Bab 13

Maura sudah tepat di hadapan Shaka yang kini memperhatikan dirinya dari jarak yang sangat dekat. Raut wajah laki-laki tampan itu sarat akan kerinduan yang tidak mampu ia ungkapkan.

“Kamu dari mana, Ra?” tanya Shaka sembari melirik Fandy yang mengekor di belakang Maura.

Maura sempat menoleh sekilas ke arah Fandy, sebelum akhirnya kembali menatap Shaka.

“Aku tadi ada keperluan, Mas. Kamu ke sini sama siapa?” tanya Maura. Dia berpura-pura tidak tahu apa pun mengenai pertemuan Shaka dan keluarganya.

Tidak baik bagi Maura jika terlihat lemah dan menyedihkan di hadapan Shaka yang memang tidak ditakdirkan untuknya. Maura tidak perlu dikasihani hanya karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

“Aku ke sini sama keluargaku, Ra. Mereka sudah menemukan aku dan aku juga yakin kalau mereka memang keluargaku yang sebenarnya,” jawab Shaka sembari mengulum senyum bahagia.

“Oh, selamat, Mas. Aku turut bahagia mendengarnya, semoga ingatan kamu juga secepatnya kembali, Mas.” Maura tak kalah bahagia. Meski hatinya berdenyut nyeri, tapi Maura juga ingin menunjukkan bahwa dia ikut bahagia dengan kebahagiaan yang Shaka rasakan.

“Jadi, dia sudah bertemu dengan keluarga aslinya?” tanya Fandy yang sedari tadi ikut mendengarkan pembicaraan Shaka dan Maura.

“Iya, Mas Fandy. Terima kasih ya sudah mengantar Maura pulang, hati-hati di jalan,” jawab Shaka yang mengusir secara halus.

“Enak saja, aku sama Maura ....”

“Mas Fandy makasih ya, di sini masih ada tamu,” potong Maura saat Fandy tidak mau diusir secara halus.

“Iya, Maura. Besok kita pergi bareng lagi ya,” balas Fandy yang kemudian dibalas anggukan dari wanita cantik itu.

“Ayo Maura, kita masuk dulu!” ajak Shaka yang sebenarnya merasa tidak suka Maura pergi bersama Fandy.

Maura dan Shaka masuk ke rumah Pak Rizal. Alisha langsung berdiri menyambutnya dengan bahagia.

“Ini Maura? Cantik sekali,” puji Alisha pada gadis yang telah menolong putranya.

Kedua adik Shaka memperhatikan wajah Maura yang tidak seperti gadis desa dalam bayangan mereka. Sementara Bianca tersenyum kaku melihat keakraban Shaka dan Maura.

Maura hanya mengangguk sembari menyalami Alisha yang kini memeluk sembari mengucapkan terima kasih. Hingga mereka semua pun berkenalan dengan Maura, sang penyelamat.

“Saya seperti pernah melihat kamu, tapi di mana ya?” tanya Rafael, ayah Shaka yang mungkin mengenali wajah Maura yang familier.

“Mungkin hanya mirip saja, Om. Tidak mungkin orang hebat dan sibuk seperti Om Rafael bisa kenal saya,” jawab Maura.

“Oh iya Maura, kalau kamu mau, bagaimana kalau kamu bekerja di perusahaan kami. Kamu bisa masuk di perusahaan mana pun milik kami yang kamu mau,” kata Alisha menawarkan kebaikan.

“Terima kasih, Tante. Mungkin sekarang saya belum butuh, tapi lain kali kalau saya butuh pekerjaan pasti saya akan menghubungi Tante dan Mas Jo,” jawab Maura yang menolak secara halus.

“Namanya Shaka, Muara,” sela Pak Rizal.

“Oh iya, maaf maksudnya, Mas Shaka.”

“Kamu sudah punya pacar Maura?” tanya Bianca yang tiba-tiba menyahut.

Maura kini menatap gadis cantik yang menjadi bakal calon istri Shaka, laki-laki yang telah membuka hatinya kembali.

“Belum, Mbak. Kalau punya kenalan, boleh kok dikenalkan sama saya. Siapa tahu akan jadi jodoh,” jawab Maura dengan sangat tenang.

“Oh, aku pikir pemuda tadi itu pacar kamu,” balas Bianca yang sebenarnya malah curiga dengan hubungan Shaka dan Maura.

“Pemuda tadi sudah tiga kali ditolak sama Maura,” sahut Shaka sembari tersenyum miring. Dia merasa lega sekaligus yakin bahwa Fandy bukanlah tipe suami idaman Maura.

“Kalau dia lebih berusaha, mungkin aku tidak menolaknya lagi,” balas Maura sembari melirik ke arah Shaka.

Laki-laki itu malah melayangkan ekspresi tidak suka karena jawaban Maura itu.

***

Kembang kopinya dong, yang belum kasih vote, yuk sini!

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***