Ia yang masih berdo'a tiba-tiba mendengar engsel pintunya terbuka dengan sangat pelan, kunci yang masih tertancap di lubangnya pun berputar-putar.
Tek! Tek! Tek!
Retek!
Deg deg deg!
Angga semakin ketakutan, terlebih saat telinganya yang tangkas mendengar suara pintu kamarnya terbuka.
Krieeet!!!!
Ya Tuhan, Allahu Akbar! teriak Angga dalam hatinya.
Ia pun membaca ayat kursi berulang kali untuk melindunginya dari gangguan setan yang terkutuk.
Angga yang ada dalam selimut terus menunggu kedatangan sosok yang menyerupai orang tuanya untuk menghampirinya.
Hingga 5 menit berlalu, tak ada siapapun yang datang menemuinya.
Ia yang penasaran membuka sedikit selimutnya yang ada di dekat matanya.
“Kosong?” Angga tidak melihat orang lain dalam kamarnya, bahkan pintu kamarnya masih terkunci rapat.
“Apa yang tadi hanya perasaan ku saja? Atau aku sedang bermimpi?” Angga mencubit pipinya.
“Tidak sakit?” kemudian Angga memukul keras wajahnya.
“Apa aku hidup di alam mimpi?” Angga pun bangkit dari ranjang, kemudian menuju jendela yang belum sempat ia buka.
Draaakk!!
Angga menggeser jendela kamarnya, dan ia pun melihat, dirinya dan teman-temannya tertidur di bawah pohon-pohon besar.
“Apa itu diriku yang sebenarnya?” Angga syok melihat pemandangan yang ada di depan matanya.
Ia pun melihat satu persatu wajah teman-tamannya. “Dimana Meli?” Angga yang ingin kesana keluar dari jendela kamarnya.
Ia yang kini berdiri di depan tubuhnya bingung harus berbuat apa.
“Bagaimana caranya agar aku bisa masuk ke jasad ku?” Angga yang pernah melihat orang-orang dalam film duduk di atas jasadnya kalau ingin menyatu kembali mulai mencobanya.
“Kenapa enggak bisa?” Angga yang telah berulang kali mempraktikkannya tak pernah berhasil masuk ke dalam tubuhnya.
“Ya Tuhan!!!” Angga mulai terisak.
Saat ia menangis sesungukan, tiba-tiba seorang kakek berbaju putih dengan sorban putih muncul di hadapannya.
“Jangan menangis,” ucap si kakek.
“Kakek siapa?” tanya Angga.
“Nanti juga kau tahu, ayo ikut kakek!” si kakek pun mengulur tangannya pada Angga.
Angga yang tak punya tujuan menerima uluran tangan itu.
Kemudian ia dan si kakek berjalan menuju cahaya putih yang ada di hadapan mereka.
“Kita mau kemana kek?” tanya Angga.
“Ikut saja.” suara kakek sepuh itu menenangkan hati Angga yang penuh dengan gelisah dan takut.
Setelah berjalan beberapa saat akhirnya Angga bangun dari tidurnya.
“Hah!!!” napasnya terengah-engah.
Ia pun melihat dirinya telah kembali ke tubuh aslinya.
Angga yang melihat Dia masih tak sadarkan diri segera menuju Dia.
“Dia! Dia! Ayo bangun!” Angga menepuk-nepuk pipi Dia, dengan harapan gadis cantik itu segera bangun.
Perlahan Dia membuka matanya, “Ehm, Angga, kenapa kau ada di ka...” Dia yang ingin melanjutkan barisan katanya tiba-tiba terhenti, karena ia melihat dirinya ada di hutan belantara.
“Angga! Apa yang terjadi?!” Dia yang panik menggenggam tangan Angga.
“Ternyata kita masih ada di gunung ini,” terang Angga.
“Kok bisa?” Dia yang bingung meminta penjelasan Angga secara terperinci.
“Nanti saja ceritanya, sebaiknya kita bangunkan yang lain,” ujar Angga.
“Baiklah.” Dia mengangguk setuju.
Kemudian Angga dan Dia pun membangunkan Reza dan Heru.
Setelah keduanya sadar, Heru pun bertanya pada Angga dan Dia.
“Meli mana?”
“Enggak tahu,” Angga geleng-geleng kepala.
“Ayo kita cari dia!” Reza tak ingin turun tanpa Meli.
“Sebaiknya kita cari jalan keluar dulu, karena kita sendiri enggak tahu arah jalan pulang,” ujar Dia.
“Dia, kau tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya dengan Meli, dia lagi di siksa Dia!” pekik Reza.
“Itu akan membuang waktu, sebaiknya kita sama-sama cari jalan keluar, setelah berhasil turun, kita minta bantuan pada warga dan juru kunci gunung ini,” ujar Dia.
“Aku setuju dengan Dia, karena kita enggak akan bisa menghadapi mereka, kita tidak punya kemampuan untuk melawan ilmu sihir mereka.” Angga mendukung pendapat Dia.
“Baiklah, aku juga setuju,” ujar Heru.
Pendapat 3 lawan satu menyulitkan Reza untuk mempertahankan keinginannya, akhirnya ia setuju untuk tidak mencari Meli.
Kemudian mereka berempat membaca do'a terlebih dahulu sebelum melangkah.
“Zikir jangan putus!” ucap Angga.
“Baiklah,” sahut ketiganya.
Dengan membaca Basmalah, mereka berempat pun mulai melangkah.
Angga yang memimpin perjalanan tak henti-hentinya berzikir.
Meski banyak pemandangan tak sedap di depan matanya, namun ia tetap berusaha untuk melanjutkan zikirnya.
Dia yang ada di belakang Angga, terus memegang ujung baju pria yang mencintainya itu.
“Jalan terus, jangan perdulikan apapun yang ada di hadapan kalian,” ucap Angga.
Angga memberi arahan pada ketiga temannya, karena 30 meter di mereka, ada 3 sosok pocong berwajah hangus penuh belatung yang siap menghadang perjalanan mereka.
Dia, Reza dan Heru pun melihatnya, mereka sontak menundukkan kepala karena tak sanggup melihat ketiga pocong itu.
Mereka yang takut terpisah saling berpegangan pinggang.
Saat mereka lewat di sebelah pocong-pocong iseng itu.
Mereka yang melintasi 3 pocong itu mencium bau busuk yang menusuk hidup empat sekawan itu.
Hoek!
Seketika Dia muntah, namun Reza tak mengizinkannya untuk berhenti.
“Jalan-jalan!” ucap Reza.
Alhasil Dia mengotori baju dan juga celananya, karena dia muntah dengan sembarangan.
Angga yang berada di posisi depan melihat buruk jalak yang pernah membantunya dan Dia untuk mencari jalan.
Ia pun mengikuti si burung jalak yang terbang tak jauh di atas kepalanya.
Berkat burung itu, perlahan-lahan, Angga mulai melihat jalur yang sebelumnya mereka lalui.
“Angga, itukan tempat kita istirahat kemarin?” ucap Dia.
“Kau benar!” sahut Angga.
Mereka pun semakin mempercepat langkah. Setibanya mereka di jalur yang benar, burung jalak itu pun terbang tinggi meninggalkan mereka.
Seiring dengan itu, matahari pagi pun mulai menampakkan diri.
Angga, Dia, Reza dan Heru melihat sunrise dari ketinggian 1200 mdpl.
“Alhamdulillah!!” mereka semua mengucap syukur karena bisa melihat matahari pagi sungguhan.
”Ayo!” seru Angga.
Lalu mereka pun mengikuti jalur yang sebelumnya mereka lalui, tentunya dengan terus berzikir dalam hati.
Pada pukul 18:00 Wib, Angga dan kawan-kawan tiba di kaki gunung.
Mereka heran karena tak melihat satu rumah pun disana.
“Bukannya disini perkampungan?” ucap Dia.
“Iya, seingat ku begitu,” ujar Angga.
Saat mereka masih syok, tiba-tiba seorang kakek tua yang datangnya entah darimana menyapa mereka.
“Apa kalian sudah kapok?” ucap si kakek.
Mereka pun menoleh pada si kakek yang yang wajahnya penuh kerutan.
“Kenapa kakek bilang begitu pada kami?” ucap Heru.
“Apa kalian tidak tahu, kalau gunung ini adalah gunung terkutuk?!” si kakek sangat marah saat mengatakannya.
“Kenapa bisa terkutuk kek?” Angga sangat penasaran dengan gunung yang telah mempermainkan nyawa mereka.
“Kalau mau tahu, ikut kakek, kakek akan menceritakan sejarah gunung ini pada kalian.” si kakek mengajak ke empat anak muda itu untuk berkunjung ke rumahnya.
Mereka yang butuh bantuan terpaksa mengikuti si kakek, karena bagaimana pun, ada 3 orang yang harus di selamatkan dari gunung itu.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Aqiyu
kalau ditempat baru jangan sembrono
2022-11-08
1
Suaidah Hasibuan
lanjut kk
2022-09-14
0