Suara napas yang terdengar lirih dengan debaran jantung yang seakan ingin keluar, mata dan tangan yang terikat. Tak bisa melihat apapun ataupun berusaha untuk melepaskan diri nya.
Hanya hawa dingin yang terasa di kulit ke tiga orang itu, sedangkan seorang pria lain nya tengah berdiri dan menatap datar akan apa yang ia lihat.
Tangan nya bergerak seakan meminta sesuatu dari teman yang berada di samping.
Alat yang tampak seperti besi alumunium dan bisa di perbesar itu di paksa di letakkan ke dalam mulut wanita paruh baya itu.
Tujuan nya hanya satu yaitu, agar mulut wanita itu bisa terus terbuka lebar dan tidak tertutup.
Hukh!
Hukh!
Wanita itu membelalak di balik penutup mata nya, ia merasakan sesuatu yang masuk. Seperti tangan seseorang dan mencoba untuk mengambil lidah nya.
Crash!
ARRGH!!!
Pisau yang tajam itu masuk ke dalam mulut nya, menyentuh lidah nya dan menyayat nya hingga terpotong.
Darah dari lidah nya sendiri masuk ke dalam tenggorokan wanita paruh baya itu, seluruh tubuh nya gemetar hebat.
Rasa takut dan rasa sakit berupa perih dan ngilu yang tak tertahankan ia rasakan. Seseorang yang mengambil lidah nya itu mulai ia rasakan menjauh dan mencabut alat yang di letakkan di dalam mulut nya yang kini terus mengeluarkan darah.
Sedangkan kedua orang lain nya yang semakin gemetar namun tak tau apa yang terjadi saat mata nya di tutup.
"A...ampun..."
"A...aku mohon a..mpuni a..ku..."
Suara yang terdengar gemetar itu memohon sambil menangis, namun tak akan ada guna nya karna mereka tak memohon pada 'manusia' melainkan pada sesuatu yang hanya berwujud seperti 'manusia' itu.
Tak ada yang menjawab akan permohonan yang sangat putus asa itu, pria itu pun mulai menarik tangan salah satu dari kedua orang yang belum menerima 'jatah' hukuman nya, dan...
Crash!
Crash!
ARRGHH!!!
"Tolong! Ampun!"
Suara teriakan itu begitu melengking dan terdengar mengerikan, seperti sedang memotong daging cincang untuk di masak. Jemari-jemari itu menghilang.
Bukan satu atau dua namun keseluruhan dari jari tangan kedua orang yang tidak di potong lidah nya itu.
Tak ada suara tawa atau pun percakapan, hanya suara pisau yang terdengar memotong dan juga teriakan serta tangisan yang memohon ampun.
....
Pukul 01.34 am
Pria tampan itu tampak mengusap rambut basah nya setelah mandi pada malam hari, tangan nya mengambil cerutu dan mulai menghidupkan api nya.
Menghirup dan membuang kepalan asap itu dari hidung dan juga mulut nya, angin malam itu masuk dan meniup wajah tampan yang tengah berdiri di balkon kamar yang tampak mewah itu.
"Kau sudah kirim dokter untuk cumi-cumi ku?"
Tanya pria itu tanpa menoleh ke belakang ketika ia mendengar pintu kamar nya terbuka.
"Sudah, dia terkejut melihat ada yang mendatangi nya tiba-tiba."
Jawaban yang membuat pria yang memegang cerutu nya itu tanpa sadar tersenyum.
"Kau yakin mau mengirim ini pada nya?" Diego menatap punggung sepupu nya itu dengan mengernyit.
Kotak yang berisi lidah serta jari-jari dan orang lain yang tampak di susun di dalam tempat yang cantik.
"Tentu, aku sudah bilang pada anak itu." jawab pria itu yang merasa jika cumi-cumi kering nya akan menyukai apa yang ia kirim.
................
Apart Horirt's
Anna menarik napas nya, ia menjatuhkan diri nya di atas tempat tidur nya. Hari ini tak banyak yang ia lakukan karna ia izin dari 3 kerja part time nya setelah pulang sekolah.
Mulai dari tangan sampai paha nya kini di tutupi oleh perban. Ia melihat obat dan pengobatan yang tak pernah ia lihat sebelum nya.
Lima orang yang tiba-tiba datang ke apart kecil nya dan mengobati luka nya serta akan terus di pantau agar tak meninggalkan bekas luka.
"Bekas luka? Memang nya itu penting?" gumam nya lirih.
Ia sendiri sudah memiliki bekas luka di punggung dan perut di atas rusuk nya. Bekas luka yang bahkan tak ingin ia ingat lagi bagaimana mendapatkan nya.
Anna membuang napas nya lirih dengan berat, padahal yang ia inginkan tak banyak. Ia hanya ingin tetap hidup dengan tenang.
Gadis itu berguling dengan pelan ke samping agar tak membuat luka-luka nya semakin perih, ia pun memejamkan mata nya lagi. Mencoba kembali tidur agar tetap dapat terbangun ke esokkan pagi dan menuju ke sekolah nya.
...
AKH!!!
Jeritan gadis itu terdengar melengking di lorong apart yang sempit dan terlihat kumuh itu.
Baru saja ia ingin memulai hari nya dengan awal baru, ia sudah mendapatkan sesuatu yang sangat-sangat mengejutkan.
"I..ini sungguhan?" gumam nya yang bergidik melihat lidah dan jari-jari tangan yang terputus di dalam kotak yang di tinggalkan di depan pintu apart nya.
Tubuh nya gemetar, siapa yang tak akan takut jika melihat barang kiriman seperti itu?
Mata nya memandang was-was pada sekeliling nya, tak begitu banyak yang tinggal di tempat dengan tingkat keamanan rendah itu.
Sunyi, tak menunjukkan gerangan apapun. Tangan nya mengambil dengan gemetar kotak yang berada di depan nya. Ia membawa nya menuju tempat sampah dan membuang nya.
"Si..siapa yang mengirim nya?" gumam nya yang masih gemetar dan syok.
Ponsel nya berdering, gadis itu mengangkat nya walaupun tangan nya masih sulit di atur karna terus bergerak gemetar dengan sendiri nya.
"Ann? Hari ini ulangan! Kalau gak mau tinggal kelas harus datang!"
"I..iya..." jawab Anna singkat dengan masih terbata dan langsung menutup telpon nya.
Ia tak tau apapun dan tak ingin tau apapun juga. Sekarang yang ia perlukan hanya mencoba tak ada yang terjadi pagi ini dan berangkat ke sekolah seperti biasa.
................
Sekolah
Sejak awal masuk hingga saat ini Samantha melihat ke arah teman nya itu, tak seperti biasa nya yang tampak ceria teman nya itu sangat pendiam saat ini.
"DUAR!!"
Anna tersentak, sedangkan suara tawa terdengar di balik nya.
"Kenapa sih Ann? Diem terus dari pagi? Kesambet? Atau tadi habis terbakar gara-gara soal ujian?" tanya Sena pada teman sekelas nya itu.
Walaupun mereka tau semua jika gadis cantik itu merupakan siswa bantuan sosial namun mereka merasa tak masalah karna Anna sudah lebih dulu mengambil hati teman sekelas nya.
"Gak apa apa-apa, aku cuma mikirin hasil ujian aja kali ini. Hehehe..." jawab Anna dengan tawa kecil yang terdengar canggung agar menghilangkan suasana tegang.
Gadis-gadis remaja yang mengelilingi Anna terkejut, tak terkecuali Samantha yang langsung menjatuhkan pulpen di tangan nya.
"Ann? Ini Anna kan? Ga kesurupan kan?!" tanya Samantha yang langsung memegang kedua bahu teman nya itu.
Gadis yang tidak pernah peduli dengan peringkat atau pelajaran nya itu kini mengatakan khawatir tentang nilai?
"A...aku kan gak mau tinggal kelas..." jawab Anna dengan berdalih dan memberikan tawa kecil.
Mana mungkin ia bilang apa yang terjadi pada nya saat ini pada teman-teman nya.
Sena berkedip dan langsung memukul lengan Samantha, "Makanya jangan nakut-nakuti Anna terus, Sam."
"Tapi tumben yah Mr. Bentrad gak datang hari ini? Biasa kan dia udah nunggu di depan gerbang buat jagain yang terlambat?" tanya Sena yang tertawa karna merasa senang tak ada guru menyebalkan yang sering menyuruhnya jalan jongkok di lapangan karna terlambat.
"Kamu lagi Ann juga aneh, musim panas gini pakai jaket pakai stoking panjang juga, gak panas?" sambung Sena sembari melihat ke arah teman sekelas nya itu.
"Iya, kan aku mau coba mode baru." jawab Anna dengan mencoba tersenyum seperti biasa nya, ia tak bisa mengatakan tentang bekas luka yang sedang ia tutupi di balik pakaian nya.
"Makan yuk, udah laper juga!" seru Samantha sembari menarik tangan Anna dan mengajak nya makan siang.
"Iya, keburu bel lagi nanti." sambung Sena yang juga beranjak bangun agar tak membuang terlalu banyak waktu istirahat nya.
...
Bruk!
Suara tawa para gadis remaja itu terhenti, Sena maupun Samantha membatu sejenak melihat siapa yang mereka tabrak sedangkan Anna yang tidak tau apapun tampak lebih mengkhawatirkan roti dan jus nya yang tumpah.
"Ma..maaf kak..." seru kedua gadis itu yang langsung membungkuk dan ingin cepat pergi.
"Kenapa kita yang minta maaf? Kan dia yang nabrak! Terus makanan sama minuman kita juga hancur!" ucap Anna sembari menunjuk ke arah pria yang lebih tinggi dari nya itu.
"Ann! Hush! Udah kita pergi aja!" bisik Samantha pada teman nya.
Ia tau jika teman nya itu tak akan mengenal siapa yang sedang di hadapi saat ini karna tak pernah mementingkan gosip.
"Kau mau aku minta maaf?"
Suara yang terdengar bulat penuh bas itu mendekat sembari tersenyum miring.
"Engga kak! Kami yang salah!" ucap Sena yang langsung menarik Anna dan beranjak ingin pergi.
Remaja laki-laki yang beranjak dewasa itu tersenyum sembari memandang sinis dan beranjak pergi tanpa mengatakan maaf sama sekali walaupun ia menabrak lebih dulu dan membuat makanan ketiga gadis itu rusak.
"Ck! Dasar rakus!" gumam nya yang mengejek para gadis yang masih membeli makanan setelah makan siang di kantin itu.
"A..apa? Dia bilang kita apa?!" ucap Anna yang tentu bisa mendengar suara kakak kelas nya itu.
"Ann? Udah balik aja kita." ucap Samantha sembari memegang tangan teman nya dan mengajak ke kelas lagi.
Plak!
Remaja pria itu menghentikan langkah nya, ia langsung menoleh dan menatap sesuatu yang di lempar tepat mengenai kepala nya itu.
Roti?
"Udah salah tapi gak mau ngaku!" ucap Anna sembari menatap kesal.
Ia tau bagaimana sulit nya mencari uang maka dari itu ia tak pernah menyia-nyiakan makanan dan karna ingin tak mencari masalah di tahun pertama nya sekolah ia memilih tetap diam namun remaja yang menabrak nya itu malah mengejek nya sekalian.
"Siapa nama mu?" tanya remaja laki-laki itu dengan menatap tajam ke arah gadis yang bicara pada nya dan ia tau itu juga gadis yang sama dengan yang melempar nya pakai roti.
"Ma..maaf kak!" seru Sena dan Samantha yang bersamaan sembari langsung membawa kabur Anna dengan cepat.
Ketiga gadis itu berhenti saat sudah lari cukup jauh dan tentu nya tak lagi melihat kakak kelas yang menakutkan itu.
"Dia siapa? Aku gak pernah lihat." tanya Anna dengan mengatur napas nya.
"Gevan Scout Walker, kamu mungkin gak tau karna gak pernah dengar gosip dan lagi pula dari baru kembali dari skors nya," ucap Sena yang juga menarik napas nya.
Anna menatap dengan bingung, ia melihat ke arah Samantha.
"Di diskors 40 hari," ucap Samantha.
"Kenapa?" tanya Anna dengan bingung.
"Dia lempar anak kelas lain dari jendela ruang musik," ucap Sena menyahut.
Anna langsung terkejut, "Terus kenapa masih bisa sekolah? Gak di keluarkan?!" tanya Anna yang tersentak.
Masalah nya ruang musik itu di lantai tiga, gedung seni!
"Katanya dia anak anggota dewan, jangan terlibat sama dia! Dia pembuat masalah!" ucap Samantha.
Sedangkan Anna sudah terdiam membatu, niat menambah teman malah terus menambang musuh.
Mampus aku! Semoga dia gak ingat wajah ku!
...**************...
Harus di baca!
Oh iya di sini banyak yang tanya si Lucas itu gimana cara lihat dia, nah othor tu mau bilang kalau si Lucas itu bukan buta tapi kehilangan sebagian dari cara melihat nya.
Dia gak bisa lihat warna apapun selain merah (Darah, merah nya harus berasal dari darah supaya dia bisa lihat juga) sama (biru dari mata si Anna) yang dia lihat cuma seperti sketsa gambar (Taukan sketsa gambar? dengan pensil?) cuma hitam putih gitu aja.
Dan lagi cara dia lihat wajah itu berantakan, berantakan nya gimana?
Nah tadi othor bilang dia bisa lihat kan? Jadi setiap kali dia ngelihat bentuk yang objektif kayak misal nya angka, huruf, bangunan, mobil,bunga itu punya bentuk yang cukup jelas tapi gak punya warna sama sekali (Makanya penggambaran karakter dia ttp orang yang cerdas dan masih bisa pimpin perusahaan)
Nah, tapi kenapa lihat wajah gak bisa? Nah itu juga masuk dalam penyakit nya, karna dalam wajah seperti banyak aspek bentuk dari mata sampai mulut serta si Luc nya itu seperti memblokir cara negelhat wajah untuk sistem pertahanan dirinya sendiri (Kayak org yang ngeluarin kepribadian kedua dia kalau terancam)
Jadi setiap si Luc ini melihat wajah, otak nya itu bakal nyari sesuatu untuk tampilan mata dia berupa apa yang pernah dia lihat, contoh nya si Diego yang dia bilang mirip jajargenjang (Karna dia tau jajargenjang itu kayak apa tapi muka yang dia lihat abstrak atau sesuatu yang gak bisa di proses sama otak nya)
Kayak otak nya itu mikir, (Ini bentuk apa sih?) sama juga kayak Anna yang di bilang mirip cumi-cumi itu karna si Luc nya ini gak bisa proses wajah lawan yang ia lihat dan nyari sesuatu untuk gantiin gambaran di wajah itu.
Dan!
Pasti kalian bertanya" dong, ini penyakit apa sih?
Jawaban nya othor gak tau Hahaha🤣🤣🤣
Memang ada yah penyakit kayak gini?
Jawaban nya juga othor gak tau Hahaha🤣🤣🤣
Terus othor main buat aja gitu?
Jawaban nya No! Memang ini tuh cerita dari imajinasi TAPI! Penyakit nya itu terisprirasi dari penyakit mental dan otak sungguhan.
Skizofrenia (Gangguan dalam sikap dan halusinasi), Prosopagnosia (Gangguan dalam pengenalan atau melihat wajah seseorang), Buta warna (Gangguan dalam melihat warna )
Ini pengertian lengkap nya bisa di cari search sendiri yah, banyak kali kalo othor jelaskan satu-satu wkwk
Nah othor tersipirasi dari tiga penyakit itu dan othor buat ke dalam cerita. Walaupun penggambaran masalah si Lucas ini lebih ekstrem namun kalau kalian cari lebih dalam tentang pengertian dari tiga kata di atas itu pasti ada kemiripan atau kesamaan (Walau gak semua!) Karna kasus si Luc nya spesial wkwk
Dan yang bikin beda si Luc nya itu apa dari psikopat lain?
Di tau dan sadar! Kalau dia bermasalah makanya dia terapis dokter (Walaupun dokter nya banyak yang mati juga sama dia)
Dan itu aja penjelasan nya, Selamat membaca yah😘😘💕💕💕
Jangan lupa dukungan nya dan tinggalkan like serta komentar agar othor semakin bersemangat💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
Yoyoh Magfiroh
salut lah sm othor
daya imajinasi nya ajiiib
2023-02-22
1
Nur Lizza
lanjut
2023-02-08
0
𝓜𝓸𝓬𝓬𝓪
Ini authornya gak ngilu apa ya nulis beginian 😰
2023-02-07
0