“Disini?” Meli melihat wajah Reza dengan tatapan marah.
“Iya, bagus kan?” Reza tersenyum pada Meli yang mulai mengeluarkan tanduk.
“Bagus apanya? Kau waras enggak sih?! Hah! Ini sih sama dengan yang ada di pinggir jalur, aku enggak mau disini, sebaiknya kita batalkan!” Meli tak bersedia melakukan penyatuan di tempat yang terlihat seperti sarang hantu.
Saat Meli akan melangkahkan kakinya, Reza malah memeluk tubuhnya dengan erat.
“Harusnya dari awal kau enggak usah pancing-pancing aku, kalau begini jadinyakan repot, kita enggak akan pulang, sebelum tuntas,” ujar Reza.
Hati Reza yang di penuhi dengan gejolak nikmat dengan cepat menyerang Meli tanpa perduli kekasihnya suka atau tidak.
“Reza!” Meli yang belum siap mencoba mendorong kekasihnya.
Namun Reza yang lebih perkasa dari biasanya dapat mengunci ruang gerak Meli. Hingga gadis cantik itu kewalahan menghadapi kekasihnya.
Meli yang lemah pun dengan mudah di kuasai oleh Reza yang penuh karisma dan pesona.
Keduanya pun akhirnya bercinta di atas makam keramat yang telah datar oleh tanah.
Dua insan yang di mabuk cinta itu tak tahu, bahwa petaka akan datang menghampiri mereka, bahkan pada orang lain yang tak bersalah.
“Kau cantik! Aku suka pada mu Meli!” ucap Reza dengan suara yang berat.
Meli yang mendengar pujian itu menangkap hal yang janggal.
Kenapa suara Reza jadi beda? batin Meli.
Meli yang ingin menyudahi kegiatan panas mereka malah tak biasa lepas dari jerat asmara Reza.
“Hari ini kau beda, sangat kuat!” Meli mengakui dari hati, bukan untuk sekedar memuji.
“Tentu saja! Ayo balik!” Reza yang ingin ganti posisi meminta kekasihnya untuk membuat pose menunggang kuda
“Pelan-pelan Za!” Meli yang masih merasa kesakitan di bagian terapisnya meminta sang kekasih untuk masuk lebih lembut.
“Iya!”
Jleb!!
“Akh!! Sakit bangsatt! Ku bilang pelan, Reza!!” Meli kesal karena kekasihnya berbuat seenaknya.
Ia yang tak bisa menahan sakit dari goncangan yang Reza berikan dengan cepat mencari pegangan.
Tab!
tangan Meli yang jenjang pun mendapatkan sebuah batu yang sisinya sama datar dari ujung kiri ke kanan.
Meli yang sibuk menahan sakit dan nikmat, tak perduli dengan batu apa yang ia pegang.
Meli yang dari tadi memejamkan matanya pun perlahan membuka matanya.
Ia pun samar-samar melihat sebuah mata memperhatikan mereka dari balik rimbunnya semak belukar.
“Astaga! Reza! Berhenti, ada orang!” Meli pun berdiri dari posisi kuda-kudanya.
Saat ia menoleh ke belakangnya, ia tak melihat Reza dimana pun.
“Apa-apaan ini? Bukannya Reza tadi ada di belakang ku?! Reza!!!” teriak Meli dengan ketakutan memenuhi hatinya.
Ia pun dengan cepat memakai bajunya kembali, saat ia melihat ke arah mata yang memperhatikannya tadi.
Untungnya mata yang membuatnya merinding itu sudah tak ada lagi disana.
“Ada apa ini? Reza, kau dimana?” Meli yang telah selesai berpakaian dengan cepat meninggalkan tempat itu.
Ia yang lupa arah hanya melangkahkan kakinya kemana pun, yang penting di hatinya menjauh dari tempat itu
“Ya Tuhan, tolong aku!” Meli yang ketakutan mulai menangis, apa lagi ia berjalan semakin jauh ke dalam hutan tak jelas arahnya.
“Reza! Kau dimana? Ini enggak lucu, Za! Reza!!!” Meli terus memanggil nama kekasihnya.
🏵️
Reza yang berjalan di belakang Meli tiba-tiba merasakan hal yang janggal dari kekasihnya.
“Meli, kita kembali saja! Aku enggak mau jalan lagi!” Reza mengurungkan niatnya, karena Meli membawanya terlalu jauh.
“Kenapa?” tanya Meli.
“Kelamaan, dan kejauhan!” Reza yang tahu sifat Meli yang tak pernah sabar merasa kalau yang ada di hadapannya bukanlah kekasihnya.
“Sedikit lagi kita sampai,” ujar Meli.
Namun Reza yang sudah tak ingin berbuat kotor melepaskan genggaman tangan kekasihnya.
Sontak Meli memutar badannya menghadap Reza.
“Tanggung sayang, ada tempat yang cocok untuk kita main enak.” Meli terus menggoda Reza yang sudah tak berselera.
“Pergi saja sendiri, lagi pula aku tak suka pada mu!” Reza yang tak nyaman balik kanan meniggalkan kekasihnya begitu saja.
Entah kenapa, aku merinding melihatnya, batin Reza.
Reza yang masih memiliki rasa ragu akan kekasihnya asli atau tidak menoleh ke arah belakang.
Deg!
Jantungnya berdetak dengan sangat kencang karena kini bukan Meli yang ia lihat, melainkan tumpukan makam zaman dulu.
Makam itu berukuran besar dan juga panjang, semen makam itu juga sudah hitam berlumut, serta nisannya di tutup dengan kain hijau yang di ikat dengan tali rapiah hitam.
“Bangsat! Benarkan dugaan ku! Astaga! Meli yang asli ada dimana?” Reza yang tak ingin berlama-lama di tempat horor itu pun memutuskan untuk kembali ke jalur.
“Gawat! Apa yang harus ku katakan pada teman-teman?! Semoga saja Meli baik-baik saja.” Reza khawatir jika Meli menghadapi nasip mistis yang sama dengannya.
🏵️
Angga yang ada di barisan paling belakang tiba-tiba mendengar sebuah bisikan di telinga kanannya.
“Selamatkan dirimu!!!”
Sontak Angga menoleh ke sumber suara, namun tak ada siapapun.
Ia yang ingin mengatakan pada Heru mengurungkan niatnya, karena ia takut kalau akam menakuti temannya itu.
Yang tadi itu suara siapa? batin Angga.
Angga yang sadar mereka belum bertemu Reza dan Meli pun mulai mengatakan pada yang lainnya.
“Berhenti dulu, apa kalian enggak sadar kalau Reza dan Meli belum kelihatan? Kita belum bertemu mereka dari tadi loh!” Angga mengkhawatirkan kedua sahabatnya yang tak terlihat lagi.
“Iya, kau benar juga, kemana mereka? Masa iya terus naik? Mereka belum pernah kesini kan sebelumnya?!” ujar Heru.
“Benar-benar buat kerjaan mereka berdua, jangan-jangan jatuh ke jurang atau tersesat lagi.” Ali yang kesal dengan keduanya mulai mengatakan hal yang tidak-tidak.
“Ali, jangan bilang begitu, mungkin saja mereka lagi nunggu kita di atas,” ujar Dia
“Ya, mudah-mudahan saja, Rita juga sih, kau kan leadernya, harusnya bisa tegas, yang sudah pernah naik kesini kan kau, harusnya bisa tanggung jawab.” Ali yang emosional memarahi Rita.
“Mereka pasti baik-baik saja.” sikap Rita yang biasa santai sejak berangkat membuat semua orang pusing.
“Kau juga tak biasanya diam Rit, ada apa? Apa kau masih sakit? Katakan saja.” Heru merasa kalau Rita belum sehat sepenuhnya.
“Enggak apa-apa, aku baik-baik saja.” karena Rita tetap mengaku sehat, semua orang pun membiarkan perubahan drastis teman mereka yang menjadi penunjuk jalan di pendakian kali itu.
“Kita istirahat dulu, lagi pula kita sudah berjalan selama 2 jam lebih, kasihan Dia.” Angga tak tega melihat Dia yang sesak nafas karena kelelahan.
“Oke.” kali itu semua orang setuju untuk rehat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan mereka.
Dia yang kelelahan pun meletakkan tasnya ke atas tanah, kemudian ia pun duduk ke pinggir jalur.
“Ini.” Angga yang baik hati memberikan Dia sebotol air minum.
“Enggak usah, aku punya minum sendiri kok,” ujar Dia.
Dia yang anti pada lelaki pada saat itu masih menolak untuk beramah tamah dengan Angga.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Mami Mara
fix,,,bakal banyak balak ini mah 😱
2022-11-27
1
Fitriah
asli horor
2022-11-22
1
Suaidah Hasibuan
ih serem kk
2022-09-07
0