Angga berdo'a pada yang maha kuasa dalam hatinya.
Ketika ia rukuk, tiba-tiba ada yang memeluk kedua kakinya.
“Hihihihi...” tawa anak kecil yang memeluk kaki Angga begitu mengerikan.
Meski suasana di rumah Angga begitu mencekam, namun ia masih bersyukur, karena ia tak dapat melihat para sosok yang mengganggunya.
Angga pun terus melanjutkan sholatnya, sampai selesai.
Saat berdo'a Angga menangis meminta tolong pada Tuhan, agar melindunginya dari marabahaya.
“Ya Allah, aku tidak tahu apa yang sedang aku hadapi saat ini, kalau hamba punya salah tolong maafkan hamba, bantu hamba untuk lepas dari segala bahaya yang sedang menjerat hamba, tolong ya Allah.” Angga menangis sesungukan.
Setelah selesai berdo'a semua yang mengganggu Angga pun hilang.
Ia pun berdiri dari duduknya dan tidak lama lampu kembali menyala.
“Alhamdulillah.” Angga merasa lega, karena kini ia bisa melihat isi rumahnya lagi.
Lalu Angga melihat ke depannya. “Apa yang ku tabrak tadi? Apa cuma halusinasi ku saja?” Angga yang lelah karena gangguan yang ia alami segera masuk ke dalam kamarnya.
Pukul 08:00 pagi, Angga yang telah selesai sarapan berangkat ke kampus.
Angga yang menaiki motornya melihat jalanan yang tidak ada satu kendaraan pun lewat selain dirinya.
“Memangnya ini hari libur nasional?” jalan yang hanya ia lewati sendiri membuatnya lebih cepat sampai ke kampus.
Angga yang ingin bertemu Reza langsung mendatangi ke kelasnya.
“Za!” Angga duduk di sebelah Reza yang sedang termenung.
“Angga?” wajah Reza yang pucat membuat hati Angga bertanya-tanya.
“Kau kenapa, Za?” tanya Angga dengan penasaran penuh.
“Aku enggak tidur semalaman,” ucap Reza.
“Memangnya ada apa? Apa kau ada masalah?” Angga ingin memastikan, apakah temannya mengalami hal aneh seperti dirinya.
“Aku mimpi buruk Ngga, dari kemarin aku ingin menelepon mu dan Heru, tapi enggak pernah tersambung.” Reza menguap karena mengantuk.
“Apa handphone mu enggak ada jaringannya?” tanya Angga.
“Iya. Dan aku masih teringat akan mimpi ku.” Reza tertunduk lesu.
Dan dari wajahnya pun terlihat, kalau Reza sangat tertekan.
“Za, apa kau memimpikan Meli?” tanya Angga penuh selidik.
“Iya, di ikat dengan rantai, aku mau menyelamatkannya, tapi sayangnya enggak bisa,” terang Reza.
“Sama, aku memimpikan dia juga.” Angga menjadi penasaran dengan arti mimpinya dan juga Reza.
Saat keduanya masih dalam kebingungan, tiba-tiba, Dia Meli dan Heru masuk kampus.
Melihat Meli dengan keadaan sehat walafiat membuat Reza dan Angga merasa lega.
“Ada apa? Kenapa wajah kalian berdua pucat?” tanya Dia.
“Bukan apa-apa, kita hanya masih kelelahan, hehehe!!” Angga tertawa, ia tak mau memberitahu apa yang sebenarnya ia alami dan Reza.
“Oh ya?” Dia yang telah di tolong Angga saat pendakian, kini mulai membuka hati.
“Iya,” sahut Angga.
“Ngomong-ngomong, aku terkejut saat ibu ku bilang, kita sudah hilang selama 2 bulan, pada hal kita hanya satu malam disana,” ujar Heru.
Sontak mereka semua melihat satu sama lain, karena pernyataan orang tua mereka berbeda-beda.
“Bukannya cuma 2 minggu?” ucap Dia.
“Bukan, kata ibu ku 2 bulan, tidak mungkin ibu ku berbohong,” ujar Heru.
Angga dan Reza merasa ada yang tidak beres, tapi mereka tak memberitahu yang lain, karena mereka khawatir teman-teman mereka ketakutan.
Setelah jam kuliah selesai, Angga berbisik di telinga Reza.
“Entah kenapa, aku merasa kita masih di alam lain, jangan jawab keras-keras, karena aku yakin mereka mengawasi kita.” kemudian Angga menatap ke arah langit.
“Pada hal mataharinya terik, tapi tidak panas sama sekali.” Angga semakin yakin jika mereka masih di sesatkan.
Karena Angga dapat melihat matahari yang sedang bersinar terang.
Reza pun mengikuti apa yang di lakukan Angga.
“Jadi, apa yang harus kita lakukan?” Reza menoleh ke arah Angga.
“Sholat malam, dan zikir yang banyak,” ujar Angga.
Reza pun mengangguk paham. Kemudian mereka berdua pulang ke rumah masing-masing.
Sesampainya di rumah, Angga tak melihat ibunya dimana pun, begitu pula dengan ayahnya.
Rumah yang sedang kosong di manfaatkan oleh Angga untuk sholat Magrib, setelah salam, Angga berdoa pada Ilahi.
“Kalau kami masih dalam dunia lain, tolong bebaskan ya Allah, kalau ada yang ingin mencelakai kami semua, tolong lindungi kami ya Allah, ya Tuhan ku, aku hanya bisa meminta pada mu, tolong ya Rahman, aamiin.” setelah selesai sholat, hati Angga terasa lega.
Ia yang ingin menuju kamarnya harus terhenti, karena ia melihat kuntilanak baru saja masuk ke dalam kamar ibunya.
Angga yang penasaran menuju kamar ibunya. Tangannya yang bidang membuka perlahan handle pintu yang terbuka separuh.
Krieet!!
Dengan bermodalkan ayat qursi, Angga masuk ke kamar ibunya.
“Ada apa Anga?” ternyata Alia ada di dalam kamar itu.
Deg deg deg!
Mendengar suara ibunya, jantung Angga berdetak dengan sangat kencang.
Angga yang bertemu mata dengan Alia merasa tak nyaman.
Karena ia melihat rambut ibunya mirip dengan milik kuntilanak yang baru saja ia lihat.
“Maaf, kalau aku menggangu ibu, aku hanya ingin tanya tempat gula dimana.” Angga yang merinding ingin segera keluar dari kamar ibunya.
“Ayo, ibu antar,” ucap Alia.
“Tidak usah bu, ibu katakan saja dimana.” Angga tidak mau kalau harus bersebelahan dengan Alia dengan waktu yang lama.
“Di dekat rak gantungan garam yang ada di atas kompor,” ujar Alia.
“Terimakasih banyak bu.” meski ingin berlari, namun Angga bersikap tenang, karena ia tak ingin ibu palsunya tahu, kalau ia sudah sadar akan keadaan yang sebenarnya.
Angga yang tak ingin ke dapur langsung menuju kamarnya.
Bam! Ia pun mengunci pintu kamarnya rapat-rapat, agar tak ada seorang pun yang masuk.
Retek!
“Gila, kenapa malam ini dingin sekali?” Angga menggigil dan gemetaran.
Ia pun mengambil selimutnya untuk menghangatkan diri.
“Pada hal tidak pernah sedingin ini.” meski sudah memakai selimut, tapi Angga tetap
kedinginan.
Angga yang ingin melalui malam penuh kengerian itu segera memejamkan matanya, karena tengah malam ia ingin sholat hajat dan istihoroh.
“Ayolah, cepat tidur!!” Angga kesal pada dirinya yang tak bisa terlelap.
Saat Angga mulai mengantuk tiba-tiba ia mendengar ibu dan ayahnya bersik-bisik di luar kamarnya.
Wisuissuis!!!
Angga tak mengerti dengan apa yang di ibu dan ayahnya, karena kata-kata yang di ucapkan orang tuanya sangat tidak jelas.
“Mereka bicara apa?!” Angga yang penasaran mendekat ke pintu.
Lalu ia pun menguntai dari lubang kunci pintunya.
“Jangan mengintip!!!” teriak Alia pada Angga.
Angga yang terkejut langsung terduduk, selaput darahnya seakan pecah, dan jantungnya berdetak tak beraturan.
“Kenapa ibu bisa tahu?!” Angga yang ketakutan beranjak ke ranjangnya dengan buru-buru.
Angga yang ketakutan menyembunyikan dirinya ke dalam selimut tebalnya.
“Ya Tuhan tolong aku! Aku sudah tak tahan, beri aku petunjuk untuk keluar dari tempat ini.” Angga gemetaran, wajahnya pun menjadi pucat pasif.
...Bersambung... ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
karissa 🧘🧘😑ditama
mana ada yg namany jin iblis itu jujur
2023-04-05
0
Aqiyu
mereka masih dialam gaib
2022-11-08
1
Edi yuzzardy
hebaaat....horor banget...enak di baca...masuk horor terbaik iniii......semangaaatttt kaa
2022-10-25
1