Angga yang melihat kehadiran Dia pun menyambutnya dengan senyuman.
Ia pun mendatangi Dia yang sedang menyandung tas ala gunung.
“Kau baru datang Di??” sapa Angga.
“Iya.” sahut Dia singkat, sebab ia merasa risih dengan Angga yang berlagak dekat dengannya.
“Aku bawa tas mu ya.” Angga yang berniat membantu malah dapat penolakan dari Dia.
“Tidak usah Ngga, aku saja, lagi pula ini ringan,” ujar Dia.
Angga yang mendapat penolakan hanya bisa bersabar, karena ia yakin setelah ia mendapatkan emas batangan yang ada dalam gunung keramat itu, pasti Dia akan menyukainya.
Reza yang melihat keakraban antara mantan dan sahabatnya merasa kurang senang, karena bagaimana pun ada perasaan yang belum selesai di antara dirinya dan Dia.
“Hai Di, sudah datang?” sapa Meli dengan penuh senyuman.
“Iya.” jawan singkat Dia, sebab ia yang masih kesal dengan Meli yang bermesraan siang tadi dengan Reza.
“Oke, karena semua telah disini, kita bisa berangkat sekarang saja, gimana? Setuju kan??!” Heru menanyakan pendapat teman-temannya.
“Oke!” jawab semua orang.
“Baik, karena kita ada 2 mobil, jadi aku dan Rita akan satu mobil membawa semua barang-barang kita, yang lainnya naik mobil Reza ya,” ujar Heru.
“Ya sudah, begitu juga oke,” sahut Reza.
Setelah ada kesepakatan, mereka semua pun berangkat menuju gunung yang menjadi tempat destinasi liburan mereka.
Mereka semua yang berada dalam mobil Reza berangkat dengan penuh keceriaan.
Sedang Heru dan Rita malah hening. Heru yang melihat hal tak biasa itu merasa janggal, sebab Rita adalah seorang yang ceria.
“Rita, apa kau baik-baik saja?” tanya Heru.
“Iya.” sahut Rita dengan suara yang lirih.
Mendengar jawaban singkat dari Dia membuat Heru mengernyitkan dahinya.
“Kau kenapa Rit? Enggak biasanya kau begini? Mulut mu tiap hari kan selalu aktif, hahaha!!” Heru yang bosan mengajak Rita untuk bercanda.
Lalu Rita menoleh ke arah Heru dengan tatapan nanar.
“Aku cape, Her.” wajah Rita yang pucat membuat Heru khawatir.
“Rit, apa kau sakit?” Heru menghentikan mobilnya.
“Kok berhenti, Her?” tanya Rita.
“Kita batalkan saja Rit naik gunungnya, kalau kau sakit begini yang ada akan merepotkan teman-teman yang lainnya,” ujar Heru.
“Aku baik-baik saja, Heru! Tenang saja.” dalam sekejap Rita menjadi berenergi, wajahnya pun kian cerah.
“Apa kau yakin?” tanya Heru memastikan.
“Iya, ayo jalan lagi!” Rita tertawa ceria seolah tak ada yang terjadi sebelumnya.
Hal itu membuat Heru terperangah, ia yang di yakinkan oleh Rita akhirnya meneruskan perjalan mereka
Rita kok aneh sih? batin Heru.
Setelah itu Heru kembali melajukan mobilnya seraya sesekali melirik wajah Rita yang kembali muram, diam tanpa suara.
🏵️
Setelah menempuh perjalanan selama 6 jam, akhirnya mereka tiba di sebuah desa yang terletak di kaki gunung yang mengandalkan obor sebagai penerangan.
Suasana pagi buta yang menyisakan senja dan hawa dingin membuat semua orang yang berada di mobil Reza merasa senang
“Masih primitif ya,” celetuk Meli.
“Iya, jadul banget, betah banget ya mereka hidup tanpa listrik, hahaha,” timpal Ali.
“Namanya juga hidup di kampung, tapi aku enggak nyangka ada tempat sekolot ini, Rita tahu dari mana sih desa ini, horor banget.” Reza ikut memberi komentar.
“Sudah, jangan banyak omong, nikmati saja perjalanan ini, lagi pula yang beginikan enggak ada di kota,” ujar Dia.
Setelah itu Dia turun terlebih dahulu dari dalam mobil.
Semua orang menjadi bungkam saat Dia berkata demikian.
Selanjutnya semua orang turun dari dalam mobil.
“Wah!! Udara disini memang segar, mandi sebulan kayaknya enggak apa-apa saking dinginnya, yang paling penting hemat listrik, hemat AC, cuma harus siap hidup tanpa internet disini.” lagi-lagi Angga mengatakan hal yang tidak di sukai oleh Dia.
Ngomong apa sih dia! batin Dia.
“Aku sih lebih baik bayar tagihan listrik yang membengkak dari pada enggak lihat layar handphone ku hidup, hahaha!” timpal Ali.
Saat mereka sedang bercanda, mobil Heru pun berganti tepat di hadapan mereka.
“Mereka udah sampai tuh!” ucap Reza.
Tak lama Heru keluar dari dalam mobil dengan wajah yang lelah.
“Ada apa Her?” tanya Angga.
“Bukan apa-apa.” sahut Heru seperti menyembunyikan sesuatu.
“Oh...” karena Heru tak mau cerita, Angga pun tak bertanya lebih lanjut.
Selanjutnya Rita keluar dengan mimik wajah yang segar dan tubuh bugar.
“Wah, Rit! Pada hal sudah jalan semalaman, tapi muka mu tetap cerah ya, ada apa ini?” Reza mencoba menggoda Rita.
“Iya betul, apa lagi kalian datang terlambat, apa ada sesuatu di tengah jalan?!” Ali yang biasa bersifat receh membuat teman-temannya yang lain tertawa.
“Ngomong apa sih, akukan sukanya sama Reza, bukan Heru.” pernyataan Rita yang begitu tiba-tiba membuat semua orang menoleh padanya.
Meli sang kekasih baru Reza mulai naik pitam, ia tak suka dengan sikap terus terang Rita.
Dia yang posisinya sebagai sang mantan pun ikut syok.
Apa Rita serius? batin Dia.
Saat semua orang masih terperangah Rita pun cengengesan.
“Tapi bohong, hehehe!” Rita tertawa terbahak-bahak.
Meli yang ingin menjambak Rita pun mengurungkan niatnya.
Semua orang yang mendengar itu pun ikut tertawa, meski begitu hati mereka memendam curiga di benak mereka masing-masing, karena pengakuan yang Rita lontarkan begitu menyakinkan.
“Ayo! Ambil tas kalian semua.” ucap Rita seraya membuka bagasi mobil Heru.
Lalu Meli pun berbisik pada Reza, “Awas saja kalau kau sampai selingkuh, ku babat habis terong mu!”
Meli mewanti-wanti sang kekasih agar tak ke lain hati.
Setelah semua mengambil barang mereka masing-masing, Angga pun bertanya pada Rita.
“Bayar berapa per-orang buat naik ke atas?”
“Gratis,” jawab Dia.
“Ah, yang benar saja, masa enggak ada biaya sama sekali?” ujar Angga.
“Kitakan enggak perlu daftar, lagi pula kalau kita lapor ke posko, yang ada kita di larang naik, karenakan kau tahu sendiri, kalau aku sudah berhasil mengetahui letak gudang emas itu,” bisik Rita ke telinga Angga.
“Kau benar juga sih, yang ada malah balik kanan kita semua.” Angga yang terobsesi cepat kaya setuju saja dengan pendapat Rita.
“Ayo, kita harus jalan duluan di depan.” Rita pun melangkahkan kakinya dengan semangat.
“Hei, tunggu!” teriak Ali yang tak mau ketinggalan Rita, sang leader.
“Buru-buru banget sih, harusnya semua anggota kan enggak boleh terpencar.” gumam Dia yang sering menonton nasehat para pendaki gunung yang sering tersesat.
Alhasil ia pun mempercepat langkahnya agar tak ketinggalan rombongan.
Mereka pun berjalan dengan formasi, Rita sebagai leader, di barisan kedua ada Angga, ketiga ada Ali, ke empat ada Reza, kelima ada Meli, ke enam ada Dia, dan yang ke tujuh, yang menjadi sweeper adalah Heru.
Sepanjang perjalanan menuju jalur, mereka semua banyak melihat warga lalu lalang di sebelah mereka, anehnya tak ada yang mau melihat bahkan sekedar menyapa mereka satu orang pun.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Abi Zar
wah hantu apa manusia tu????
2024-04-03
0
Nm@
Apa mungkin mereka warga sekita di dimensi masa lalu?
2023-06-27
0
Fitriah
mereka yg daki gunung... aq yg deg degan thor
2022-11-22
2