Eleonara dikejutkan ketika dia melihat jam dinding sudah menunjukkan hampir jam tujuh malam. Pembicaraannya dengan Bu Maya, Vivian dan Midas membuatnya jadi lupa waktu. Eleonara segera berpamitan pada mereka untuk pulang.
"Kak, katanya mau balik kerja lagi? Sekalian aja anterin Ele pulang. Arah kantor Kakak sama rumah Ele sejalur, kan?" usul Vivian sambil diam-diam memberikan kode pada ibunya.
"Mau ke kantor lagi? Ya udah bareng aja. Lagian udah malem juga, itung-itung jagain Ele di jalan. Kalau Ibu titipin dia ke kamu, Ibu gak perlu cemas lagi," tutur Bu Maya sambil melirik ke arah Vivian seakan menyetujui kerja samanya.
"Eh, gak usah, Bu! Aku bisa pulang naik taksi," tolak Eleonara dengan wajah tegang.
"Taksi zaman sekarang lagi rawan penculikan dan pemerkaosan. Kalau di jalan kamu di apa-apain gimana coba? Udah nurut aja. Ibu bisa gak tidur semaleman mikirin kamu pulang sendiri malem-malem. Lagian aku nyuruh nginep juga, malah gak mau," gerutu Vivian.
"Kamu tau sendiri ibu aku kayak gimana, Vi. Main ke sini aja ngebujuknya mati-matian," ucap Eleonara terpaksa berdusta.
"Hmm ... ya udah makanya pulangnya dianter Kak Midas. Keluarga kamu juga udah pada tau Kak Midas siapa, gak bakal mikir macem-macem."
"Gak, gak usah. Kak Midas juga lagi buru-buru, iya kan, Kak?" tanya Eleonara sambil mengedipkan sebelah matanya. Berharap Midas bisa diajak kompromi.
"Tidak juga," celetuk Midas yang membuat Eleonara langsung menelan pahit dengan wajah datar tanpa ekspresi.
Vivian segera mendorong Eleonara ke luar tanpa basa-basi dan entah bagaimana Eleonara sudah berada di dalam mobil bersama Midas.
"Dah...! Sukses ya kalian, hahaha ...," ucap Vivian diikuti tawa bersama Bu Maya, membuat Midas geleng-geleng kepala melihat tingkah adik dan ibunya yang tidak ada bedanya. Mobil pun melaju pergi membelah jalanan.
Ternyata mereka kerja sama. Hah, harusnya dari awal pamitan aku langsung kabur aja. Terus gimana dong, nasib aku? Udah hampir jam tujuh lagi. Kalau pulang ke rumah Ayah sekarang, gak sempet balik ke rumah Pak Juna. Padahal udah janji sebelum jam tujuh harus ada di rumah. (Batin Eleonara resah sambil mengerucutkan bibirnya)
"Kenapa, Nara? Kelihatanya berat sekali saya antar pulang," ucap Midas yang tengah menghentikan mobilnya karena lampu merah.
"Ah, tidak, kok. Perasaan Kakak saja. Emm ... Kak Midas bisa tidak jangan antar aku pulang ke rumah?" ucap Eleonara sambil meremas dengkul.
Midas langsung menoleh dengan alis kiri terjangkat naik. Matanya menyiratkan penuh tanya.
"Bukan apa-apa. Sebenarnya ... em, tadi pagi Ayah menyuruhku menyampaikan amanat pada temannya, tapi aku lupa. Jadi, kepikiran deh, sampai sekarang. Takutnya saat pulang nanti aku dimarahi Ayah. Tolong antar aku ke rumah temannya saja ya, Kak? Mm, keberatan tidak?" dusta Eleonara sambil menyentuh kacamatanya dengan gugup.
Midas merasa kurang percaya dengan ucapan Eleonara karena terdengar seperti sebuah alasan. Namun, dia tak bisa memastikan benar atau tidak.
"Jika memang benar, baiklah. Setidaknya saya bisa sedikit meringankanmu," ucapnya ramah.
Kenapa nada bicaranya yang lembut seperti ini mirip dengan Pak Juna? Duh, kamu ini mikir apa sih, El! Pak Juna memang sopan dan ramah, tapi dia suka sekali menggodamu! Berbeda dengan Kak Midas yang bisa menjaga bicaranya dan cara pandangnya terhadap wanita. (Batin Eleonara)
Tiba-tiba saja saat Eleonara memperhatikan Midas diam-diam, di luar jendela sana dia melihat sosok Selin yang sedang berboncengan dengan seorang pria menggunakan motor besar tepat di samping pintu bagian Midas. Kendaraan mereka berhenti juga karena lampu merah.
Wajahnya begitu jelas kalau itu memang Selin pacar Midas. Rambut hitamnya tebal keriting gantung, dengan hanya mengenakan kaos ketat dan celana pendek saja, memperlihatkan pahanya yang mulus dan berisi. Sampai Eleonara tak perlu meragukannya.
Sama siapa itu Kak Selin? Kok, dia peluk-pelukan segala? Kelihatannya juga sangat mesra. Jangan-jangan tadi Kak Midas galau gara-gara ini. (Batin Eleonara)
Midas merasa Eleonara sedang memperhatikannya diam-diam. Setelah dia menoleh, ternyata mata Eleonara menatap ke luar jendela. Apa yang menarik perhatian Eleonara sampai matanya melotot dengan kening mengernyit tajam? Membuat Midas penasaran saja.
Namun, begitu Midas hendak menoleh ke luar jendela, Eleonara buru-buru menarik wajah Midas hingga mereka kini saling bertatapan.
Blush...
"Nara?" ucap Midas terkejut dan bertanya-tanya apa maksudnya.
"Ma-maaf, Kak, tapi ... anu ... i-itu, emm!" Eleonara kelimpungan sendiri jadinya karena tidak ingin Midas melihat Selin yang sedang mengkhianatinya.
"Kamu ... ehem, agresif juga rupanya. Tapi, saya baru saja putus dari Selin, lho," kata Midas dengan pipi merona, salah tingkah.
"A-apa?!" Eleonara semakin gugup, bahkan tangannya yang masih menahan wajah Midas gemetar hebat karena sudah membuat Midas salah paham.
"Ternyata benar yang Vivi bilang, kamu menyukai saya diam-diam," celetuk Midas sambil mengulum senyum.
"Bu-bukan begitu. Ya Tuhan, kenapa jadi begini?" gumam Eleonara sambil menggertakan giginya. "Ah, lampu hijau, lampu hijau!" sambungnya sambil menengadahkan wajahnya melihat lampu lalu lintas yang sudah berganti hijau.
Dia buru-buru menarik tangannya setelah melihat motor yang Selin tumpangi melesat jauh.
"Benar, sepertinya Ibu sudah memberikan lampu hijau untukmu," racau Midas sambil mengusap tengkuk lehernya.
"Astaga, Kak Midas! Fokus!" Eleonara sampai menjentikkan jarinya di hadapan mata Midas. "Maksudku lampu lalu lintasnya yang hijau," sambungnya.
"O-o-ooh, benar! Sudah hijau rupanya, haha!" ucap Midas sambil tertawa tak karuan setelah sadar dari lamunannya. Dia buru-buru menginjak pedal gas sambil meremas setir dengan kuat.
Ya ampun, Midas! Bikin malu saja! Bisa-bisanya kamu meracau tidak jelas! Dia Nara, sahabat adikmu! Apa yang membuatmu bertingkah, hah?! (Batin Midas)
...
Sesampainya di rumah Juna, Eleonara turun dari mobil sambil sedikit membungkukkan tubuhnya memberi hormat pada Midas. "Terima kasih Kak Midas sudah mengantarku. Hati-hati di jalan, ya," ucapnya sambil memperlihatkan senyumnya yang indah karena kedua lesung pipi timbul memancarkan damage yang besar.
"Eh? Kamu tidak akan saya antar pulang nanti? Setelah dari sini kamu harus pulang kan, ke rumahmu?" kata Midas, heran.
"Ooooh, itu ... tadi Ayah mengirimkan aku pesan, katanya dia juga akan datang ke sini. Jadi, nanti aku bisa sekalian pulang dengan Ayah," bual Eleonara sambil menggerakkan jari jemari tangannya yang berkeringat dingin di belakang rok sekolah.
"Benarkah?" tanya Midas sambil menyipitkan matanya penuh curiga.
"Benar. Masa aku bohong. Sudah, tidak apa-apa kok, sungguh!" seru Eleonara meyakinkan.
"Baiklah. Kalau ada apa-apa hubungi saya atau Vivi saja," ucapnya sambil mengedarkan pandangannya, memeriksa keseluruhan rumah mewah di depan matanya dengan satu mobil terparkir rapi di carport. Suasana rumah cukup sepi, membuat Midas sedikit tidak tenang.
"Jaga dirimu."
Eleonara mengangguk dan Midas pun pergi bersama mobilnya. Tanpa Eleonara sadari ada seseorang yang memperhatikan mereka dari balik jendela. Siapa lagi kalau bukan...?
...
BERSAMBUNG!!
Hayo, siapa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Mimi Yoh
siap-siap El...
2023-02-06
0
Mimi Yoh
Jelas beda dong El,kan Pak Juna mah dah cinta ma kamu
2023-02-06
0
Mimi Yoh
Vivian oooh Vivian
2023-02-06
0