Eleonara POV.
Saat aku bangun tidur, aku terkejut melihat lengan besar melingkar di teherku. Punggungku terasa berat, seperti ada yang menghimpit, begitu pula dengan Kepala bagian belakangku. Ada embusan napas yang teratur. Membuat bulu kudukku merinding bukan main. Panik? Tentu saja.
Aku langsung menoleh dan mendapati seorang pria tampan tidur bersamaku tanpa mengenakan baju. Aku hampir teriak histeris, tapi aku bungkam mulutku ini dengan segera.
Aku lupa kalau aku sudah menikah. Aku hanya tidak terbiasa tidur berdua apalagi dengan seorang pria. Dadaku rasanya hampir copot saat melihat sosok Pak Juna yang memelukku dengan begitu erat.
Kepanikan seketika berubah menjadi keresahan tingkat dewa saat menyadari dada bidangnya dan perutnya yang kotak-kotak begitu jelas di depan mata, otot-otot tubuhnya terlihat padat berisi dilapisi kulit eksotis. Ada tato juga di dada kirinya hanya inisial nama EL kalau tidak salah baca karena tulisannya tegak bersambung.
Jujur, Pak Juna benar-benar seksi. Namun, aku segera mengalihkan pandangan mataku. Bagaimana bisa aku berpikir begitu dalam kondisi seperti ini.
Semalam tidak ada yang terjadi antara kami karena aku bilang padanya kalau aku sedang datang bulan. Akhirnya Pak Juna tidak mau menyentuhku, mungkin dia merasa jijik. Aku melihatnya meminum obat sebelum tidur. Dari situ aku yakin kalau memang dia memiliki kelainan.
Aku berusaha bangun sambil melepaskan pelukannya dengan hati-hati, takutnya malah membangunkan dia yang sedang terlelap. Sampai saat ini aku masih bertanya-tanya, benarkah aku sudah menikah? Apa aku dan Pak Juna seperti ini tidak apa-apa? Tidak ada penggerebekan, kan?
Rasanya masih dihantui rasa tidak nyaman karena mungkin belum terbiasa. Dekat dengan pria saja belum pernah, sekalinya dekat sudah menikah seperti ini. Namun, entah kenapa padahal baru satu hari bersama Pak Juna, tapi dia bisa membuat hatiku tentram dan nyaman. Tempramentalnya baik, ramah, mudah tersenyum dan tidak membuatku merasa canggung saat bersama dengannya. Kita seperti dua orang yang sudah lama saling kenal.
Aku pun aneh pada diriku sendiri, biasanya aku begitu pemalu dan pendiam jika mengobrol dengan teman laki-lakiku di kelas. Seharusnya sikapku juga sama pada Pak Juna, mungkin harusnya lebih pendiam dan pemalu.
Apa karena Pak Juna ini sudah jauh lebih dewasa dariku, ya? Jadi aku menganggap dia seperti Kak Varel, anak pertama ayah angkatku termasuk kakak pertamaku. Dia sedang menyelesaikan kuliahnya di luar kota. Aku menikah saja Ayah dan Ibu tidak memberitahu dia. Padahal jika Kak Varel tahu aku dijodohkan, dia pasti akan marah dan menentangnya. Hanya dia yang baik dan selalu berpihak padaku di rumah. Huhu, Kak Varel aku merindukanmu!
Ah, iya, saat ini aku memakai pakaian yang begitu tidak pantas untuk gadis seumuranku. Lingerie berwarna merah menggoda dengan renda di bagian ujung dada. Terlalu hot, sampai malu menunjukkan diri, rasanya ingin mati mengubur diri saja.
Semalam karena tas berisi pakaianku ketinggalan, Pak Juna mengusulkan membuka beberapa kado, katanya di salah satu kado pernikahan, ibunya menghadiahkan piyama. Kukira memang benar piyama, tidak tahunya pakaian tipis terkutuk seperti ini. Menyentuhnya saja enggan, apalagi memakainya. T_T
Tapi, Pak Juna kelihatannya bahagia sekali melihatku tertekan. Aku sudah meminta padanya untuk meminjamkan salah satu pakaiannya. Tak apa longgar pun, itu lebih baik daripada harus memakai lingerie yang sangat tipis dan terbuka ini.
Sedihnya Pak Juna tidak mau meminjamkan pakaiannya. Dia memaksaku memakai pakaian terkutuk ini, katanya kalau tidak aku pakai dia akan menciumku sampai pingsan. Karena hanya ciuman saja boleh dilakukan meski aku sedang datang bulan. Huhuu... kini telinga polosku sudah ternodai perkataan-perkataan laknat seperti itu. Perkataan yang tidak pantas didengar usia sepertiku.
Bagaimana cara mengembalikan kepolosanku? Aku sendiri tidak tahu. Otakku mulai memikirkan adegan-adegan yang tidak senonoh setelah aku menikahinya. Pak Juna ini apa memang karakternya suka menggoda dan mempermainkan perasaan orang? Cara apa yang pantas untuk membalasnya, hm? Ada yang punya saran?
....
Author POV.
Eleonara segera membersihkan diri di kamar mandi, mumpung Juna masih tertidur. Selesai mandi, dia memberanikan diri membuka lemari pakaian Juna karena dia tidak mau terus menerus memakai lingerie. Jadi, memutuskan untuk meminjam (mencuri) pakaian Juna.
Sudah bisa dipastikan tidak akan ada baju atau celana yang muat ditubuhnya yang ramping khas anak SMA. Eleonara memilih kaos putih polos lengan pendek milik Juna berukuran XL. Dia mengambilnya dan memakainya sambil terus mengawasi Juna, takutnya tiba-tiba bangun dan memergokinya yang sedang mencuri.
Kaos putih polos sangat longgar di badannya, tapi tak apa. Lebih baik kebesaran dari pada kekecilan, kan? Dia mencari celana yang cukup di pinggangnya, tapi sayangnya semua celana Juna berukuran 30 ke atas, sedangkan dia biasanya memakai nomor 26-27. Mencari sabuk pun, tidak tahu dimana letaknya.
Eleonara mengerucutkan bibirnya sambil menghela napas hampa. "Tidak ada yang muat. Bagaimana ini? Tidak mungkin aku memakai boxernya, kan?" gumamnya putus asa.
Dia melihat dirinya di cermin. Lengan pendek kaos putih ini sesikunya, panjang kaosnya pun sejengkal di atas lutut. Benar-benar baju yang besar. Seksi sih, kalau hanya pakai kaos saja, tapi Eleonara tak memiliki pilihan lain selain hanya memakai baju tanpa celana. Kalau celana da-lam, tentu saja dia pakai.
"Sekarang, aku harus mencari pembalut. Cari ke mana, ya? Uang saja tidak pegang," gumamnya sambil mengenakan kacamatanya.
Eleonara menggeledah setiap sudut kamar Juna. Kini dia benar-benar berperan sebagai maling, bukan pengantin wanita. Sungguh sangat memalukan.
Tidak disangka Eleonara melihat uang lima ribu terselip di laci nakas. Dia terlihat bahagia. Eleonara berbisik pada Juna dengan tangan berkeringat dingin. Baru kali ini dia mengambil barang yang bukan miliknya, makanya begitu gelisah tidak tenang.
"Pak Juna, aku pinjam baju dan uang lima ribu yang terselip di laci ya, untuk membeli pembalut? Nanti aku ganti, kok," bisiknya di telinga Juna. Karena Juna tidak merespon, Eleonara menggerakan kepala Juna ke atas dan ke bawah secara perlahan seperti sedang mengangguk.
Eleonara menarik kedua sudut bibirnya dan menimbulkan lesung di kedua pipinya yang indah, lalu dia buru-buru melarikan diri keluar.
Beberapa menit telah berlalu, Juna mengerjapkan matanya perlahan. Dia masih terlihat ngantuk sambil memeluk guling yang tergeletak di sampingnya. Dia remas-remas tekstur guling yang sedang di peluknya, begitu rapuh. Tiba-tiba saja matanya mengerjap panik sambil menatap guling di depan matanya.
Juna terlihat kebingungan sambil mengedarkan pandangan matanya. Seakan mencari sesuatu, tapi tidak ketemu.
"Ke mana dia?" gumamnya sambil mengusap wajahnya dengan kasar dan menguarkan rambutnya ke belakang.
Juna menyingkap selimut, lalu beranjak bangun. Dia membuka kamar mandi, tidak menemukan Eleonara. Hanya melihat lingerie merah yang tergantung di belakang pintu saja. Juna langsung berpikiran yang tidak-tidak, kemudian segera ke luar dari kamar.
"Ele-" Mendadak mulutnya terhenti mengucapkan nama itu. Persis seperti dia memanggil Elena di masa lalu. Juna tampak tidak mau hanya sekedar nama saja jadi mengingatkannya pada Elena.
"Leona!" panggilnya sambil mencari-cari ke setiap ruangan. Namun, nihil. Tidak ketemu. "Jangan-jangan dia benar-benar kabur?!" gumam Juna panik.
Saat sedang begitu, pintu terbuka. Juna sudah berharap saja itu adalah Eleonara. Namun, harapannya pupus setelah melihat...
...
BERSAMBUNG!!
Like dulu dong, Canım ( ꈍᴗꈍ)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Mimi Yoh
Hehehe Ya Allah El,cape aku ketawa 😆😆😆😆
2023-02-05
0
Mimi Yoh
Bukan muat,tapi pas melainkan kedodoran hahaha
2023-02-05
0
🌈Yulianti🌈
Anne baba masa muda nya
2023-02-01
0