"Cepat sembuh dan jangan sering masuk ke rumah sakit," ucap Edward tanpa menyadari kalau perkataannya menyakiti perasaannya.
"Maaf, setelah aku sembuh aku akan mencari pekerjaan dan mengganti semua biaya rumah sakit yang tuan Edward keluarkan," ucap Alona.
"Kamu tidak perlu berkerja di luar cukup menjadi pelayan di mansion ku," ucap Edward.
"Maaf lebih baik aku berkerja di luar?" jawab Alona.
"Berkerja sebagai wanita panggilan?" tanya Edward tanpa punya perasaan sambil menatap sinis ke arah Alona.
Bruk
Alona yang sangat kesal dengan ucapan Edward menarik selang infus sambil turun dari ranjang namun tubuh Alona masih lemah membuat Alona terjatuh tapi Alona berusaha bangun dan berjalan ke arah pintu perawatan.
"Mau kemana?" tanya Edward dengan nada dingin.
Edward sangat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Alona begitu pula dengan Jordan dan Leo tapi berusaha bersikap biasa dan tidak memperdulikan Alona terjatuh
Namun entah kenapa hati kecil Edward sangat sakit ketika Alona terjatuh dan ingin menolongnya tapi rasa dendam karena Alona tega menabrak nenek kesayangannya di tambah dengan teganya di tinggal di jalan raya membuat Edward me ma ti kan perasaannya.
"Keluar dari rumah sakit supaya hutangku tidak terlalu banyak," jawab Alona sambil membuka pintu dan menahan rasa sakit pada punggungnya.
"Apakah kamu ingin membuatku malu?" tanya Edward.
"Tinggal katakan saja aku wanita mu rah han dan tidak pantas untuk di tolong," jawab Alona sambil menutup pintu ruang perawatan.
Alona berjalan ke arah lobby sambil menahan rasa pusing karena hari ini perutnya belum di isi namun baru beberapa langkah dua perawat menghalangi Alona membuat Alona menghentikan langkahnya.
"Aku ingin pergi, jangan halangi aku," pinta Alona.
"Maaf nona, nona tidak bisa meninggalkan rumah sakit ini," ucap salah satu perawat.
"Kenapa tidak bisa?" tanya Alona sambil memegangi kepalanya.
Tiba - tiba pandangan matanya mulai mengabur dan melihat bayangan samar - samar Edward yang sedang berjalan menuju ke arahnya dengan tatapan ingin mem bu nuhnya begitu pula dengan Jordan dan Leo.
"Karena tuan E ..." ucapan perawat itu terpotong bersamaan tubuh Alona seperti tidak bertulang dan langsung ambruk.
Bruk
Grep
Edward yang melihat tubuh Alona ambruk langsung menangkap tubuh Alona dan menggendongnya ala bridal style kemudian membawanya ke arah kamar perawatan dengan di ikuti oleh Jordan dan Leo.
"Panggilkan dokter," perintah Edward.
"Baik tuan Edward," jawab ke dua perawat tersebut dengan serempak.
"Merepotkan," ucap Edward dengan nada kesal sambil membaringkan tubuh Alona di ranjang.
"Kalau merepotkan kenapa kakak masih menolongnya?" tanya Jordan.
"Betul kata kak Jordan lebih baik biarkan saja dia pergi dan jangan nikahi gadis itu," sambung Leo.
"Jika dibiarkan pergi terlalu enak buat dirinya karena dia harus bertanggung jawab menabrak nenek kesayanganku," jawab Edward
"Terserah kakak saja yang penting aku sudah kasih tahu," ucap Jordan.
"Aku juga sama," sambung Leo.
"Terima kasih atas sarannya tapi aku ingin membalaskan dendam ku," ucap Edward.
Selesai Edward berbicara bersamaan pintu ruang perawatan terbuka dan ke tiga pemuda tampan tahu siapa yang datang. Dokter dan perawat berjalan ke arah Alona dan mulai memeriksa.
Setelah hampir setengah jam akhirnya dokter itupun selesai mengecek Alona begitu pula dengan perawat yang kembali memasang infus di pergelangan tangan Alona.
"Maaf tuan - tuan, kami ingin mengecek pasien lainnya," ucap dokter tersebut.
Ke tiga pemuda tampan tersebut hanya menganggukkan kepalanya kemudian dokter dan perawat itupun pergi meninggalkan ruang perawatan hingga ponsel milik Jordan dan Leo berdering.
Jordan dan Leo meminta ijin keluar untuk menerima telepon dan meninggalkan Edward dan Alona berdua.
Sepeninggal Jordan dan Leo yang keluar dari ruang perawatan Edward duduk di kursi sambil menatap wajah cantik Alona.
"Hiks ... Hiks ... Hiks ... Mommy ... Daddy ... Hiks ... Hiks ... Hiks ...." ucap Alona sambil terisak memanggil ke dua orang tuanya.
"Mommy ... Daddy ... Hiks ... Hiks ... Alona lelah Dad ... Mom .. Alona ingin tidur dan tidak bangun lagi ... Hiks ... Hiks ... Nenek ... Jangan tinggalkan Alona Nek? Alona ingin ikut nenek," sambung Alona sambil masih terisak.
("Kenapa hatiku sangat sakit mendengar ucapan dan isak kan Alona seperti orang yang tidak semangat hidup?" tanya Edward dalam hati sambil menghapus air mata Alona).
("Alona, siapa kamu sebenarnya? Jujur aku tidak percaya kalau kamu wanita seperti yang mereka katakan dan tega meninggalkan nenekku di jalan raya setelah kamu menabrak nenekku tapi semua bukti mengarah padamu di tambah ke dua pria itu wajahnya tidak bohong kalau mereka mengenalmu dengan baik dan pernah tidur bersama. Sungguh jika mengingat itu aku sangat jijik dan ingin menyiksamu karena aku sangat membenci wanita seperti itu di tambah kamu tega menabrak dan meninggalkan nenekku membuatku sangat dendam padamu," sambung Edward dalam hati).
Perlahan Alona membuka matanya dan menatap wajah tampan Edward dengan sendu membuat Edward memalingkan wajahnya ke arah samping.
Alona hanya diam dan tidak mengeluarkan suara sedikitpun ketika Edward memalingkan wajahnya. Tiba - tiba ponsel Edward berdering membuat Edward mengambil ponselnya yang di simpannya di saku jasnya dan melihat siapa yang menghubungi dirinya.
"Mommy," ucap Edward sambil menggeser tombol berwarna hijau kemudian ditempelkan ke telinganya.
("Hallo mom," panggil Edward).
("Edward, mommy dengar kamu di serang?" tanya Mommy Delisa)
("Iya mom," jawab Edward).
("Kamu baik - baik saja kan?" tanya Mommy Delisa dengan nada kuatir).
("Baik - baik mom," jawab Edward).
("Syukurlah mommy merasa tenang, sekarang kamu di mana?" tanya Mommy Delisa).
("Di rumah sakit mom," jawab Edward).
("Lho katanya baik - baik saja tapi kenapa di rumah sakit?" tanya Mommy Delisa dengan nada bingung).
("Alona terkena tembakan mom," jawab Edward).
("Buat apa di bawa ke rumah sakit? Keluarga kita kan ada dokter tinggal di obati saja tanpa perlu di bawa ke rumah sakit," ucap Mommy Delisa dengan nada kesal).
("Maaf mom," jawab Edward).
("Sudah bawa pulang saja, biar dia merasakan sakit karena dia telah membuat nenekmu terbaring koma sampai sekarang," ucap Mommy Delisa).
("Tapi mom ..." ucapan Edward terpotong oleh Mommy Delisa).
("Tidak ada penolakan bawa pulang sekarang!!" perintah Mommy Delisa).
("Baik mom," jawab Edward patuh).
("Kalian berdua sudah membeli cincin pernikahan buat acara besok?" tanya Mommy Delisa).
("Belum mom," jawab Edward).
("Sudahlah biar mommy yang membelinya, kalian pulang saja ke mansion," ucap Mommy Delisa).
("Baik mom," jawab Edward patuh).
Tut Tut Tut
Sambungan komunikasi langsung terputus kemudian Edward menyimpan kembali ponselnya di saku jasnya kemudian menatap Alona dengan sinis.
"Kamu pasti sudah dengar kalau kamu di suruh pulang sekarang," ucap Edward dengan tatapan sulit terbaca.
"Aku dengar," jawab Alona sambil berusaha bangun.
"Syukurlah kamu ternyata tahu diri juga," ucap Edward yang selalu melawan kata hatinya.
"Tentu saja aku tahu diri," jawab Alona sambil berusaha menahan luka yang teramat dalam dengan perkataan Edward.
"Aku tahu pasti dalam hatimu sangat menyesal karena menjadikan tubuhmu sebagai tameng ku," ucap Edward.
"Tidak ada penyesalan dalam hatiku, anggap saja menebus rasa bersalah a ... aku yang menabrak neneknya tuan," jawab Alona hampir keceplosan menyebut kata adik.
"Baguslah mempunyai rasa bersalah telah menabrak nenekku," jawab Edward.
Alona hanya diam mendengarkan kata - kata Edward yang tajam dan melukai perasaan nya.
"Sebelum kita menikah kita buat surat perjanjian pernikahan dan kamu harus setuju dengan semua syarat ku," ucap Edward.
"Silahkan dan aku akan penuhi semua syarat tuan tapi tuan juga harus menyetujui tiga syarat ku," ucap Alona.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
epifania rendo
sakit hati sekali dengan kata2nya ed
2023-12-06
1
Renireni Reni
kok sedih aq
2023-05-25
0
Bernadeth Meilan
syaratnya apa nih
2023-01-19
0