“Harusnya aku jujur saja sama mereka, sekarang aku jadi susah sendiri, tolong aku, hiks... siapapun!!” Dia berteriak sekencang-kencangnya.
Namun tak ada yang mendengar teriakan dan isak tangisnya.
🏵️
“Astaghfirullah, Dia!” Martini yang sedang sholat duha teringat akan putri satu-satunya.
“Ya Allah, kenapa hati ku tiba-tiba mencemaskan Dia, pada hal kan Dia di rumah Rita,” gumam Martini.
Martini yang ingin memastikan keadaan putrinya dengan segera mendial nomor putrinya.
“Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan, cobalah beberapa saat lagi.” ucap sang operator telepon.
“Tumben nomornya enggak aktif, ada apa ya?” hati Martini semakin gelisah. Ia terus kepikiran dengan putri tunggalnya itu.
“Coba aku telepon Rita.” Martini pun mendial kontak Rita.
Namun sayang, nomor sahabat dari putrinya juga tidak aktif.
“Kok bisa sih, ada apa ini?” Martini yang semakin gelisah mendatangi suaminya yang sedang istirahat di kamar.
“Ayah.” Martini masuk ke dalam kamar dengan raut wajah khawatir.
“Ada apa bu?” ucap Marhan.
“Nomor Dia dan Rita enggak aktif yah.” Martini mengatakan kegelisahan hatinya.
”Paling lagi di cas handphonenya,” ujar Marhan.
“Bisa jadi sih, tapi entah kenapa, ibu khawatir banget sama Dia yah,” ucap Martini.
“Jangan berlebihan bu, nanti kalau sudah aktif paling dia telepon balik,” ujar Marhan.
“Mudah-mudahan saja yah.” meski hatinya tak tenang, namun Martini tetap mengikuti saran dari suaminya.
🏵️
“Dia, kau baik-baik sajakan?” tanya Angga.
Sebab dari tadi Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Angga yang penasaran menoleh ke belakangnya.
“Dia??” Angga yang tak melihat sosok Dia di belakangnya menjadi bingung.
“Stop! Stop!” Angga menyuruh semua orang berhenti.
Suara teriakan Angga membuat semua orang menoleh padanya.
”Ada apa Ngga?” tanya Heru yang ada di hadapan Angga.
“Dia enggak ada, Dia hilang!” Angga sangat panik, karena dialah yang menyuruh Dia untuk berjalan di belakangnya.
“Kok bisa? Apa ketinggalan?” ucap Ali.
Mereka semua pun merapatkan barisan mereka.
“Pada hal tadi Dia ada di belakang ku.” Angga menjelaskan situasi sebelumnya.
“Astaga, bikin repot saja.” Rita mengusap wajahnya dengan tangannya.
“Ya sudah, aku mau mencarinya ke belakang dulu, takutnya dia terkilir atau apa, kitakan enggak tahu, kasihan Dia,” ucap Angga.
Ia merasa bertanggung jawab atas hilangnya Dia.
“Aku akan menemani mu.” Ali yang takut kalau Angga tersesat berniat menemaninya untuk turun ke bawah.
“Tidak usah, biar aku saja.” Angga menolak, karena takut menyusahkan temannya.
“Enggak apa-apa, aku ikut saja.” Ali tetap memaksa, karena ia merasa tak nyaman berada di antara Rita, Reza dan juga Meli.
Entah kenapa, rasanya aku merinding di antara mereka, batin Ali.
“Enggak, aku saja sendiri.” Angga yang buru-buru pun menuruni jalur pendakian.
Ali yang di tinggal bersama ketiganya menelan salivanya.
Terlebih tatapan Rita begitu menusuk ke dadanya.
Ali pun duduk di pinggir jalur, sebab ia sedari tadi merasa lelah, sebab 2 anak kecil yang di lihat Dia masih duduk di atas carrier Heru.
“Kita mau lanjut, atau menunggu mereka disini?” tanya Rita.
“Lanjut!” jawab Meli dan Reza serentak.
Melihat ketidak kompakan ketiga temannya membuat Ali menjadi marah.
“Kalian gimana sih? Masa mau pergi sekarang? Kalian tahukan, Dia hilang, sudah tidak ikut mencari, setidaknya menunggu, dari tadi juga kita enggak ketemu pendaki lain, yang turun atau pun naik, itu artinya, hanya kita yang ada di gunung ini, bagaimana kalau terjadi apa-apa pada Dia, apa kalian enggak merasa kasihan?!” pekik Ali.
“Biasa saja dong, untuk itu aku tanya, lanjut apa enggak,” ucap Rita
“Paling tertinggal di belakang karena cape, diakan payah!” Meli meledek Dia.
“Dia itu pemula Mel, kau harusnya paham, kalian bertiga benar-benar aneh!” Ali membuang wajahnya ke arah jalur turun.
“Eh.” tanpa sengaja, Ali melihat seseorang dari balik pohon yang memperhatikan mereka.
“Ada apa?” tanya Reza.
“Enggak ada apa-apa.” Ali yang emosi tak mau mengatakan apa yang ia lihat.
“Jadi kita nunggu mereka disini nih?” ucap Reza.
“Terpaksa, kan Ali enggak mau ikut kita, hehehe...” tawa Rita yang begitu menggelitik membuat Ali merinding.
Bangsat, harusnya aku ikut Angga tadi, batin Ali.
Ali yang tak ingin bersama keempatnya bangkit dari duduknya.
“Aku mau menyusul Angga, kasihan dia, apa lagi sudah masuk sore, sebentar lagi akan malam.” Ali beralasan demikian untuk lepas dari orang-orang yang membuatnya ketakutan.
“Jangan kemana-mana, nanti kalau kau tersesat bagaimana? Gunung ini menyimpan banyak misteri, meski kau melewati jalan yang sama, bukan berarti kau akan kembali ke tempat yang sama,” terang Rita.
“Apa? Kau tahu gunung ini banyak mistisnya, tapi kau malah membawa kami semua kesini? Apa yang pikirkan? Apa kau lagi cari ilmu sampai mengorbankan salah satu dari kita?” Ali semakin marah pada Rita
“Ngomong apa sih kau?! Aku hanya bercanda, harusnya enggak usah serius banget, dan jangan turun! Jangan sampai kita terpecah-pecah, nanti juga mereka akan kembali,” ucap Dia.
Ali yang tak punya pilihan pun terpaksa mengikuti perkataan Rita.
🏵️
Angga yang menuruni jalur memanggil-manggil nama Dia.
“Dia! Dia! Kau dimana? Dia! Ini aku! Kau dimana? Jawab aku Dia!” Angga berteriak dengan kencang, berharap sang tambatan hati mendengar suaranya.
“Astaga, kau ada dimana Di? Pada hal dari tadi kita hanya melalui satu jalur, sepanjang perjalanan belum ada jalur yang bercabang.” Angga takut jika Dia terjatuh ke jurang atau di makan oleh binatang buas.
“Tapi kalau Dia jatuh atau ketemu binatang, kenapa Dia tidak berteriak?” Angga begitu penasaran tentang apa yang terjadi sebenarnya pada Dia.
“Apa Dia masuk dunia lain?” Angga curiga jika Dia di bawa makhluk halus.
Saat Angga berpikir demikian tiba-tiba angin berhembus kencang.
Wusss!!!!
Pohon-pohon yang menjulang tinggi di langit mulak bergoyang ke kiri dan ke kanan seolah ingin roboh.
Suara dedaunan yang saling bergesekan membuat Angga merinding.
Ia yang memakai baju kaus oblong pun merasa kedinginan.
“Ada apa ini? Pada hal tadi langit masih cerah, kenapa sekarang menjadi gelap?” Angga mendongak ke arah langit yang banyak menggumpal awan hitam.
Angga yang takut di guyur hujan segera mengambil jas hujan dari dalam carriernya.
Tak lupa ia juga memasang head lamp, karena ia membutuhkan cahaya untuk mencari Dia.
Setelah selesai memakai perlengkapannya, Angga pun mulai berjalan kembali.
“Dia!!!” ia pun memanggil nama Dia, berharap gadis cantik itu mendengar suaranya.
Saat kaki jenjangnya baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba rintik hujan jatuh ke tanah tempat ia berpijak.
Tik! tik! tik!
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
사랑의 여신 ^^
Padahal seru,, Tapi penulisannya terlalu banyak typo.. maapin thor... Sekedar kritik dikit.. 🤭
2023-01-03
0
Fitriah
moga dia ketemu sma angga
2022-11-22
1
Aqiyu
sahabat lucknut
2022-11-08
0