Bab 14

Shaka merasakan dadanya terasa nyeri saat Maura mengatakan bahwa dia mungkin bisa menerima Fandy. Padahal, beberapa waktu yang lalu Maura sudah sangat yakin tidak akan menerima laki-laki anak Pak Lurah itu karena Fandy bukanlah tipe pria idamannya.

“Sekarang kamu sudah merasa cocok dengan Mas Fandy? Bukannya kamu bilang suka cowok yang pekerja keras?” tanya Shaka dengan raut kesal. Dia seperti tidak rela jika Maura bersama Fandy yang jelas-jelas sudah tiga kali ditolaknya.

Bianca menangkap ekspresi khawatir yang Shaka tunjukkan. Dia jadi sedikit ragu dengan perasaan Shaka padanya. Apa mungkin sekarang perasaan itu sudah mulai luntur dan berganti dengan perasaan Shaka pada wanita lain?

“Makanya aku akan bilang saja sama Mas Fandy, kalau aku suka cowok yang pekerja keras. Mas Fandy sudah mendapat poin utama, dia menungguku cukup lama dan membuktikan bahwa dia memang mencintaiku meski sudah beberapa kali aku tolak,” jawab Maura dengan sangat yakin.

Maura ingin menunjukkan pada Shaka bahwa dia tidak bersedih meski Shaka telah menemukan lagi cintanya.

“Ayah juga setuju kalau kamu sama Fandy, dia anaknya baik dan perhatian,” sahut Pak Rizal yang membuat Maura tersenyum malu-malu.

Entah kenapa Shaka jadi semakin sakit hati melihat senyum malu-malu Maura untuk laki-laki lain. Padahal Maura sengaja menampilkan senyuman itu untuk menutupi luka hatinya yang terasa perih.

“Nanti kalau kamu menikah, undang kami juga ya,” kata Alisha ikut nimbrung.

“Tentu saja, Tante.” Maura terus menampilkan senyum ramah seolah dia sedang sangat berbahagia.

“Kamu cantik sekali, Maura. Nanti kalau Shaka dan Bianca menikah, kamu sama Bapak dan Ibu Rizal juga harus datang ya.” Alisha menyukai penampilan Maura yang sederhana, tapi memancarkan kecantikan. Walau Maura hanya gadis desa, tapi auranya terlihat sangat berkelas.

Shaka memperhatikan raut wajah Maura lekat-lekat. Dia ingin tahu bagaimana ekspresi Maura saat ditanya hal seperti itu oleh Alisha.

“Pasti, Tante. Aku juga ingin menyaksikan langsung kebahagiaan Mas Jo maksud saya Mas Shaka.” Maura memperhatikan wajah Shaka yang kini masih menatapnya dengan tanda tanya besar.

“Mas Shaka sudah saya anggap sebagai kakak saya sendiri,” lanjut wanita itu sembari mengulum senyum bahagia.

“Maura, kalau kamu gagal sama Mas Fandy, aku siap gantiin kok,” ucap Sky dengan percaya diri. “Aku juga adiknya Kak Shaka, kalau kita nikah ‘kan pasti lebih terasa kekeluargaannya, ya ‘kan?” goda lelaki itu.

“Ih, itu maunya kamu saja. Maura nggak maulah sama playboy kayak kamu,” sahut Cloudia, saudara kembar Sky.

“Kak Shaka dulu juga mantan playboy. Kak Bia tetap menerima apa adanya. Siapa tahu Maura juga menerimaku apa adanya.”

“Itu dua pacar kamu mau dikemanain?”

“Kalau Maura terima aku, langsung aku putusin mereka demi Maura.” Sky memainkan matanya, berkedip genit pada Maura.

Maura menanggapinya dengan tersenyum sembari menunduk. Dia tidak besar kepala karena tahu Sky hanya bercanda.

Sementara itu, Shaka masih terus memperhatikan raut wajah Maura. Entah hatinya merasa abu-abu dengan apa yang dirasakannya untuk Maura, apakah perasaan seorang kakak untuk adiknya, atau perasaan seorang laki-laki untuk wanitanya.

Cukup lama mereka berbasa-basi. Saling bertukar cerita tentang banyak hal. Hingga akhirnya, Shaka dan keluarganya pun harus pulang.

“Maura, aku beli ini buat kamu. Tolong pakai ini biar aku bisa menghubungi kamu,” kata Shaka sebelum masuk ke mobil.

Bianca memperhatikan dari belakang dan melihat apa yang Shaka berikan untuk Maura. Sementara itu, Maura pun menerima ponsel pemberian Shaka itu sembari tersenyum. “Makasih, Mas.”

Maaf, Mas Shaka. Sepertinya, aku memang harus menjauh dari kamu selamanya. Aku tidak ingin ada hati lain yang terluka karena salah paham nantinya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***