Sontak Dia menoleh ke arah Angga, “Kau serius?” ucap Dia.
“Iya, minggu lalukan Rita baru turun gunung, dan dia bawa 10 batang emas dari sana!” Angga begitu antusias mengatakannya pada Dia.
“Jadi tujuan utama kita kesana buat cari emas?” tanya Dia.
“Iya, tapi kau jangan bilang-bilang ke yang lain, karena hanya kita bertiga yang tahu.” Angga menekan bibirnya dengan telunjuknya.
“Sssttt!!!” lalu Angga tersenyum.
“Kenapa kau memberitahu ku?” Dia tak mengerti dengan alasan Angga.
“Karena kau adalah sahabat ku!” ujar Angga.
Memang kita sedekat itu? batin Dia.
Angga yang terlihat aneh membuat Dia tak nyaman.
“Aku masuk ruangan dulu kalau begitu.” Dia pun memilih pergi, karena ia tak suka berbicara lebih lama dengan Angga. Angga yang masih duduk di kursi tersenyum.
“Itu karena aku menyukai mu, aku akan bawa turun banyak emas-emas itu, setelah itu aku akan melamar mu.”
Angga yang sudah lama menyukai Dia berencana akan meminang gadis cantik itu setelah turun dari gunung yang akan mereka tujuan.
Sore harinya, setelah jam kuliah selesai, mereka bertujuh pun berkumpul di lapangan kampus.
“Nanti habis isya kumpul ya, karena kita berangkatnya pakai mobil ku dan juga Reza,” ucap Heru.
“Jangan ada yang terlambat, karena jam 08:00, kita langsung jalan!” ujar Reza dengan tegas.
Karena ia tahu, mayoritas yang tinggal di negara Wakanda memakai jam karet.
“Iya!!!” jawab serentak semua orang.
Setelah diskusi singkat itu selesai mereka semua pun bubar.
Angga yang melihat Dia pulang sendirian mulai menawarkan tumpangan.
“Kitakan searah, pulang bareng yuk!” Angga tersenyum manis pada Dia.
“Terimakasih banyak, tapi aku naik ojek online saja.” Dia menolak karena tak nyaman dengan Angga yang begitu agresif mendekatinya.
“Baiklah kalau begitu.” Angga tak mau memaksa Dia, karena ia mengerti Dia bukan wanita yang mudah di dekati.
Saat mereka semua naik ke motornya masing-masing, dia yang menunggu ojek pesanannya melihat hal yang janggal pada Angga.
Yang mana di belakang Angga duduk wanita berbaju putih, dengan rambut panjang sampai menyentuh tanah.
Dia yang melihat sosok itu pun sontak menundukkan kepalanya.
Ia yang takut berada dalam kampus dengan cepat bangkit dari duduknya.
Angga yang melihat Dia berjalan cepat, malah menyusul Dia dengan motornya.
“Dia, mau ke gerbang ya?!” suara Angga yang memanggil namanya membuat Dia makin bergidik ngeri.
Untuk apa sih dia mengikuti ku? batin Dia.
Cittt!!
Angga menghentikan motornya tepat di sebelah Dia.
Dia yang takut melihat Angga pun terus saja menundukkan kepalanya.
“Ada apa Dia? Kok kamu ketakutan begitu?” Angga tidak tahu apa yang ia bonceng sedari tadi.
“Di belakang mu Ngga.” tangan Dia yang gemetaran menunjuk ke belakang Angga.
“Apa?” Angga pun melihat ke belakangnya. “Tidak ada apa-apa Dia! Kau ini jangan parno deh! Ini masih sore!” Angga menertawai Dia yang di anggap berhalusinasi.
Dia yang mendengar tawa Angga pun memberanikan diri untuk menoleh ke arah Angga.
“Hem??” ia merasa heran, karena sosok kuntilanak itu sudah ada tak ada di boncengan Angga.
“Ayo, mau ikut enggak?” Angga kembali mengajak Dia untuk pulang bersama.
Dia yang melihat kondisi kampus telah sepi, memutuskan untuk ikut pulang dengan Angga.
Dari pada ketemu hantu, mending ikut Angga saja! batin Dia.
“Oke.” Dia pun segera naik ke motor besar Angga.
“Siap?” tanya Angga.
“Iya, ayo! Cepat!” desak Dia.
“Iya-iya!” kemudian Angga pun melajukan motornya.
Selama perjalan, Dia hanya diam saja, karena ia masih syok dengan apa yang ia lihat tadi.
Aduh, kenapa pundak ku terasa berat? batin Dia.
Ia pun memijat pundak kiri dan kanannya yang tiba-tiba merasa pegal.
Sesampainya di depan rumahnya, Dia pun turun dari motor Angga dengan membungkuk.
“Kau kenapa?” Angga tak mengerti kenapa Dia mendadak seperti orang yang sembelit.
“Enggak tahu, pundak ku berat banget,” ucap Dia.
“Ya sudah, masuk sana, mungkin kau masuk angin, jangan lupa minum air jahe hangat, agar anginnya keluar, kau tahu sendirikan, nanti kita mau berangkat?” ujar Angga.
“Iya, terimakasih banyak sudah memberi tumpangan.” ucap Dia, setelah itu ia masuk ke dalam rumahnya.
Angga yang ingin pergi pun terhenti, karena ia melihat Dia menatapnya dengan lekat dari jendela kaca rumah Dia.
Angga yang sopan pun melambaikan tangannya pada Dia seraya membunyikan klakson motornya.
Tintin!
Setelah itu ia melaju membelah jalan raya menuju kosannya.
“Hum... Dia manis juga kalau lagi tersenyum.” Angga merasa kalau Dia memberi lampu hijau padanya.
Selama perjalanan Angga terus saja tersenyum seraya mengingat wajah cantik dia.
Ia yang telah sampai di parkir kosan turun dari atas motornya.
Setelah itu ia menuju kamarnya yang terletak di lantai 2.
Saat kakinya akan melangkah menaiki anak tangga, samar-samar ia melihat seorang wanita berbaju merah yang sedang berjalan menuju lantai 2.
“Sejak kapan perempuan di ijinkan masuk kesini?” hatinya bertanya-tanya siapa anak kosan yang berani melanggar kode etik kosan.
Yang mana setiap penghuni yang tinggal di kosan pak Haji Manaf, tidak di izinkan untuk membawa lawan jenis bertamu apa lagi menginap.
Angga yang ingin menyelidiki pun menaiki anak tangga dengan langkah yang cepat.
Saat kakinya menginjak lantai 2, ia pun melihat wanita itu berdiri di pintu, tepatnya di sebelah kamarnya.
Angga yang ingin tahu siapa gadis berbaju merah itu pun dengan segera mendekat.
Ia yang kini adalah di sebelah wanita itu tak berani menyapa, karena si wanita hanya menundukkan kepalanya.
Angga pun diam-diam melihat wanita itu dengan sudut ekor matanya seraya membuka pintu kamarnya.
Cantik, tapi mukanya pucat, batin Angga.
Sontak ia masuk ke dalam kamarnya, karena ia merasa merinding melihat wanita tersebut.
🏵️
Malam harinya, Dia yang sedang makan malam bersama ayah dan ibunya pun mulai membuka obrolan
“Bu, aku mau minta izin nginap di rumah Rita, karena orang tuanya lagi enggak di rumah, kasihan enggak ada yang menemani.”
Dia yang takut tak di izinkan naik gunung memilih berbohong pada kedua orang tuanya.
“Ya sudah, memangnya berapa hari kau disana?” tanya Martini.
“4 hari bu.” Dia memilih waktu yang lama karena ia takut terlambat turun dari gunung.
“Hati-hati, jangan tidur malam-malam, jangan keluyuran juga.” ujar Marhan ayahanda Dia.
“Iya yah, kita baik-baik kok disana.” Dia merasa senang karena dapat izin dari kedua orang tuanya.
Setelah selesai makan malam, Dia langsung berangkat menuju rumah Heru dengan menaiki transportasi mobil online.
Setelah menempuh perjalanan selama 30 akhirnya Dia tiba di rumah Heru.
Ia pun melihat semua teman-temannya
sudah berkumpul disana.
...Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Nm@
Mau naik gunung kok malah bohong pamitnya?
2023-06-27
0
Manami Slyterin🌹Nami Chan🔱🎻
seram ya
2022-12-20
1
Mami Mara
peraturan pertama dan yg palibg sakral klo naek gunung,,, pamit org tua baek2 jgn sampe boong. klo diijinin lanjut klo ga jgn sampe naek. percaya, bakal ada musibah ya paling ga bakal diusilin di atas gunung
2022-11-27
3