Angga melihat ke sekitarnya yang mulai gelap.
Hujan yang tadinya hanya rintik kini jadi deras.
Zzaar!!
Suara petir sahut menyahut secara bergantian tiada henti.
“Astaga! Kasihan Dia, pasti dia kehujanan.” Angga mulai melanjutkan perjalanannya tak lupa ia menyalakan head lampnya.
Air hujan yang membasahi tanah membuat Angga sulit berjalan karena licin.
Bruk!
Alhasil ia pun terpleset hingga terduduk. “Au! Sakit sekali!” Angga meringis karena merasa sakit di bokongnya.
Ia yang ingin bangkit tiba-tiba melihat sebuah tangan di depan wajahnya.
Sontak Angga mendongak, melihat siapa yang ada di hadapannya.
“Anda siapa?” sapa Angga pada seorang gadis cantik berambut panjang yang basah kuyup karena hujan.
“Ayo, ku bantu!” gadis cantik itu tersenyum.
Angga yang memang butuh bantuan pun menerima niat baik dari gadis cantik itu.
“Terimakasih banyak,” ucap Angga.
“Kenapa kau ada disini?” tanya gadis cantik itu.
“Aku mendaki bersama teman-teman ku, dan salah satu dari kami ada yang tertinggal, dan aku sedang mencarinya,” ucap Angga.
“Oh, pasti susah mencarinya, apa lagi hujannya lebat sekali.” gadis itu melihat ke atas langit yang kini tiada terlihat terangnya lagi.
“Kau mendaki juga?” tanya Angga, sebab gadis cantik itu hanya memakai baju kebaya model zaman dulu.
“Tidak, aku tinggal di sekitar sini, apa kau mau singgah? Nanti kalau hujannya sudah reda, kau bisa cari lagi,” ujar si gadis cantik.
“Apa? Kau tinggal disini?” Angga tak percaya ada seorang gadis cantik yang tinggal di gunung.
“Iya, ayo! Kau cari sekarang pun akan membahayakan dirimu, karena biasanya kalau hujan bisa memakan waktu berjam-jam, takutnya kau kena hipotermia.” terang si gadis cantik.
Meski Angga ragu, namun ia tak punya pilihan.
Benar juga, kalau aku kena hipotermia, yang ada akan menyusahkan yang lain, tapi kalau aku ikut, aku enggak tahu, sebenarnya dia manusia atau bukan, batin Angga.
“Baiklah, kalau kau tidak keberatan, aku akan ikut.” Angga setuju untuk bertamu ke rumah si gadis cantik demi kesehatannya.
“Ikuti aku.” ucap si gadis cantik dengan tersenyum manis.
“Baiklah,” ucap Angga.
Angga yang berjalan di belakang gadis cantik itu dapat melihat, kalau wanita yang ada di hadapannya berjalan tanpa alas kaki.
Yang paling membuat Angga tak habis pikir, si gadis cantik dapat melangkah mulus tanpa terluka sedikit pun meski mereka melewati rerumputan yang tajam.
Gila, apa dia hantu betulan? Atau memang kakinya kebal? batin Angga.
“Jangan melamun, nanti kau bisa terjatuh lagi.” ucap si gadis cantik.
“Aku tidak melamun kok.” Angga merasa heran, karena gadis itu tahu apa yang ada dalam hatinya.
Saat mereka masih setengah perjalanan, tiba-tiba lampu head lamp Angga mati.
“Tunggu sebentar.” Angga yang tak lihat jalan takut jika salah langkah.
Kemudian gadis cantik itu memegang tangan Angga.
“Jangan panik, kita tidak akan jatuh ke jurang.” gadis cantik itu menyakinkan Angga.
“Bagaimana bisa? Ini gelap banget, bahkan aku tidak bisa melihat wajah mu,” ujar Angga.
“Akukan tinggal disini, jadi aku sudah hapal jalan.” setelah itu, si gadis cantik berjalan kembali dengan menggenggam tangan Angga.
Apa-apaan ini? Apa sudah benar kalau aku ikut dia? batin Angga.
Setelah beberapa saat berjalan mereka pun tiba di depan sebuah rumah gubuk yang dindingnya terbuat dari kayu, atapnya terbuat dari daun jerami.
Angga melihat bentuk rumah itu berkat bantuan petir yang menyambar.
Tok tok tok!
Gadis cantik itu mengetuk pintu rumah yang terbuat dari bambu.
Tak lama dari dalam rumah ada seseorang yang membuka pintu.
Krieett!!!
Uhuk uhuk uhuk!
Seorang nenek sepuh dengan membawa obor membuka pintu.
“Purwati, siapa yang kau bawa?” tanya si nenek yang rambutnya penuh uban.
“Dia pemuda yang sedang mencari temannya yang tersesat nek,” ucap Purwati.
“Masuklah.” si nenek mempersilahkan cucunya dan Angga untuk masuk ke dalam rumah.
Angga dan si gadis cantik bernama Purwati pun masuk ke dalam gubuk sederhana itu.
Kemudian Angga membuka jas hujannya agar tak membasahi lantai rumah yang terbuat dari papan.
“Sini, biar ku taruh di dapur,” ucap Purwati.
Angga yang ingin menghargai Purwati pun memberikan jas hujannya.
Sedang si nenek yang masih berdiri menatap sinis ke arah Angga.
“Duduklah.” ucap si nenek dengan suara bergetar.
“Terimakasih banyak nek.” Angga pun duduk di dekat pintu.
“Geser sedikit, aku mau menutup pintu, nanti mereka bisa melihat mu.” perkataan sang nenek membuat Angga mengernyitkan dahinya.
“Mereka siapa nek?” tanya Angga yang ingin memperjelas ucapan si nenek.
“Orang-orang yang tidak senang dengan kehadiran kalian.” ucap si nenek dengan mimik wajah marah, kemudian si nenek mengunci pintunya rapat-rapat, setelah itu si nenek membaca mantra yang tak di mengerti Angga.
Kok nenek ini tahu kalau aku datang ramai-ramai? Dan, dia bilang apa ya kira-kira? batin Angga.
“Nek, memangnya kami melalukan kesalahan apa?” tanya Angga yang ingin tahu maksud si nenek tua.
“Niat kalian tidak baik di gunung ini, kalian juga sudah mengotori gunung ini!” si nenek begitu jijik saat mengatakannya pada Angga.
Angga yang merasa kalau dirinya salah menundukkan kepalanya.
“Apa kau sudah sadar? Karena kau dan teman mu itu, yang lainnya jadi korban,” ucap si nenek.
“Maafkan aku nek, aku bersalah.” Angga tak bisa memaafkan dirinya jika semua orang celaka karena ulahnya dan juga Rita.
“Kau tahu, tidak mudah mengambil emas itu dari tempatnya, jika kau sentuh, nyawa mu akan jadi taruhannya!”
Duar!!!
Informasi penting dari si nenek membuat Angga ingin pingsan.
Deg deg deg!
Jantungnya pun berdetak dengan sangat hebat, hatinya kian tak tenang.
“Apa nenek yakin?” Angga ragu, sebab Rita masih hidup sampai sekarang.
“Di jamin! Karena emas itu ada di sebuah makam keramat yang letaknya ada di sisi barat gunung ini, dan itu di jaga oleh iblis jahat! Andai salah satu penutup nisan yang di ikut tali itu lepas, maka dia akan meminta nyawa, bukan hanya satu, tapi banyak,” terang si nenek.
Duar!!!
Jantung Angga serasa mau meledak mendengar penuturan nenek tua itu.
Apa Rita juga sudah mati? batin Angga.
“Tapi nek, teman yang menuntun kami kemari masih hidup kok, bahkan dia membawa emas batangan itu ke kota dan memberikannya pada ku,” ujar Angga.
”Kau yakin itu teman mu?” pertanyaan si nenek membuat Angga ragu.
Terlebih Rita yang sekarang begitu berbeda dengan yang sebelumnya.
“Aku tidak tahu nek.” Angga merasa lemas.
Ia tak dapat membayangkan, jika mereka semua berakhir di tempat itu.
“Nek, apa yang harus kami lakukan? Kami belum mengambil emas itu sama sekali.” Angga berharap ada jalan keluar dari masalah besar yang sedang mereka hadapi.
“Terlambat, karena masing-masing dari kalian, punya kesalahan masing-masing!” terang si nenek.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Fitriah
gk bisa mundur lagi...
2022-11-22
1
Aqiyu
hmm
2022-11-08
1
Suaidah Hasibuan
lanjut kk
2022-09-10
0