Eleonara berjalan mendekat sambil berusaha tersenyum meski tubuhnya masih sedikit gemetar. Juna menepuk pelan pahanya, menyuruhnya duduk di sana. Sangat ragu, tapi Eleonara melakukannya.
"Ah, bukan duduk di bagian itunya. Tapi, di paha saya," kata Juna sambil menahan sekuat tenaga agar jamur supernya tidak bangkit karena sudah terlanjur bersentuhan.
"O-oh, maaf, maaf. A-aku tidak tahu," ucap Eleonara gelagapan sambil membenarkan kacamatanya. Dia sedikit bergeser dan duduk di paha Juna. Suasana canggung mulai tercipta karena kejadian itu. Eleonara dan Juna terdiam sejenak.
Eleonara melihat di layar laptop Juna ada beberapa foto sketsa perhiasan yang cukup menarik perhatiannya. "Pak Juna, bukankah ini semua perhiasan?" tanyanya penasaran.
Juna mengangguk satu kali anggukan.
Ah, apa ini pekerjaan Pak Juna? (Batin Eleonara)
"Saya sedang memilih beberapa desain perhiasan yang akan dibuat menjadi 3D printing," jelasnya. "Kamu menyukai yang mana? Pilihkan beberapa untuk saya."
"Eh? Kenapa aku yang harus memilihnya? Ini pekerjaan Pak Juna, kan?" kata Eleonara dengan tatapan bingung.
"Saya ingin kamu memilihnya."
"Aku mana berani. Bagaimana kalau aku mengacaukan pekerjaan Pak Juna?"
"Saya sudah memilihmu. Kacau atau tidaknya akan membuktikan kalau pilihan sayalah yang salah," terangnya.
Eleonara tampak menimbang-nimbang sambil melihat beberapa sketsa perhiasan di layar laptop. Ada yang bentuknya simple, elegan dan rumit dengan beberapa batu dan berlian. Dia belum pernah membuat desain perhiasan karena hanya tertarik pada desain pakaian saja. Ternyata desain perhiasan bagus juga, membuatnya cukup tertarik.
"Emm ... yang simple dan hanya ada satu berlian ini terlihat bagus dan cocok untuk remaja. Yang bentuknya rumit, tapi cetar ini juga bagus. Cocok dipadukan dengan pakaian pesta dan perkumpulan ibu-ibu sosialita. Ini dan yang itu juga bagus. Karena mereka terlihat elegan, cocok dipakai wanita karir, dipakai ke acara formal juga bisa," jelas Eleonara tanpa sadar, bibirnya menyampaikan apa yang otaknya pikirkan.
Juna sampai dibuat kagum olehnya. "Kamu bisa memadukan perhiasan?" tanyanya.
"Tidak, itu hanya tebakanku saja," jawabnya singkat.
"Tapi, perhiasan yang kamu pilih memang cocok dipadukan dengan apa yang kamu sampaikan. Ah, dengar-dengar kamu juga suka mendesain, ya?"
Eleonara menoleh ke arah Juna dengan mata membulat. "Bagaimana Pak Juna bisa tahu?"
"Tidak sulit. Kamu bisa mendesain perhiasan?" tanyanya penasaran.
"Perhiasan? Aku belum pernah mencobanya," jawabnya sambil mengusap tengkuk leher.
"Kalau bisa mendesain pakaian, kamu pasti bisa mendesain perhiasan juga."
"Eh, aku ... tidak begitu yakin."
"Satu-satunya batasan meraih mimpi adalah keraguanmu hari ini. Keraguan hanya akan melemahkanmu. Di seminar minggu lalu bukankah saya sudah mengatakan kalau orang sukses memiliki keberanian mengambil tindakan, sementara yang lainnya ragu-ragu," terang Juna memberikan sedikit motivasi untuk Eleonara agar jiwa mudanya untuk meraih kesuksesan berkobar-kobar.
"Ya, aku ingat. Tapi, kalau membuat perhiasan sepertinya harus coba-coba dulu, hehe."
"Bagus, cobalah membuat beberapa, lalu tunjukan pada saya. Satu desain perhiasan yang bagus bisa menjadi nilai jual yang tinggi," kata Juna sambil diam-diam tangannya merayap menyentuh pinggang Eleonara yang ramping.
"Benarkah? Memangnya berapa harga persatu lembarnya?" tanya Eleonara penasaran setengah mati. Dia tampak semakin tertarik.
"Saya biasa menghargainya dari $30-$200 atau kalau dirupiahkan sekitar 450 ribu - 2,9 juta. Bahkan jika desainnya bagus tapi pengerjaannya rumit, bisa lebih dari $200 satu lembar," jelas Juna yang seketika membuat kedua mata Eleonara terbelalak besar.
"Serius bisa sampai tiga juta satu lembar desain?!" tanyanya antusias.
"Tentu, saya salah satu orang yang sangat menghargai suatu karya. Jika karya itu bagus dan memiliki nilai jual, saya tidak akan segan memberikan harga tinggi," ucap Juna sambil menyunggingkan senyum dan pipinya kini menempel di lengan Eleonara. Seperti kucing kecil yang minta dibelai.
Eleonara langsung membayangkan jika dia membuat desain perhiasan, lalu Juna menyukai beberapa diantaranya, dia akan mendapatkan banyak uang.
Misal satu lembar dihargai satu juta saja, lalu Pak Juna memilih lebih dari tiga lembar. Wah! Aku bisa untung besar, nih! (Batin Eleonara)
"Ah, ngomong-ngomong Pak Juna, emm ... bisa tidak jangan terlalu menempel begini?" bisik Eleonara yang seketika saja memecah suasana, karena tubuhnya jadi berat sebelah.
Juna tersadar dengan apa yang tubuhnya lakukan tanpa kendali. Sejak kapan tangannya melingkar di pinggang Eleonara dan pipinya menempel di lengannya. Ehem! Juna jadi malu. Dia segera menarik diri.
"Kapan menstruasimu selesai?" tanyanya sambil mengusap jambang tipisnya, salah tingkah.
"29 hari lagi."
Glek!
Juna hanya bisa menelan saliva sambil tersenyum pahit. "Tidak bisakah besok atau beberapa hari lagi?"
"Tidak."
"Apa ada yang bisa memicu agar pendarahanmu cepat berlalu?" tanyanya lagi seperti orang yang sudah benar-benar tidak tahan. Karena aroma tubuh Eleonara sangat menggoda dan membuat pikirannya traveling ke mana-mana.
"Sepertinya tidak ada," jawab Eleonara tanpa ragu. Dalam hatinya dia sedang tertawa puas karena bisa membodohi Juna.
Juna menghela napas hampa. "Leona, di rumah ini kamu hanya bisa menurut pada perintah saya. Saya ingin kamu menjadi istri penurut yang bisa setiap saat menyenangkan suasana hati saya. Apa bisa?" tanyanya tiba-tiba.
"Em, bisa. Pada dasarnya aku memang penurut," ucapnya sambil menunduk.
"Bagus, mungkin tidak sulit mengontrolmu kedepannya. Kamu tidak tanya hal seperti apa yang bisa menyenangkan hati saya?" kata Juna sambil menengadah menatap Eleonara yang duduk di pangkuannya.
"Ah, iya, bagaimana caranya?" Eleonara terpancing.
"Seperti ini. Lihat layar laptop saya," titah Juna sambil menunjukan beberapa foto pasangan kekasih yang sedang berci-uman sampai foto-foto yang sedang melakukan hubungan suami istri.
Bom!
Mata Eleonara bukan terbelalak lagi, bahkan sepertinya hampir ke luar dari rongganya. Sekujur tubuhnya menegang, wajahnya memerah seperti tomat matang. Dia buru-buru membalikan wajahnya dengan mata tertutup rapat.
"Pak Junaaaa...!!"
Juna tertawa lepas sambil memeluknya erat. "Hahaha ... kamu harus terbiasa dong, melihat yang seperti ini. Saya bahkan memiliki banyak videonya. Kalau kamu mau, kita bisa melihatnya bersama di kamar," godanya lagi dan lagi.
Kamu pikir aku tidak tahu rencanamu dengan Kak David? Huh, ingin coba-coba membalasku, ya? Anak nakal! (Batin Juna)
Eleonara langsung menutup telinganya sambil meracau. "Aaa iiii uuuu eeee ooo ... aku tidak dengar apa pun. Aku tidak dengar! Aaa iii uuu eee oooo!!"
Tingkahnya semakin membuat Juna gemas. Saat Eleonara hendak melarikan diri. Juna buru-buru menahannya.
"Mau ke mana?"
"Tidur. Besok harus sekolah," jawabnya sambil menggeram sebal pada Juna. Tangannya masih menutup telinga. Katanya tidak dengar apa pun, tapi dia bisa menjawab pertanyaan Juna.
"Biasakan mulai sekarang kalau mau pergi, ci-um pipi saya dulu," kata Juna sambil mengulum senyum.
Eleonara semakin kesal karena Juna tak ada capek-capeknya mempermainkannya terus. Kesabarannya sudah berada di puncak, apalagi melihat ekspresi senang diatas penderitaan orang lainnya itu. Uh, bikin tambah gondok!
Eleonara mendekatinya dengan tatapan balas dendam. Dia membuka kakinya, lalu tanpa ragu duduk di pangkuan Juna. Tepat di atas jamur supernya dan dalam sekejap membuat tubuh Juna mengejang. Eleonara mendekatkan bibirnya ke telinga Juna.
"Yakin nih, hanya pipi saja?" bisiknya penuh sensual sambil menyunggingkan senyum. Kedua tangannya diletakkan di dada bidang Juna yang malah semakin membuat gairahnya mencuat.
...
BERSAMBUNG!!
Kalau suka sama ceritanya jangan lupa like, komen & votenya ya, akak-akak cantik ( ˘ ³˘)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Mimi Yoh
El,takut"tapi penasaran 😀😀😀😀
2023-02-05
0
Murni Agani
wah cari gara2 Elena 🤣🤣
2023-01-27
0
shadowone
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-01-04
0