"Ehm, tidak buruk," kata Juna sambil merampas bungkus biskuit dari tangan Eleonara dan tak sangka Juna malah menghabiskannya.
Namun, tiba-tiba tanpa diduga, Juna merasa ada yang merayap di kakinya. Begitu dia menundukkan wajahnya untuk memeriksa, Juna langsung terlonjak kaget setengah mati sampai tak sadar tubuhnya melompat dan memeluk Eleonara. Wajahnya pucat pasi, namun dia masih bisa mempertahankan sikap sok cool-nya. Eleonara jadi ikut terkejut. Ada apa?
"K-k-kecoak! Kecoak!" Juna semakin erat memeluk tubuh Eleonara sambil menjinjitkan kakinya. Dia benar-benar takut pada serangga, termasuk kecoak yang menjijikan itu karena kecoak bisa terbang. Rasanya sekarang kecoak itu sedang menatap Juna sambil tersenyum menyeringai. Dalam pikiran Juna, kecoak itu siap terbang menghampirinya. Dia dibuat bergidik ngeri membayangkannya.
"Ugh, permisi Pak! Kamu memelukku begitu erat. Aku akan menyingkirkan kecoaknya. Lepaskan dulu!" seru Eleonara dengan suara tertahan karena dia takut ada yang mendengarnya di luar.
Di luar toilet, para siswi saling menatap heran karena suara di dalam toilet sangat berisik.
"Yang sedang buang air di dalam berisik sekali, iyuh! Sedang buang air seperti sedang bertarung saja. Sudah yuk, masuk ke Aula saja. Mr.Juna juga tidak kelihatan batang hidungnya."
Di waktu yang bersamaan terdengar suara seseorang berteriak. "Mr.Juna sudah tiba di Aula, cepat semuanya masuk ke Aula!"
Para siswi yang tersisa di sana segera berlarian menuju Aula dengan begitu antusias. Ternyata yang berteriak itu adalah Syam-pria tinggi cukup berisi berpakaian rapi dengan ketegasan di wajahnya seperti seorang bodyguard dan nyatanya dia adalah orang kepercayaan Juna. Syam sengaja mengatakan itu agar dia bisa menyelamatkan tuannya.
Juna berusaha melepaskan pelukannya, tapi dia masih takut. Dia malah meremas seragam sekolah Eleonara. Eleonara merasa terhibur karena pria tampan bertubuh atletis di belakangnya ini nyalinya langsung ciut ketika bertemu kecoak, hewan yang berkali-kali lebih kecil dari tubuhnya.
Eleonara melepaskan sebelah sepatunya, lalu dia pukul kecoak yang tidak bisa diam itu sampai mati dan masalah pun terselesaikan. Juna merasa lega sekali melihat binatang yang sangat mengerikan baginya itu sudah mati. Tubuhnya sampai berkeringat dingin.
"Tuan?" panggil seseorang dari luar toilet. Juna tahu suara siapa itu. Datangnya Syam memberi sinyal kalau di luar sudah aman. Dia pun membuka kunci toilet dan melangkah keluar sambil merapikan kemejanya serta mengontrol suasana hati dan ekspresinya agar tetap cool. "Ehem!"
Syam memperhatikan Juna yang kelihatan sangat lega sekali dengan kening berkeringat. Syam pikir Juna lega karena sudah terlepas dari para siswi fanatik itu.
"Ayo, Tuan."
Tiba-tiba saja Syam melihat seorang siswi berkacamata ke luar dari dalam toilet yang baru saja menjadi tempat persembunyian Juna. Sontak hal itu membuat Syam terkejut dan bertanya-tanya. Apalagi pakaian siswi itu sangat berantakan, seragam sekolahnya pun kusut. Pikiran Syam langsung traveling ke mana-mana saat melihat kepergian siswi berkacamata itu yang sedang merapikan seragam sekolahnya.
"Tuan ... em, apa yang Tuan lakukan di dalam dengan seorang siswi?" tanya Syam penasaran.
Syam langsung mendapatkan tatapan menusuk dari Juna, sebab nada bertanyanya seperti sedang mencurigainya saja.
"Tidak ada, memangnya apa yang harusnya terjadi? Apa kamu pikir aku seorang pedofil?"
"Ah, hehe, saya hanya bertanya saja. Ayo, semua orang sudah berkumpul di Aula menunggu Anda," kata Syam sambil menggiring Juna menuju Aula.
Sepanjang Juna memberikan materi, matanya terfokus pada Eleonara yang duduk di barisan paling belakang. Meski jauh dan nyaris tidak terlihat, Juna tetap bisa menangkapnya karena hanya ada beberapa siswi yang memakai kacamata saja. Tidak bisa dipungkiri dengan melihat senyumnya saat di toilet dia jadi teringat akan cinta pertamanya-Elena, wanita cantik dengan rambut coklat bergelombang keturunan Eropa yang telah membuatnya insomnia bertahun-tahun.
Setelah selesai acara, Eleonara yang akan masuk kelas bersama Vivian dipanggil oleh Pak Reka-Guru Kimia yang terkenal galak dan mudah marah karena Pak Reka melihatnya melewati kantor.
"El, sini! Bapak mau minta tolong," ujar Pak Reka sambil mengayunkan tangannya dengan kacamata tebal dan kepala botak yang mengkilap.
Kedua mata Vivian langsung membulat sempurna saat mendengar suara berat guru killer itu. Dia segera bersembunyi dibalik tembok dan membiarkan Eleonara begitu saja.
"Kenapa, Vi?" tanya Eleonara yang melihat sahabatnya ini gemetar ketakutan.
"Aku belum ngumpulin tugas minggu lalu, huhu. Aku langsung balik ke kelas ya, El! Kalau Pak Reka nanyain aku, bilang aja aku kebelet pipis. Dah!" Vivian langsung mengambil langkah seribu karena dia tak ingin berpapasan dengan Pak Reka. Eleonara pun tak sempat menghentikannya.
Akhirnya dia memberanikan diri menghampiri Pak Reka seorang diri meski belum tahu apa yang akan dia bantu. Entah kenapa aura Pak Reka mau sedang tersenyum atau bahkan diam sekali pun tetap saja rasanya menakutkan.
"Ada apa, Pak?" tanya Eleonara sungkan. Culun-culun seperti ini juga Eleonara termasuk siswi terbaik di Sekolah dan terkenal dikalangan Guru karena kepintarannya, bukan karena kenakalannya. Eleonara selalu masuk tiga besar dan cukup berprestasi. Nilai-nilainya selalu di atas rata-rata.
Pak Reka memberikan secarik kertas padanya. "Ini tugas untuk dikerjakan besok. Soalnya Bapak gak bakal ngajar besok. Kamu tolong fotocopy-kan di fotocopy-an seberang persimpangan, ya. Ini uangnya. 35 lembar aja."
Eleonara mengambil secarik kertas beserta uang tersebut. "Oke, Pak!" Saat dia akan berbalik, tak sengaja tatapan matanya bertemu dengan Juna yang sedang berbincang di kantor bersama Kepala Sekolah dan guru-guru lainnya. Dari tadi Eleonara tidak menyadari keberadaannya di sana.
Damage-nya bertambah saat Juna mengerutkan lengan kemejanya sampai siku. Urat-urat dilengannya menonjol menjalar seperti akar. Membuat Eleonara resah. Dia melemparkan senyum tipis pada Juna karena merasa sudah mengenalnya setelah kejadian di toilet dan saat Juna menjadi pemateri seminar.
Eleonara pun berlalu pergi dari situ.
Syam yang sedang duduk disebelahnya, memperhatikan pandangan Juna mengarah ke mana, sebab bibirnya menyahut saat diajak bicara dengan Kepala Sekolah, tapi matanya malah berfokus pada hal lain. Ternyata Juna sedang menatap kepergian siswi berkacamata itu.
"Ehem!" Syam sengaja berdehem keras agar Juna tersadar dari lamunannya.
"Ah, kalau begitu saya pamit dulu." Juna beranjak bangun sambil mengenakan kacamata hitam dan mengontrol suasana hatinya karena cukup terkejut saat Syam berdehem.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih karena sudah meluangkan waktunya hari ini. Padahal kami tahu jadwal Mr.Juna sangat padat. Mari, saya antar sampai depan," kata Kepala Sekolah sambil menggiring Juna dan Syam menuju area parkir.
Banyak siswi yang sudah menunggu Juna. Mereka bersorak ria memanggil namanya. Kepala Sekolah meminta keamanan untuk membatasi para siswi karena Juna akan masuk ke mobilnya.
Juna masuk di bagian belakang dan Syam di bagian kemudi. Mobil pun pergi dari situ membuat hati para siswi langsung patah karena kepergiannya.
Di jalan, tak sengaja mobil Juna berpapasan dengan Eleonara yang sedang berjalan kaki di bawah teriknya matahari sambil menggenggam secarik kertas ditangannya.
"Berhenti, Syam!" seru Juna sambil melepaskan kacamata hitamnya.
Syam langsung menginjak pedal rem karena perintah tuannya ini mendadak. "Ada apa, Tuan?" tanyanya cemas.
Eleonara terkejut karena sebuah mobil mewah tiba-tiba berhenti di sampingnya. Kaca jendela mobil itu terbuka dan memperlihatkan paras yang tampan rupawan dengan kemeja putih yang dikenakannya.
"Eh, P-Pak Juna?" kata Eleonara gelagapan. Dari ratusan siswa-siswi yang memanggilnya Mr.Juna, hanya dia saja yang tetap memanggilnya 'Bapak'.
...
BERSAMBUNG!!
Jangan lupa like, komen & lovenya ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Mimi Yoh
nggak tahu aja Juna,kalau El jodohmu
2023-02-04
0
🌈Yulianti🌈
lanjut ceu
2023-01-30
0
Murni Agani
si juna mister ama bapak kan sama yak😂
2023-01-27
0