Saat sedang begitu, pintu terbuka. Juna sudah berharap saja itu adalah Eleonara. Namun, harapannya pupus setelah melihat wajah konyol Syam. Juna langsung berwajah datar tanpa ekspresi.
"Ada apa, Tuan? Sepertinya sedang mengharapakan seseorang datang, tapi begitu melihat saya yang datang langsung tidak senang begitu? Saya cukup sakit hati, lho," usil Syam sambil menyunggingkan senyum. Syam membawa tas ransel berwarna abu-abu dan memberikannya pada Juna.
Juna mengambilnya tanpa semangat. Semalam dia menelepon Syam, memintanya untuk mencari tas ransel Eleonara yang katanya tertinggal di ruang make-up, juga membawakan beberapa barang-barang Eleonara yang lain karena Juna ingin Eleonara tinggal dengannya mulai sekarang. Namun, kelihatannya, Syam tidak membawa apa pun lagi selain tas ransel ini.
"Mana barang-barangnya yang lain?" tanya Juna penasaran.
"Ah, semalam saya sudah meminta izin pada orangtuanya, tapi anak perempuannya yang berwajah garang itu tidak memperbolehkan saya mengambil barang-barang Nona Ele. Katanya dia akan mengantarkannya sendiri nanti," jelas Syam.
"Syam, aku tidak mau dengar kamu memanggilnya Ele. Panggil dengan Leona," titahnya dengan tatapan tidak suka.
Syam langsung mengerti mengenai permintaan tuannya itu karena dia sudah bersama cukup lama dengan Juna. Bahkan sebelum Juna dan Elena bertemu.
"Baik, Tuan. Nona Leona. Ngomong-ngomong ke mana dia? Belum bangun? Apa Tuan menyerangnya terlalu kuat semalam? Hihi ...," goda Syam sambil cekikikan.
"Ck, jangan usil!" ketus Juna dengan wajah masam. Dia menelan pahit saat mengingat kejadian semalam. Juna sangat penasaran apa memang benar setelah bercinta bisa membuatnya tidur nyenyak tanpa perlu mengkonsumsi obat tidur? Sayangnya rasa penasarannya belum tertuntaskan.
Tiba-tiba saja Eleonara membuka pintu dengan mulut penuh makanan. Di tangan kanannya sedang menggenggam gorengan dan tangan kirinya membawa keresek hitam. Wajahnya begitu polos saat melihat keberadaan Juna dan Syam yang sedang menatapnya dengan mata membulat.
Eleonara memperbaiki posisi kacamatanya sambil salah tingkah. "Ah, Pak Juna sudah bangun? Ada Pak Syam juga."
Juna melihat penampilan Eleonara dari ujung kaki hingga kepala. Kaos putih lengan pendek miliknya yang kini di pakai Eleonara berhasil menggoyahkan imannya. Eleonara begitu seksi, astaga! Juna melirik ke arah Syam di sampingnya, mata Syam mengarah ke mana sampai pipinya merona dan matanya tidak berkedip?
Juna segera membalikan tubuh Syam dengan sedikit kesal. "Matamu lihat ke mana?!" geramnya.
Bergegas Juna menarik Eleonara masuk ke kamarnya dan langsung mengunci pintu. "Dari mana kamu pakai pakaian seperti ini?"
"Aku dari warung. Beli pembalut," jawabnya sambil memperlihatkan keresek hitam ditangannya. "Tidak mungkin kan, aku ke warung pakai baju tipis semalam? Jadi ... ehem, aku pinjam baju Pak Juna, hehe ...."
Juna menghela napas kasar sambil menyentil lembut kening Eleonara. "Lain kali kalau mau pakai pakaian seksi seperti ini cukup di rumah saja. Jangan dibawa keluar."
"Kalau ada pakaianku juga aku tidak akan meminjam baju Pak Juna, kok. Ini hanya terpaksa saja," ucapnya sambil mengelus dahinya yang baru saja disentil.
Bibir Eleonara yang sedang mengerucut penuh dengan minyak, membuat permukaan bibirnya glossy dan cukup meresahkan Juna.
Juna menelan salivanya sambil berdehem, lalu memberikan tas ransel abu-abu pada Eleonara. "Ganti sekarang, pakai pakaian yang tertutup," ucapnya sambil merampas gorengan di tangan Eleonara dengan gigitan dan masuk begitu saja ke kamar mandi.
"Gorenganku ... huhu," rengeknya sambil menatap hampa kepergian gorengan yang dia dapatkan dari ibu-ibu warung secara cuma-cuma.
...
Pagi ini Juna berniat mengajak Eleonara ke gudang besar miliknya yang berada di tepi kota. Dia ingin memperkenalkan istri kecilnya pada semua pekerja di gudang. Namun, baru saja mereka akan pergi, David beserta anaknya Moza datang bertamu.
"Paman!" teriak Moza antusias sambil berlari dengan menggendong tas ransel unicorn di punggungnya. Dia menghampiri Juna yang hendak membuka pintu mobil.
Juna langsung menangkap tubuh mungil Moza dan menggendongnya dengan senyum ceria. Dia mengelus rambut ikalnya yang dikuncir dua dan mencium pipinya yang bulat.
"Uh, enak sekali aromanya. Paman jadi ingin gigit pipimu. Boleh tidak?" goda Juna sambil kembali mencium pipinya. Eleonara memperhatikan dari ambang pintu. Kedekatan Juna dengan keponakannya telah menyentuh hatinya.
Moza menggelengkan kepalanya sambil mengulum senyum. "Memangnya pipi Mosa (Moza) bisa dimakan? Ini kan pipi, bukan roti. Paman ada-ada saja, hihihi ...."
"Moza?" panggil David sambil menggerakkan matanya, mengisyaratkan pada Moza untuk turun dari pangkuan Juna.
Juna melepaskan Moza dan Moza langsung berlari menghampiri Eleonara dengan mata berbinar. "Halo, Tante. Mosa ke sini mau bertemu dengan Tante," ucapnya dengan wajah gembira. Membuat Eleonara jadi gemas dan ingin mencubit pipi bulatnya itu.
"Aduh, jangan bilang Tante terus dong, kemarin kan sudah di kasih tahu. Panggil Kakak ya, hehe ...," bisik Eleonara.
Anak ini mengingatku? Padahal penampilanku yang kemarin dan sekarang jauh berbeda. (Batin Eleonara)
"Tidak mau! Ayah bilang Tante sudah menikah dengan Paman, jadi panggilan yang cocok adalah Tante," bantahnya dengan memasang tampang menggemaskan.
"Ah, ehem ... baiklah, terserah Moza saja." Eleonara tidak mau dibilang Tante karena panggilan Tante cukup tua menurutnya dan dia belum terbiasa akan hal itu.
"Semalaman saya tidak bisa tidur karena Moza terus menangis sambil meracau ingin menolong Putri. Dia minta saya mengantarnya ke sini untuk bertemu denganmu, Eleo...nara. Sepertinya ada sesuatu diantara kalian kemarin sampai Moza merasa nyaman denganmu," kata David sambil tersenyum ramah.
"Wah, benarkah? Sampai menangis semalaman? Hmmm!" Eleonara melempar tatapan menyipit pada Moza. Moza langsung tersipu malu. "Kamu sudah membuat ayahmu kesulitan. Jangan lakukan lagi, ya?"
"Hehe ... iya, Mosa janji tidak akan menyulitkan Ayah lagi," jawabnya dengan tatapan polos.
"Memangnya apa yang terjadi kemarin?" tanya Juna penasaran.
Eleonara membenarkan kacamatanya sambil salah tingkah. "Ah, sebenarnya bukan apa-apa. Kemarin aku melihat dia merasa bosan di acara pernikahan, jadi aku ajak dia bicara, lalu akhirnya larut dalam cerita Putri Salju. Ceritanya terputus saat Pak Juna memanggil untuk foto bersama," jelasnya sambil mengelus lembut kepala Moza.
"Hum, Mosa ingin tahu kelanjutannya seperti apa setelah Putri dibuang ke hutan oleh penyihir jahat. Terus, Mosa juga ingin belajar cara membuat bunga dari kertas. Kemarin Tante membuatkan satu untuk Mosa, lalu menyelipkannya di telinga. Nenek bilang Mosa sangat cantik," ucapnya sambil tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi susunya yang bersih dan mungil.
"Oh, jadi yang membuatkan bunga kertas itu Tante Ele?" kata David karena terlalu panjang menyebutnya Eleonara.
Juna langsung mendatarkan wajahnya sambil menatap tajam ke arah kakaknya. "Cukup panggil Leona saja," ucapnya sinis.
"Mm, baiklah," kata David yang merasa paham situasi. "Tapi, Moza ... sepertinya kedatangan kita tidak tepat. Paman dan Tante akan pergi. Benar, kan?"
"Tadinya aku ingin mengajak Leona ke gudang. Tapi, tidak pergi sekarang pun tidak masalah, bukan sesuatu yang penting juga. Masuklah," kata Juna sambil menggerakkan kepalanya pada Eleonara untuk mengajak Moza masuk.
Mereka masuk ke dalam dan duduk di sofa ruang tamu. Moza tak mau jauh dari Eleonara, dia sampai duduk di sampingnya.
"Tante, selain bisa membuat bunga dari kertas, Tante bisa buat apa lagi?" tanya Moza sambil memainkan ikat rambutnya.
"Banyak, Tante bisa membuat burung, perahu, kepala guguk, kupu-kupu, kodok, ikan. Banyak deh, pokoknya."
"Wah, Mosa mau bikin kupu-kupu! Tente tolong ajarkan, ya? Tadi Nenek membelikan kertas origami. Ada di tas Mosa." Moza begitu lincah dan cerewet. Dia segera mengeluarkan kertas origami berwarna-warni dari dalam tas unicornnya.
"Unicornnya bisa menyala, lho, Tante," sambungnya sambil menepuk kepala unicorn.
Juna dan David memperhatikan tingkah mereka berdua sambil tersenyum dan mengusap jambang tipisnya.
"Mau minum apa?" tanya Juna lirih pada David.
"Apa pun," jawab David.
Juna bergegas ke dapur karena tak ingin mengganggu Eleonara yang sedang asik mengajarkan Moza membuat kreasi dari kertas origami.
"Apa Tente juga bisa menggambar?" tanya Moza.
"Oh, tentu saja. Mau gambar apa? Tante bisa buatkan," jawab Eleonara dengan penuh keyakinan.
"Hebat sekali! Kalau bernyanyi, bagaimana?"
"Nyanyi?" kata Eleonara sedikit ragu sambil menatap Juna yang sedang meletakan minuman di atas meja. "Bisa sedikit," bisiknya sambil tersipu.
"Nyanyikan satu lagu dong, untuk Mosa, hihihi."
"Eh? Emm, i-itu ...."
"Ayolah, Tante, Mosa mohon!" rengeknya dengan mata berkaca-kaca.
"Duh, lagu apa, ya? Aha, sepertinya ada satu lagu yang cocok untuk seseorang," ujarnya sambil menatap penuh maksud pada Juna.
"Dasar kau keong racun! Baru kenal eh ngajak tidur!"
Tampaknya sedikit lirik yang Eleonara nyanyikan berhasil mengenai mental Juna. Juna langsung menatapnya dengan mata membulat sempurna. David pun yang sedang minum langsung tersedak.
...
BERSAMBUNG!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Nella 0105
ngakak gw El🤣👋
2023-03-04
0
Mimi Yoh
Ya Allah El....
2023-02-05
1
Murni Agani
dasar ele msk nyanyi buat anak kecil nyanyi keong racun gmn gak keselek bpkny😂
2023-01-27
1