Bab 3

Maura menunduk, menyembunyikan wajah cantiknya yang tiba-tiba berubah sedih saat Shaka melayangkan pertanyaan padanya. Bagaimana perasaannya nanti jika laki-laki yang ada di sampingnya itu ternyata mendapatkan kembali ingatannya dan mereka tidak bisa bersama lagi?

Haruskah Maura menjawab dengan jujur?

“Maura, jawab dong! Kamu akan senang atau sedih kalau aku mengingat semuanya nanti?” tanya Shaka sekali lagi. Dia mengunyah makanannya sembari memperhatikan Maura yang mengayun-ayunkan kakinya.

Maura kini mengangkat kepalanya, dia tersenyum dan menatap Shaka yang berhenti menyuap.

“Kalau kamu bahagia dengan kehidupanmu, aku pasti akan ikut bahagia, Mas. Sudahlah, cepat makan, tadi Ibu menyuruhku membawa pulang jagung yang masih muda.”

Maura menutupi kesedihan hatinya dengan senyuman palsu yang tetap manis dipandang. Dalam bayangan Maura, laki-laki di sampingnya kini pasti sudah memiliki kekasih, atau malah mungkin sudah memiliki istri.

“Aku bahagianya sama kamu, gimana dong?” Shaka mendekatkan wajahnya pada Maura. Lalu tiba-tiba menyuapkan nasi ke mulut gadis itu dan tertawa.

Perempuan mana yang tidak terbawa perasaan karena ucapan manis dari laki-laki yang beberapa bulan ini mewarnai hatinya?

Dua manusia itu saling tertawa di gubuk sawah yang sangat sederhana. Shaka tertawa lepas, bahagia yang saat ini dia rasakan, sepertinya sudah sangat lama tidak dia rasakan.

Seusai makan siang, Shaka menemani Maura mengambil jagung yang belum terlalu tua untuk direbus atau dibakar nantinya.

“Mas Jo, kalau kamu orang kota, kamu pasti tidak akan menemukan seperti ini.” Maura mengambil tongkol jagung yang masih sangat muda.

Tongkol jagung yang terbungkus kulit itu memiliki rambut panjang berwarna merah kecokelatan. Mirip rambut Maura saat terkena sinar matahari.

“Itu di kasih mata pasti mirip sama kamu,” ejek Shaka yang menyamakan Maura dengan jagung muda yang bisa disebut juga dengan janten.

“Mas Jo menghina banget sih.” Maura masuk ke dalam rimbunan pohon-pohon jagung untuk mencari jagung muda pesanan ibunya.

Setiap langkah Maura, Shaka menghalau daun-daun jagung yang cukup tajam dan bisa menyebabkan gatal-gatal. Sebuah perhatian kecil yang membuat Maura terkagum-kagum dengan sosok laki-laki hilang ingatan yang kini membuatnya jatuh ke dalam pesonanya.

“Awas hati-hati! Nanti kamu malah gatal-gatal kena daunnya!”

“Makasih, Mas Jo.”

Mata Maura yang bersinar ketika tertawa membuat hati Shaka bergetar karenanya. Akan tetapi, ada sesuatu yang membuat Shaka merasa harus memberi dinding pembatas antara dirinya dan Maura. Dia takut, jika ternyata di tempat lain ada seseorang yang menanti kehadirannya, itu akan mengecewakan hati Maura.

.

.

.

Sementara itu, di tempat lain. Seorang gadis menangis kencang di pusara yang sudah kering. Ada nama Shaka yang tertulis di sana yang membuat hati gadis itu semakin sakit.

“Shaka, maafin aku! Maafin aku, Shaka!” Gadis bernama Bianca itu menangis sambil memeluk nisan bertuliskan nama Shaka.

Tidak jauh dari sana, seorang wanita menangis sambil membawa bunga yang dirangkai indah. Dialah seorang ibu yang beberapa bulan terakhir ini kehilangan sosok putra yang dinyatakan meninggal dalam sebuah kecelakaan yang membakar mobil dan seluruh tubuhnya.

Dengan langkah penuh luka, wanita itu mendekati makam bertuliskan nama putra pertamanya. Dia lalu duduk tepat di samping Bianca yang masih menangis.

“Kamu sudah lama di sini, Bia?” tanya wanita bernama Alisha itu sambil mengusap wajahnya.

“Tante.” Bukannya menjawab pertanyaan Alisha, Bianca malah menangis tersedu sambil memeluk wanita yang menjadi ibu kandung Shaka itu,

Air mata Alisha semakin tumpah menatap nisan putranya. Dia mengingat saat-saat sebelum putra tampannya itu pergi malam itu.

Shaka mengatakan pada Alisha bahwa lagi-lagi Bianca menolaknya, karena itulah dia ingin berlibur untuk mencari suasana lain. Dia ingin supaya tidak mengingat Bianca terus menerus karena wanita pujaannya itu memutuskan untuk kembali ke luar negeri.

“Padahal dia bilang cuma mau liburan, biar nggak kangen sama kamu terus. Tapi kenapa dia berlibur selamanya, Bia?”

Ibu mana yang tidak sedih saat putra yang biasanya ada dalam pandangannya, kini pergi selamanya menyisakan kenangan yang terasa menyakitkan jika diingat-ingat.

“Shaka pergi karena aku, Tante.”

Sesal di hati Bianca tidak kalah besar dari rasa sedihnya. Jika saja, hari itu dia langsung menerima lamaran Shaka, mungkin semua ini tidak akan terjadi.

“Kak Bia. Selama kamu belum menikah, maka aku tidak akan menikah juga. Aku tidak apa-apa kok kalau selamanya menjadi perjaka tua, demi kamu. Pokoknya aku cuma mau nikah sama kamu.”

“Ya sudah, tunggu saja aku pulang! Tapi, jangan menangis ya kalau aku pulang sama calon suamiku yang bule.”

Rupanya candaan Bianca itu membuat Shaka terluka hatinya. Hingga akhirnya, laki-laki yang usianya di bawahnya itu harus mencari ketenangan diri dan berujung kecelakaan.

“Shaka, kalau saja aku diberi kesempatan menebus kesalahanku, aku pasti akan membahagiakan kamu!”

***

Aku nangis sambil ngetik 😭 Maaf kalau ada kesalahan ❤️

Terpopuler

Comments

Yucaw

Yucaw

Shaka bucin dr piyik ke Bia..Bia sebenarnya suka gak sih sama Shaka? atau kasihan krn terus" an ngejar cinta Bia aja?? sabar ya mom Alisha..dad Rafael..🤗😥😥

2023-11-12

0

Ney maniez

Ney maniez

ishh🙄

2023-01-03

0

Apriliya Pusita

Apriliya Pusita

tuh kan bener thor apa yang jadi dugaanku. tapi ya gak pa pa juga sih, mereka kan belum punya hubungan spesial. Bianca juga menolak shaka. jadi masih ada harapan untuk maura dan shaka bersatu kan. mampir yuk kak di selingkuhanku semangatku dan mohon dukungannya ya terima kasih.

2022-10-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!