Edward melepaskan satu persatu pakaian yang melekat di tubuhnya dan membuangnya secara asal hingga tubuh Edward polos tanpa sehelai benang pun kemudian Edward berjalan ke arah kamar mandi.
Edward memutar kran shower karena ingin menidurkan adik kecilnya yang masih berdiri dengan sempurna dengan menggunakan air dingin.
"Si*l kalau setiap hari sekamar dengan Alona bisa - bisa setiap hari mandi air dingin untuk menidurkan adik kecilku dan yang ada aku masuk angin," gerutu Edward.
"Aku bingung kenapa jika ada gadis atau wanita yang dekat denganku jantungku biasa saja dan tidak ada pikiran mesum seperti ini?Aku akan tanya ke paman Jimmy atau paman Lemos karena jika aku bertanya sama daddy takutnya mommy mendengarnya dan marah padaku," ucap Edward.
Setelah hampir setengah jam lebih akhirnya adik kecilnya kembali tidur dengan tenang kemudian Edward mematikan shower setelah dirinya selesai mandi dengan menggunakan sabun cair mandi. Edward memakai jubah handuk kemudian berjalan keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang sangat segar, namun entah kenapa tiba - tiba Edward teringat akan ciuman pertamanya membuat Edward menyentuh bibirnya.
"Kenapa aku tiba - tiba ingat dengan ciuman pertamaku? Bibir Alona rasanya sangat manis dan aku ingin ... Aduh Edward kenapa sih kamu jadi mesum? Ingat Edward kalau Alona itu barang bekas dan keperjakaan mu diberikan oleh gadis yang baik - baik bukan diberikan ke Alona yang jelas - jelas wanita mu ra han," ucap Edward dengan men jeda kalimatnya sambil memijat keningnya yang pusing.
"Lebih baik aku telepon paman Jimmy atau paman Lemos saja," ucap Edward.
Edward berjalan ke arah meja dekat ranjang untuk mengambil ponselnya kemudian duduk di sisi ranjang, Edward menghubungi paman Jimmy tapi sayangnya ponselnya tidak aktif kemudian Edward menghubungi paman Lemos dan sambungan pertama di angkat oleh tante Soraya.
("Hallo Edward," panggil tante Soraya).
("Hallo tante, paman Lemos ada?" tanya Edward dengan nada sopan).
("Ada, sebentar," ucap tante Soraya).
("Daddy," panggil tante Soraya).
("Sebentar mom," jawab paman Lemos)
Hening
Hening
("Sebentar ya paman Lemos sedang berada di kamar mandi," ucap tante Soraya).
("Tidak apa - apa tante, santai saja," jawab Edward).
(Ceklek)
("Kenapa mom? Mau lagi? Kebetulan daddy belum memakai pakaian begitu pula dengan mommy jadi kita bisa melakukan hubungan suami istri," ucap paman Lemos sambil berjalan ke arah istrinya dengan wajah mesumnya).
("Aduh sepertinya aku telepon di waktu yang tidak tepat, apa aku bilang tidak jadi nanti saja telepon lagi tapi alasannya apa?" tanya Edward dalam hati yang masih setia mendengarkan percakapan paman Lemos dengan tante Soraya lewat ponselnya).
("Daddy kenapa jadi mesum sih? Bukankah tadi sudah? Mommy sampai lemes tahu," ucap tante Soraya tanpa menyadari kalau dirinya masih memegang ponselnya dan masih berkomunikasi dengan Edward).
("Mesum sama istri sendiri tidak apa - apakan mom?Memang tadi sudah tapi kalau mommy masih kurang daddy sih dengan senang hati melakukannya," jawab paman Lemos).
("Nanti saja dad, mommy masih lemas," ucap tante Soraya).
("Terus mommy, manggil daddy memangnya ada apa? Lalu mommy kenapa memegang ponsel milik daddy?Memang siapa yang telepon?" tanya paman Lemos beruntun).
("Astoge," ucap tante Soraya sambil menepuk keningnya karena dirinya benar - benar lupa).
("Ada apa sih mom?" tanya paman Lemos dengan wajah bingung sambil duduk di sisi ranjang samping istrinya).
("Mommy lupa kalau Edward menghubungi daddy," jawab tante Soraya sambil menyerahkan ponselnya ke paman Lemos dengan wajah merah merona).
("Ada apa Edward?" tanya paman Lemos sambil mengusap rambut istrinya dengan lembut dan tersenyum melihat sikap istrinya yang sangat menggemaskan).
Hening
("Hallo Edward," panggil paman Lemos).
("Apakah paman ada waktu?" tanya Edward setelah dirinya tersadar dari lamunannya).
("Kalau sekarang paman ada waktu, mau ketemu?" tanya paman Lemos).
("Boleh paman, sebentar lagi Edward akan ke rumah paman," jawab Edward).
("Ok, paman tunggu," jawab paman Lemos).
("Tapi paman bicaranya di ruang kerja paman ya dan jangan mengajak tante Soraya," pinta Edward).
("Memang kenapa?" tanya paman Lemos dengan wajah bingung).
("Karena Edward ingin bicara secara pribadi dengan paman," ucap Edward).
("Ok," jawab paman Lemos).
("Bye paman," pamit Edward).
("Bye," jawab paman Edward).
Tut Tut Tut
Sambungan komunikasi terputus kemudian paman Lemos dan Edward sama - sama meletakkan ponselnya di meja dekat ranjang, Edward turun dari ranjang kemudian berjalan ke arah lemari untuk mengambil pakaian santai dan langsung memakainya.
Setelah selesai Edward mengambil kunci mobil dan berjalan ke arah pintu kamarnya bersamaan pintu kamarnya terbuka.
Ceklek
Delon membuka pintu kamarnya dan melihat Edward sedang bersiap untuk pergi membuat Delon menatap putra pertamanya dengan wajah bingung.
"Mau kemana Edward?" tanya Delon.
"Mau pergi ke rumah paman Lemos," jawab Edward.
"Ok, hati - hati di jalan," ucap Delon.
"Baik dad," jawab Edward sambil mengecup punggung tangan Delon.
Edward berjalan ke luar dari kamarnya dengan diikuti oleh Delon hingga tiba - tiba Edward ingat kalau makan siang Alona sudah lewat membuat Edward berjalan menuruni anak tangga untuk menemui pelayan mansion.
"Siapkan makanan untuk nona Alona dan layani dia dengan baik," perintah Edward pada kepala pelayan.
"Baik tuan," jawab kepala pelayan dengan patuh.
Edward berjalan dengan angkuh menuju ke pintu utama dan bertemu dengan Delisa Ibu kandungnya yang sangat disayangi, Delisa menatap putranya seakan ingin bertanya mau kemana.
"Mau kemana?" tanya Delisa.
"Mau ke rumah paman Lemos, mom," jawab Edward.
"Wanita itu lagi di mana sekarang?" tanya Delisa.
"Ada di kamarnya kalau mommy ingin menyuruh Alona tunggu Alona kondisinya kuat dulu," ucap Edward.
"Kenapa kamu perduli? Jangan bilang kalau kamu jatuh cinta dengan perempuan yang tega menabrak nenekmu," ucap Delisa dengan tatapan tidak suka.
"Bukan begitu mom, Alona sedang terluka dan penyebabnya karena menjadikan tubuhnya sebagai tamengnya agar Edward tidak terkena luka tembak," ucap Edward menjelaskan.
Delisa menghembuskan nafasnya dengan perlahan kemudian menganggukkan kepalanya yang artinya dirinya saat ini tidak akan menyiksa Alona membuat Edward bernafas lega, Edward mencium punggung Delisa kemudian pergi meninggalkan mansion tersebut menuju ke mansion milik paman Lemos.
"Saat ini kamu selamat dari siksaan ku tapi nanti di saat kamu sehat aku akan menyiksamu," ucap Delisa sambil menahan amarah sekaligus dendam terhadap Alona yang tidak bersalah.
Tiba - tiba pintu utama terbuka oleh dua bodyguard milik suaminya hingga Delisa melihat dokter Kasandra sedang berjalan ke arah dirinya.
"Hallo tante apa kabar," sapa Delisa.
"Hallo sayang," panggil dokter Kasandra sambil cipika cipiki.
"Hallo tante Kasandra," sapa Delon sambil menuruni anak tangga.
"Hallo ponakan ku yang tampan," jawab dokter Kasandra sambil bersalaman dengan Delon setelah Delon sudah berdiri di hadapannya.
"Tante bisa saja," jawab Delon sambil tersenyum.
"Tadi aku melihat mobil Edward, Edward mau kemana?" tanya dokter Kasandra.
"Mau menemui paman Lemos," jawab Delon.
"Oh," jawab dokter Kasandra singkat.
"Oh ya, di mana calon menantu kalian?" tanya dokter Kasandra.
"Ada di kamar tamu," ucap Delon sambil melirik ke arah istrinya yang sedang cemberut karena Delisa tidak mengakui Alona sebagai menantunya.
"Kalau begitu tante akan ke sana untuk melihatnya," jawab dokter Kasandra.
"Silahkan tante, Alona berada di lantai dua bersebrangan dengan kamar Edward," ucap Delon.
"Ok," jawab dokter Kasandra singkat.
Dokter Kasandra berjalan ke arah tangga dan menaiki satu demi satu tangga hingga akhirnya dokter Kasandra berada di depan pintu kamar di mana Alona tinggal di kamar tersebut.
Tok Tok Tok
"Masuk," jawab Alona dari balik pintu.
Ceklek
Dokter Kasandra membuka pintu kemudian masuk ke dalam kamar di mana Alona sedang berbaring dengan ruangan yang agak gelap membuat dokter Kasandra meletakkan tas yang berisi perlengkapan dokter di meja dekat ranjang Alona.
"Kenapa ruangannya gelap?" tanya dokter Kasandra sambil membuka gorden agar cahaya dari luar bisa masuk ke dalam kamarnya.
"Maaf dokter, Alona ingin membuka gorden tapi tubuh Alona masih lemas seperti tidak bertulang," jawab Alona merasa tidak enak hati.
"Kok memanggilku dokter, panggil Oma sama seperti Edward memanggilku," ucap dokter Kasandra sambil tersenyum dan berjalan ke arah Alona yang masih berbaring di ranjang.
"Baik Oma," jawab Alona sambil membalas senyuman dokter Kasandra yang membuat dirinya merasa nyaman.
"Kata Delon ayahnya Edward, kamu terkena luka tembak karena menjadikan tubuhmu sebagai tameng putranya yang bernama Edward" ucap dokter Kasandra sambil mengambil tas dokter yang tadi diletakkan kemudian duduk di samping Alona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
epifania rendo
keluarga yang lain sayang sama alona
2023-12-06
1
Renireni Reni
kayaknya dokter kassandra bakal sayang jg sm alona
2023-05-26
0
Bernadeth Meilan
tameng
2023-01-19
0