Bab 7

Setiap pertemuan pasti akan berujung perpisahan. Entah karena alasan apa pun itu. Begitu pula dengan pertemuan Shaka dan Maura yang harus berujung perpisahan karena Shaka akan pergi ke kota untuk mengadu nasib.

Hari yang paling ditakutkan oleh Maura itu akhirnya tiba. Shaka akan berangkat ke kota bersama Pak Rizal yang mengantar hasil panen mereka.

Meski sebenarnya Maura sangat hancur, tapi dia mencoba yakin bahwa jodoh dan takdir sudah diatur dan dia harus menjalaninya seperti air yang mengalir. Jika memang Shaka adalah jodoh dan takdirnya, bagaimanapun caranya pasti mereka akan bersama.

“Aku pergi dulu. Nanti kalau kamu sudah siap ke kota, bilang aja ya. Aku akan menjemputmu,” kata Shaka sembari mengusap wajah Maura sebelum dia masuk ke mobil bak terbuka yang akan membawanya ke ibu kota.

Maura mengangguk. Entah kapan dia akan siap menginjakkan kaki lagi ke sana, tapi yang jelas untuk saat ini Maura lebih nyaman tinggal di kampung bersama kedua orang tua angkatnya.

“Hati-hati ya, Mas. Semoga kamu sukses di sana,” kata Maura dengan tulus, meski hatinya masih terasa berat berpisah dengan laki-laki yang mulai mengisi kekosongan hatinya saat ini.

“Iya, Ra. Nanti aku akan hubungi kamu. Kamu beli HP sendiri dong, Ra,” pinta Shaka.

Maura hanya tersenyum kecut menanggapi permintaan Shaka itu. Baginya saat ini, ponsel bukanlah sesuatu yang penting. Karena ponsellah, kemungkinan besar jati diri Maura yang sebenarnya bisa ditemukan.

“Nanti kalau aku susul, aku pasti beli ponsel sendiri, Mas.”

“Oke. Kabari aku,” kata Shaka yang tiba-tiba mengecup puncak kepala Maura, hingga gadis itu terbengong cukup lama.

Kenapa Mas Jo-nya memperlakukan Maura seperti itu. Apa ini wujud kasih sayang seorang kakak untuk adiknya, atau bagaimana?

Mobil yang membawa Shaka dan Pak Rizal menjauhi pekarangan rumah, Maura masih memandanginya sampai benar-benar menghilang. Dia berharap Shaka akan tetap menjadi Joshua yang saat ini dikenalnya meskipun nanti dia ingat tentang siapa dirinya.

.

.

.

Shaka sudah sampai di ibu kota. Setelah menjual hasil panen, Pak Rizal mengantarkan laki-laki itu untuk menemui kerabatnya.

Lewat kerabat Pak Rizal itulah, Shaka mendapat tawaran bekerja menjadi asisten fotografer di acara pernikahan. Meski belum berpengalaman, tapi saat kerabat Pak Rizal itu meminta Shaka untuk mencoba membidik objek menggunakan kamera, ternyata hasilnya sangat bagus.

“Aku rasa dia memang berbakat dalam banyak hal,” puji Pak Rizal pada Shaka yang sekarang sudah dianggap seperti putranya sendiri.

“Bapak bisa saja. Biasa pegang cangkul, sekarang pegang seperti ini, takut salah pencet nanti meledak, Pak,” balas Shaka sembari tertawa.

“Tapi mungkin saja dulu sebelum amnesia kamu memang kerja beginian, Bang,” sahut keponakan Pak Rizal yang mengajak Shaka bekerja bersamanya.

“Entahlah, aku juga tidak tahu. Ya, semoga saja dengan pekerjaan ini ingatanku bisa kembali.”

“Semoga saja, Jo. Kasihan Maura, semoga dengan kamu ingat lagi, Maura jadi ada kejelasan. Sepertinya Maura mulai membuka hati untukmu.”

Kening Shaka mengernyit mendengar pendapat laki-laki yang telah menolongnya itu.

“Kayaknya nggak mungkin Pakde, aku sudah pernah coba mendekati Maura, dan sepertinya hati dia selalu terikat dengan Faisal.”

Shaka semakin bingung mendengar nama Faisal, selama ini baik Pak Rizal maupun Maura tidak pernah menyebut nama itu, siapa sebenarnya Faisal?

“Tapi kalau dia bisa melupakan Faisal, pasti itu lebih baik, ‘kan?” tanya Pak Rizal yang terlihat sangat sedih menyebut nama Faisal yang selama ini coba dia ikhlaskan kepergiannya.

“Iya memang, Pakde. Aku sendiri heran kenapa Maura lebih memilih tinggal di kampung. Apa dia benar-benar tidak memiliki keluarga?”

“Kamu tidak tahu kalau pakdemu ini keluarganya juga,” jawab Pak Rizal sembari mengedipkan mata pada keponakannya.

Terlalu banyak teka teki yang belum Shaka tahu tentang Maura. Apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis itu?

***

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***