Bab 2

Shaka Rafael Hartono telah kehilangan seluruh memori yang ada dalam ingatan karena mengalami kecelakaan yang cukup parah. Sialnya, bukan ditolong orang baik, Shaka malah ditemukan orang jahat yang justru membuangnya di pinggiran jalan bersemak di daerah yang cukup jauh dari tempat kecelakaan. Beruntung, Shaka diselamatkan oleh gadis baik bernama Maura. Karena Shaka kehilangan memorinya, Maura dan ayahnya membawa laki-laki itu ke rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut.

“Kamu beneran nggak mau dirawat?” tanya Maura saat Shaka memaksa untuk pulang. Wanita itu duduk di kursi dekat ranjang UGD tempat Shaka mendapat pemeriksaan tadi.

Laki-laki itu sadar diri, dia tidak mengingat apa pun tentang dirinya dan keluarganya. Jika dirawat di rumah sakit, siapa yang akan membayar semu tagihan? Apakah harus membebani orang lain lagi?

Shaka mengerti, Maura dan ayahnya sudah sangat baik. Tidak mungkin dia menjadi beban mereka yang sudah menolongnya.

“Iya serius, aku nggak apa-apa kok,” jawab Shaka. Laki-laki itu mencoba untuk kuat sebisanya di hadapan Maura.

Ayah Maura pun muncul usai membayar tagihan pemeriksaan Shaka. Saat melihat Shaka, laki-laki itu mengerti kegelisahan yang tersirat di wajah tampan itu.

“Karena kamu tidak ingat siapa namamu, bagaimana kalau aku kasih nama kamu Joshua saja. Seperti anak laki-lakiku yang sekarang entah di mana.”

Ada raut kesedihan di mata laki-laki tua itu saat mengingat putra pertamanya yang telah lama berpisah darinya. Wajah tuanya itu memancarkan rasa sedih yang sudah begitu lama dipendam.

Maura memeluk ayahnya. Sedangkan Shaka melihat kesedihan orang yang sudah menolongnya. Mungkin laki-laki itu ingin dirinya memakai nama putranya supaya bisa mengingat terus sang putra yang entah ada di mana.

“Joshua nama yang bagus. Kalau Bapak tidak keberatan, saya izin memakainya sementara,” kata Shaka memberi harapan kebahagiaan baru untuk Ayah Maura.

Laki-laki tua itu mengangguk bahagia dan Shaka pun merasa lega karena kini dia bisa memberi sedikit kebahagiaan untuk orang yang telah menolongnya.

Ayah Maura —Pak Rizal—, kini memaksa Shaka yang telah memakai nama Joshua itu untuk tinggal di belakang rumahnya yang kebetulan kosong. Meski awalnya menolak, tapi Shaka tidak punya pilihan lain dan akhirnya terpaksa tinggal karena dia tidak ada tujuan saat ini.

Namun, Shaka tidak ingin tinggal secara gratis di rumah Pak Rizal, dia memaksa untuk membantu di kebun dan sawah milik Pak Rizal.

Beberapa bulan sejak kecelakaan itu, Shaka sudah bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan di desa itu dan dia merasa telah menemukan kebahagiaannya yang sebenarnya.

“Ayah, Mas Jo, makan dulu! Aku udah bawa makan siang ini!” kata Maura yang kini membawakan makan siang untuk Shaka dan ayahnya.

Shaka mencuci tangan di saluran irigasi yang sangat bersih. Lalu, dia menghampiri Maura yang sudah menunggu di gubuk milik Pak Rizal.

“Ayah masih kenyang, Ra. Kamu sama Mas Jo-mu makan dulu aja!” sahut Ayah Maura yang melanjutkan kegiatannya mencabut rumput liar di sekitar tanaman.

“Ih, kenapa ayah suka begitu sih?” gumam Maura sambil menyiapkan makanan untuk Shaka.

“Kamu masak apa hari ini?” tanya Shaka yang kini mendekati Maura.

“Ada sayur asem, bakwan jagung, sama tempe goreng, Mas,” jawab Maura yang kini memperhatikan wajah Shaka yang merah cenderung kusam, tidak lagi putih bersih seperti saat awal mereka bertemu.

“Wah, kesukaan aku ini.” Shaka mencomot satu bakwan jagung dan merasakan tekstur dan rasa yang membuatnya sedikit teringat kepingan masa lalu.

“Lihat deh, sekarang kamu gosong, Mas. Pasti kebanyakan kena terik matahari,” kata Maura sembari mengusap wajah Shaka dengan kain gendongan yang dibawanya.

Shaka memperhatikan wajah Maura yang cantik dan bersih, tidak seperti gadis desa ini pada umumnya.

“Nggak apa-apa gosong, yang penting masih ganteng. Aku gosong juga mungkin karena aku sekarang sudah ahli mencangkul,” balas Shaka dengan bangga.

Maura mengulurkan rantang berisi makanan pada Shaka yang diterimanya dengan senang hati. Perut sudah sangat lapar, ditambah suasana sawah yang sejuk, sungguh nikmat yang tiada duanya.

“Aku yakin kamu itu sebenarnya orang kaya yang sukses kalau dilihat dari penampilan kamu malam itu sih. Tapi, kenapa kamu belum mengingat apa pun ya, Mas.” Maura menatap langit di atas sawah dan mencoba mengingat kejadian beberapa bulan lalu itu.

“Mungkin karena aku belum siap berpisah denganmu, makanya aku masih susah mengingat masa laluku,” jawab Shaka sembari memperhatikan Maura.

Rambutnya yang tergerai diterbangkan angin sepoi-sepoi yang berembus. Maura kini mengalihkan pandangan. Dia menatap Shaka yang juga sedang menatapnya dalam-dalam.

“Jangan bercanda, Mas. Ayo kita makan saja!” Maura tidak ingin terlalu percaya diri. Dia menunduk menyembunyikan wajahnya yang bersemu.

“Aku nggak bercanda, Maura. Kalau nanti ingatanku pulih, tapi aku tidak bisa sama kamu lagi, kamu akan senang atau sedih?”

***

Kembang kopinya janga lupa gaess 💋💋💋

Terpopuler

Comments

Yucaw

Yucaw

namanya spt familiar sih..Shaka..apa aku baca novel lain yg nama tokohnya sama ya kira"?🤔🤔 Jo...jangan baperin anak orang...kasihan..

2023-11-12

0

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

sedih tohhh masss 🥺🥺🥺🥺

2023-07-02

0

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜

😁😁😁😁

2023-07-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!