Ali yang bingung pun melihat kesana dan kemari.
“Ini kamar kita kakang,” ucap nyai Putri.
“Kakang? Apa maksud mu?” tanya Ali penasaran.
“Bukannya sekarang kita adalah calon pengantin?” ujar nyai Putri.
“Apa?” Ali tanpa sengaja melihat dirinya di pantulan kaca yang ada di sebelahnya.
Ia pun melihat, kalau dirinya telah memakai baju pengantin adat Jawa.
“Aku tidak ingin menikah!” Ali menolak pernikahan itu.
“Dengan bersedia ikut dan juga masuk ke dalam kamar ku, itu artinya kau mau jadi pendamping ku,” ujar nyai Putri.
“Aku tidak bisa, karena aku tidak mencintai mu.” Ali yang tak memiliki rasa tidak mau menjadi suami nyai Putri.
Raut wajah Nyai Putri langsung berubah, ia tak suka dengan Ali yang bersikap arogan padanya.
“Tapi aku menginginkan mu!” pekik nyai Putri.
“Kita berbeda, tolong kembalikan aku ke alam ku.” Ali yang ingin pergi tiba-tiba berhenti, karena ia melihat dari belakang nyai Putri muncul secara tidak logis 2 pengawal bertubuh manusia dan berkepala kuda memegang tombak yang sangat tajam.
“Kalau kau tidak mau, maka kau akan mati!” nyai Putri mengancam Ali.
Ali menjadi serba salah, satu sisi ia tak ingin menikah, di sisi lain ia tidak mau mati muda.
Dengan berpikir sangat keras, akhirnya ia pun mengatakan keputusannya.
“Baiklah, aku bersedia menikah dengan mu, asal kau kembalikan teman-teman ku dengan selamat ke alam kami, tunjukkan mereka jalan yang benar.”
Ali bersedia mengorbankan dirinya demi teman-temannya.
“Itu mudah kakang!” nyai Putri menyanggupi permintaan Ali.
“Satu lagi, apa bisa, kau pertemukan aku dengan Angga? Aku ingin bicara dengannya.” Ali ingin mengatakan hal penting pada Angga.
“Itu sangat mudah, kalau kita sudah resmi menikah, semua keinginan mu akan ku penuhi, bahkan aku juga akan memberikan kekayaan pada keluarga mu!” ujar nyai Putri.
“Baiklah.” setelah Ali setuju, prosesi pernikahan pun di laksanakan saat itu juga.
Baru saja Ali mengangguk setuju, tiba-tiba ia sudah berada di pelaminan, bersanding dengan nyai Putri.
Bagaimana bisa? batin Ali.
Belum selesai rasa bingungnya, semua orang yang menyaksikan mereka sudah memberi selamat. Karena mereka telah resmi menjadi suami istri.
Ali hanya bisa menerima uluran tangan yang mengucapkan selamat padanya dan sang istri.
Nyai Putri, istri dari Ali tersenyum lepas, karena pada akhirnya ia memiliki suami.
“Sebagai tanda syukur atas pernikahan nyai Putri Candra Wati, maka semua dayang dan juga budak akan di beri emas.
Pengawal berkepala kuda pun melempar koin emas ke kerumunan undangan yang menghadiri pernikahan Ali dan penguasa gunung keramat itu.
Ali hanya bisa melihat orang-orang yang sibuk memungut koin emas yang ada di atas lantai.
Netranya pun menatap tajam ke arah budak yang mirip seperti temannya Rita.
Rita yang memakai baju kebaya lusuh membuat Ali merasa iba.
Apa yang terjadi? batin Ali.
🏵️
Reza dan Heru yang masih berjalan tiba-tiba terjatuh.
Bruk!
Reza yang penasaran pun menoleh ke arah yang membuat kakinya tersandung.
“Haah!!” Reza berteriak.
“Ada apa?” tanya Heru.
“Ri-Rita!” Reza menunjuk ke sebelah kanannya.
“Rita!!!” Heru merasa syok, karena sahabat karibnya duduk bersandar ke pohon dengan mata terpejam.
“Rita! Bangun, Rita!” Heru menepuk-nepuk wajah Rita.
“Ya Tuhan!” Reza bergidik ngeri, karena bekas pukulan Heru membuat wajah Rita melepuh, dagingnya pun berjatuhan karena sudah busuk dari dalam .
“Sudah berapa lama dia mati?” Reza bertanya-tanya.
“Kau benar juga, pada hal Rita tadi ada di tenda, bagaimana bisa dagingnya sudah busuk?” Heru tak habis pikir dengan keadaan yang mereka hadapi.
“Ku rasa, Rita dan keluarganya pernah kesini, tapi tidak pernah turun lagi,” ucap Reza.
“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Heru.
“Itu!” Reza menunjuk ke belakang Heru.
Sontak Heru menoleh ke belakangnya. “Astaga!”
Bulu kuduk Heru merinding hebat, saat melihat ayah dan ibu Rita duduk berdampingan tak bernyawa.
“Ka-kau benar, apa yang harus kita lakukan sekarang? Apa kita harus meninggalkan mereka disini?” Heru menanyakan pendapat temannya.
“Tinggalkan saja, sebaiknya kita segera turun dan meminta bantuan warga,” ujar Reza.
“Baiklah.” dengan berat hati, Heru dan Reza meninggalkan mayat Rita dan kedua orang tuanya di tempat itu.
“Berarti yang bersama kita selama ini adalah jin Korinnya, Rita?” ucap Heru.
“Bukan, itu iblis! Kalau memang ingin memberi petunjuk, pasti dia langsung mengatakannya, bukan malah mengajak kita rame-rame naik gunung seperti ini,” ujar Reza.
“Kau benar juga.” Heru memijat pundaknya yang terasa berat.
Reza yang berjalan di sebelah Heru pun melihat kalau ada 2 pocong duduk di kedua pundak Heru.
Reza yang khawatir jika Heru takut memilih diam. Meski ia sendiri ingin melarikan diri.
“Kau kenapa?” tanya Heru seraya memijat bahunya.
“Tidak ada, aku hanya lelah,” ujar Reza.
“Iya, aku juga lelah, kita istirahat sebentar Za.” Heru yang membawa 2 sosok di pundaknya meminta istirahat.
“Iya, boleh juga.” Reza pun duduk membelakangi Heru.
“Za, apa kita benar-benar bisa keluar dari sini?” Heru yang pesimis ragu kalau mereka bisa keluar dari area pemakaman itu.
“Pasti bisa!” ucap Reza.
“Entah kenapa, ku rasa tidak akan.” Heru menundukkan kepalanya.
“Jangan bilang begitu, kita harus perbanyak do'a, semoga Allah mengabulkan do'a kita.” Reza menyemangati Heru, walau ia sendiri telah putus asa.
“Untung kau bersama ku, coba kalau aku sendirian, mungkin aku sudah menyerah.” Heru memegang pundak temannya.
“Za!” ucap Heru.
“Iya?” sahut Reza tanpa melihat wajah Heru.
“Apa ada sesuatu di belakang ku, makanya kau tak mau melihat ku?” tanya Heru.
“Enggak Her.” lalu Reza memutar tubuhnya menghadap Heru.
“Aku hanya ingin tidur, hari ini rasanya waktu terasa lama sekali, aku haus Her.” Reza merasa tenggorokannya teras kering.
Saat mereka berdua tertunduk lesu, tiba-tiba Heru dan Reza melihat sebuah cahaya putih muncul di hadapan mereka.
“Apa itu?” tanya Reza.
Reza dan Heru pun melihat satu sama lain. “Apa kita harus masuk ke cahaya itu, atau lari?” tanya Heru.
“Aku tidak tahu.” Reza bingung harus mengambil keputusan apa, karena ia takut, kalau salah mengambil keputusan bisa membahayakan nyawa mereka berdua.
Saat mereka masih memikirkan keputusan apa yang akan mereka ambil, mereka pun melihat dari dalam cahaya itu muncul Asrita ke hadapan mereka.
“Kenapa kalian ada di tempat ini?” tanya Asrita.
“Kami tersesat,” ucap Reza.
“Apa kau bisa membantu kami untuk keluar dari sini?” tanya Heru.
“Bisa, ikuti aku!” ujar Asrita.
Mendengar Asrita mau membantu mereka, Heru dan Reza merasa senang.
Rasa lelah mereka pun hilang, karena sebentar lagi mereka akan keluar dari gunung terkutuk itu.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Mameh Aulia
putri candrawati bukannya istrinya sambo ya😄
2022-11-10
2
Aqiyu
.......
2022-11-08
0
Edi yuzzardy
bukan pukulan..tepukan kali thor wkkkkk
2022-10-25
0