yang datang pada nya.
"Tapi bukan nya dia bilang dia ti-"
"Mata mu tidak berfungsi? Sudah ku bilang kalau aku wali nya," ucap pria itu sembari mendekat dan melihat ke arah wajah Anna.
Ia memang tak bisa melihat ekspresi apapun, bahkan bekas memar yang akan dapat di lihat orang dengan jelas pun tak akan tertangkap mata nya tapi tentu warna merah dari darah yang terluka karna lecet atau sebagainya bis ia lihat dengan jelas.
"Berani sekali kalian membuat cumi-cumi kering ini terluka?" tanya nya sembari menyentuh pipi dekat bawah mata gadis itu yang terluka.
"Si..sir? A..anda ti..dak lupa nama sa..saya kan?" tanya nya dengan suara berbisik saat mendengar pria itu masih memanggil nya dengan cumi kering.
Tak ada jawaban atau balasan, tatapan yang tampak dingin tak memiliki emosi itu menatap tajam ke setiap orang yang berada di ruangan itu.
Lucas menundukkan tubuh nya mendekat ke telinga gadis itu dan berbisik, "Haruskah mereka semua ku bunuh saja?"
Anna meremang ia dapat merasakan deruan napas pria itu di daun telinganya, dan untuk pertanyaan itu ia tak menjawab apapun selain hanya memegang ujung jas pria di depan nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Wati Ajah
laahh kok jadi malah diskusi lucas🤣🤣🤣
2023-03-27
0
Mr.VANO
di saat anna tdk dpt ke adilan aku suka lucas dtg
2023-03-13
0
𝓜𝓸𝓬𝓬𝓪
Bisa bisanya, mana orang paham cumi2 kering 😭😭😭
2023-02-07
0