Angga yang berjalan di belakang Rita pun bertanya-tanya dalam hatinya mengapa hal itu bisa terjadi, pada hal mereka mendaki tanpa izin dari penjaga gunung itu sendiri.
Harusnya warga menegur kami, apa lagi kami masuknya ilegal, batin Angga.
“Rit, kenapa tak ada yang menyapa kita?” tanya Angga dengan penasaran penuh.
“Karena aku sudah memberi mereka sogokan,” ujar Rita.
“Serius dikit Rit, aku tanya baik-baik pada mu loh.” Angga tak suka dengan sifat Rita yang terlihat tak wajar pagi itu.
“Hahaha... aku cuma bercanda, kalau mau tahu, kenapa kau enggak tanya pada merdeka saja?” ujar Rita.
Jawaban Rita membuat Angga malas, ia pun memilih diam, membiarkan keanehan itu terjadi begitu saja.
Setelah berjalan selama 30 menit, akhirnya mereka tiba di jalur yang nampaknya sudah lama tidak di lewati pendaki, terbukti dengan banyaknya rerumputan liar merambat ke jalan.
“Kau serius kita lewat sini?” tanya Angga
Ia merasa kalau itu bukan jalan yang aman untuk di lewati.
“Tentu saja, sebaiknya kita bergegas, lagi pula jalurnya terlihat jelas kok,” ujar Rita.
“Rit, istirahat dulu dong, cape nih, dari tadi malam jalan kesini.” Ujar Dia yang tidak biasa jalan jauh.
“Begitu saja sudah ngeluh, hehehe berjuang Dia! Kau pasti bisa!” Rita menyemangati Dia dari barisan depan.
“Iya aku tahu, tapi jangan buru-buru juga dong, kita kesini untuk menikmati pemandangan, bukan lomba naik.” Dia kesal dengan Rita yang tak pengertian padanya.
Angga yang mendengar keluh kesah dari orang yang ia sukai pun merasa kasihan.
Diakan baru pertama kali naik gunung, batin Angga.
Untuk itu Angga pun mendatangi dia ke belakang, berniat untuk menemani Dia yang langkahnya sangat lambat.
“Kau mau kemana?” tanya Heru, karena Angga malah berjalan ke belakangnya.
”Mau jadi sweeper,” ucap Angga.
“Oh.” Heru merasa lega, karena ia tak menjadi barisan paling belakang.
Untung ada Angga! batin Heru.
Sebab ia yang berani, kali itu merasa merinding, saat ada yang mencolek pinggangnya dari arah pinggir jalur.
Ia yang ingin cerita memilih diam karena takut membuat teman-temannya ketakutan.
“Hati-hati Ngga di belakang, nanti ada kuntilanak!” teriak Ali dari barisan depan.
“Bangsat kunti, kalau ada nanti ku kepang sekalian rambutnya!” ucapan Angga membuat yang lainnya tertawa, kecuali Dia yang super penakut.
Dan juga sangat menjaga kesopanannya masuk ke gunung itu.
Maafkan kata-kata kasar teman-teman ku, para penunggu gunung, batin Dia.
Ia meminta maaf dalam hatinya, karena ia yakin, kalau mereka yang tak kasar mata ada di antara mereka.
Saat teman-teman Dia masih bercanda tawa tanpa sopan santun, tiba-tiba Meli yang berjalan di belang Reza pun mulai usil dengan mencolek bokong sang kekasih.
“Hei! Apa yang kau lakukan?!” pekik Reza, ia terkejut dengan jahilnya tangan Meli.
“Biasa saja dong, kan aku cuma bercanda, Hehehe!” Meli yang kurang adab malah mengulangi perbuatannya, hingga Reza yang kesal berjalan lebih cepat ke depan.
Meli yang tak mau ketinggalan pun menyusul pacar tercintanya.
“Sayang! Tunggu aku!!” jalan yang masih landai memudahkan Meli dan Reza untuk main aksi kejar-kejaran.
“Hii, jangan lari-lari! Nanti malah terpisah!” seru Ali.
“Biarkan saja,” ucap Rita.
“Walau sudah sering naik gunung, tapikan enggak boleh ada yang jalan duluan.” Ali khawatir kalau kedua sahabatnya tersesat.
“Mereka enggak akan jauh-jauh kok,” ujar Rita.
“Kau bagaimana sih? Kita lewat jalur ilegal loh, kalau ada kenapa-napa bagaimana?” Ali merasa aneh dengan sikap santai Rita.
“Aman, Al. Aku kan sudah pernah kesini, hehehe...” Rita tertawa lepas.
“Tersedah kaulah, kalau ada apa-apa, kau yang harus tanggung jawab!” Ali tak ingin repot karena leadernya sendiri tak perduli akan kedua sahabat mereka.
“Sudah dewasa kok.” Rita seolah tahu apa yang akan terjadi pada keduanya.
Sedang Dia yang ada di depan Heru merasa panas dingin melihat kemesraan sang mantan dan sahabatnya.
“Sialan!” umpat Dia.
Heru yang mendengar ucapan Dia tertawa geli.
“Masih ada Angga, lupakan mantan mu yang enggak jelas itu.” Heru yang tahu kebejatan Reza tak ingin Dia bersedih terlalu lama.
“Ngomong apa sih Her, siapa juga yang masih suka dia, sikapnya terlalu alay, makanya aku enggak suka.” Dia yang masih cinta gengsi mengakui perasaannya.
🏵️
Meli yang seorang atlet pelari pun dengan cepat mengusul Reza yang sedang lari di jalur yang memiliki kemiringan 30 derajat.
Hug!
Meli memeluk sang kekasih yang membuatnya bergairah.
“Mel, jangan disini Meli! Kau tahukan, pantang melakukan hal-hal intim di gunung.” Reza mencoba menghentikan tangan Meli yang mulai liar.
“Persetan, mana ada perturan yang begituan, lagi pula ini cuma gunung biasa, enggak ada setannya sama sekali, jadi kau enggak usah takut!” Meli yang ingin bermesraan mengedipkan matanya pada Reza.
“Kita enggak tahu Mel, apa yang ada di gunung ini, lagi pula kita juga baru kesini.” meski memiliki rasa yang sama dengan Meli.
Namun Reza masih bisa menahan nafsunya yang menggebu-gebu sedari tadi.
“Bacot! Ayo kesana sebentar, lagi pula mereka masih jauh di belakang, kita kelar juga mereka belum sampai.” Meli yang berambisi untuk bercinta dengan Reza, memaksa kekasihnya untuk mengikuti keinginannya.
“Meli!!” Reza yang enggan melepas pelukan kekasihnya.
“Ayolah sayang!!!” Meli yang agresif mencium kilat bibir manis Reza.
Hingga iman pria tampan itu pun goyah, dan lupa akan tata kerama bertamu di tempat baru.
“Ya sudah, tapi cuma sebentar ya, nanti kalau ada yang lihat bahaya!” Reza yang sama-sama membara dengan sang kekasih dengan segera menggenggam tangan kekasihnya untuk menepi keluar jalur.
Keduanya pun masuk ke dalam rimbunnya semak-semak untuk mencari tempat yang aman menyalurkan hasrat mereka yang kian memuncak.
Srak srak srak!
Reza yang memimpin jalan terus melangkah tanpa melihat ke belakangnya.
“Za! Pelan-pelan dong, ilalang nya tajam banget tahu!” Meli mengeluh karena wajah mulusnya harus kena sayatan daun liar itu.
“Tidak apa-apa, kitakan lagi cari spot yang enak, hehehe...” Reza tertawa tak seperti biasanya.
“Iya, aku tahu, tapi enggak jauh-jauh jugakan!” ketakutan Meli memadamkan api asmara yang ada di dalam dadanya.
“Enggak jauh Meli, sayang,” ucap Reza.
“Za, kita kembali sekarang ya, lain kali saja ya kita begituan, aku takut!!!” Meli melihat ke arah langit-langit yang tak di tembus matahari lagi.
“Sedikit lagi kita sampai,” ujar Reza.
Kata-kata yang Reza lontarkan membuat Meli mengernyitkan dahinya.
“Kau pernah datang kesini?” tanya Meli.
“Iya.” kemudian kaki Reza berhenti di sebuah tempat yang di sekitarnya adalah semak belukar, kecuali yang di pijak oleh Reza dan Meli.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Abi Zar
dimanapun kita berada kan sellu ada makhluk lain,ya kita kan berdampingan walau kura tidak melihat,jadi ya jaga sikaplah
2024-04-03
0
Kasih Sayang
dg alam pun kita harus jaga sopan santun,etika serta jaga kebersihan,.
2023-03-28
0
사랑의 여신 ^^
Bukannya mereka naik pas subuh ya.?!! 🤔
2023-01-03
0