Si nenek menganggukkan kepalanya. “Jangan lama-lama menyesatkan dia, takutnya ada yang menyelamatkannya dari alam kita,” ucap si nenek.
“Aku mengerti nek.” Purwati menganggukkan kepalanya.
Sebaiknya kita sekarang istirahat,” ujar si nenek.
“Iya nek.” Purwati dan neneknya pun akhirnya memutuskan untuk tidur.
Angga yang tahu semua telah aman bangkit dari ranjangnya.
“Apa aku harus pergi sekarang? Tapi apa aku akan selamat?” Angga ragu untuk keluar dari rumah itu atau tidak.
“Tapi kalau aku tetap disini, sama dengan mendukung Dia di bunuh, aku enggak mau menikah dengan demit!” Angga yang ingin pergi bangkit dari ranjangnya.
Saat ia akan keluar dari kamar, tiba-tiba Purwati telah berdiri di depan pintu kamar.
“Mau kemana kakang?” tanya Purwati penuh selidik.
“A-aku hanya ingin pipis, apa ada kamar mandi?” Angga terpaksa berbohong, sebab aura Purwati begitu mencekam.
“Oh, ikut aku kang.” Purwati pun menuntun Angga menuju dapur yang ada sumur tuanya.
🏵️
Dia yang masih ada di Sabanah masih terus menangis.
“Ibu... tolong Dia bu, hiks...” Dia yang ketakutan duduk meringkuk di bawah pohon yang tak ada daunnya.
Dia yang membenamkan wajahnya ke kedua lututnya tiba-tiba mendengar suara.
“Sssst!! Ssstt!!!” sontak Dia menoleh ke sumber suara yang datangnya dari balik ilalang yang telah menguning.
“Si-siapa?” tanya Dia dengan ragu.
Tak lama dari dalam semak-semak menggelinding sebuah kepala.
“Hah!!!” Dia yang ketakutan bangkit dari duduknya kemudian berlari ke arah yang tak beraturan.
“Tolong!!! Hiks!! Tolong aku!!!!” Dia terus berteriak minta tolong.
Ia yang takut tertangkap kepala yang terus mengejarnya melihat ke belakangnya.
“Ya Tuhan!!!” Dia makin histeris, karena kepala melayang.
Dia yang kembali menoleh ke depan tiba-tiba menabrak sebuah sosok.
Bruk!
Dia pun terpental dan terduduk di tanah. Dia yang penasaran dengan apa yang ia tabrak melihat sosok tersebut.
Ia pun dapat melihat dengan jelas, manusia yang di bungkus kain kafan sedang membelakangi dirinya.
Pocong?! batin Dia.
Ia yang ingin melarikan diri merasa sulit untuk bergerak.
Perlahan kepala pocong itu memutar sampai 190 derajat, Dia pun dapat melihat, wajah pocong itu hangus, penuh belatung dan berbau busuk.
Deg deg deg!
Jantung Dia tak hentinya berdetak. Perlahan pocong itu membungkuk, menghantarkan wajahnya tepat ke wajah Dia.
“Mati!!!!”
Bruk!!
Teriakan si pocong membuat Dia pingsan seketika.
🏵️
Ali yang masih menunggu di jalur merasa tak tenang, karena kedua temannya belum kembali.
“Sudah malam Li, sebaiknya kita dirikan tenda,” ucap Rita.
“Tapi...” Ali tidak bisa meninggalkan tempatnya berpijak, karena ia takut saat mereka pergi, Angga dan Dia kembali.
“Li, kau jangan egois, kita sudah tunggu dari tadi loh, kita cape, lagi pula saat hujan juga kita tetap disini, lihat kondisi mu, hampir kena hipotermia!” ucap Meli.
“Baiklah.” berkat Meli, akhirnya Ali mau beranjak dari tempat itu.
“Ayo jalan!” titah Rita.
“Kita mau pasang tenda dimana? Bisa enggak, jangan jauh-jauh?” ujar Ali.
“Baiklah, di atas ada tempat yang lumayan landai, kita kesana saja,” ucap Rita.
“Baiklah” sahut Ali.
Setelah semua orang sepakat, mereka pun melanjutkan perjalanan.
Ali yang ada di barisan paling belakang tiba-tiba mendengar bisikan di telinganya.
“Selamatkan dirimu!!!” Ali yang mendengarnya pun menoleh ke sebelah kanannya, namun tak ada siapapun.
Apa maksudnya?? batin Ali.
Ia pun terus melihat ke arah 4 orang yang ada di hadapannya yang tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
Mereka berlima hening seolah tak mengenal satu sama lain.
Heru yang ada di depan Ali pun menghela napas panjang.
“Aku enggak tahu harus ngomong apa Li, aku juga merasa bersalah tidak ikut Angga turun,” ucap Heru.
“Terlambat, semoga mereka baik-baik saja, besok pagi kita cari bersama,” ujar Ali.
“Iya, aku setuju.” Heru dan Ali pun sepakat akan mencari kedua teman mereka esok hari.
Setelah berjalan selama 20 menit mereka pun sampai ke sebuah dataran yang lumayan luas.
“Kita dirikan disini saja,” ucap Rita.
Semua orang pun setuju dengan pendapat Rita, mereka pun mulai mendirikan tenda di bawah rintik hujan.
Setelah selesai membuat 2 tenda, Reza, Ali dan Heru masuk ke tenda laki-laki.
Sedang Meli dan Rita masuk ke tenda perempuan.
Di dalam tenda, Heru mulai membuat Air panas untuk mereka bertiga.
“Malam ini benar-benar dingin.” ucap Ali seraya mengganti bajunya.
“Iya, bagaimana dengan Angga dan Dia ya? Kompor kan ada di kita.” Heru kepikiran dengan nasib kedua temannya.
“Iya, semoga saja mereka baik-baik saja, aku enggak tahu kalau pendakian kita kali ini akan kacau. Za, besok kau ikut cari mereka kan?” ucap Ali.
“Tentu saja.” jawab Reza dengan mimik wajah santai.
Setelah air panas mendidih, Heru menyeduh kopi untuk mereka bertiga.
Kemudian Heru mengganti bajunya yang basah, tak lupa ia memakai jaket tebalnya.
Srruppp!!!
Heru menyeruput kopi hitam buatannya. “Enak banget.” ucapnya, kemudian ia melihat ke arah Reza yang belum mengganti baju.
“Kau enggak kedinginan Za?” Heru merasa heran, sebab Reza tidak kedinginan sama sekali.
“Nanti saja.” Reza pun meminum kopi bagiannya.
“Za, sejujurnya kau dan Meli darimana sih?” Ali penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya.
“Tidak terjadi apapun.” Reza enggan mengatakan yang sebenarnya pada Ali dan Heru.
“Kau yakin? Jujur saja, sejak kembali kau jadi aneh, aku tahu sih, kau dan Dia mantan pacar, tapi kau enggak akan setega itu padanya kalau dia sampai hilang tapi wajah mu tak menunjukkan khawatir sama sekali,” ujar Ali.
“Iya benar, ada dendam apa kau dengannya?” tanya Heru lebih lanjut.
“Tidak ada, apa aku harus dendam padanya?? Aku hanya malas turun lagi,” ujar Reza.
“Benarkah?” Heru tak percaya dengan apa yang di katakan Reza.
“Sudahlah Her, yang penting besok kita sama-sama mencari mereka, bagaimana pun ini adalah tanggung jawab kita,” terang Ali.
“Iya.” Heru menganggukkan kepalanya.
“Sebaiknya kita tidur sekarang.” Heru yang mengantuk merebahkan tubuhnya terlebih dahulu.
Kemudian Ali menyusul, ia pun tidur di sebelah Heru, begitu pula dengan Reza.
Ketiganya pun memejamkan mata mereka masing-masing.
Pada saat nyenyak-nyenyaknya, Heru yang tidur di bagian pinggir tenda terbangun karena ada yang melemparnya pakai batu kerikil.
Puk puk puk!
Heru bangkit dari tidurnya, “Siapa sih?” gumam Heru.
Lemparan batu itu terus berlanjut, Heru yang penasaran pun beranjak dan membuka resleting tendanya.
Treeettt!!!
Setelah terbuka lebar, Heru melihat ke arah semak-semak.
Suasana yang gelap menyulitkan Heru untuk melihat siapa yang melempar baru ke tendanya.
Ia pun mengambil senternya yang ada dalam tasnya.
Tek!
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Aqiyu
ga tahu ya kalau aq lebih takut sama manusia daripada demit
2022-11-08
1
Radiah Ayarin
oke kk lanjut
2022-09-10
1
Suaidah Hasibuan
lanjut kk
2022-09-10
0