Chap 16 • Reaksi •

Malam ini Hanin dan Henri mencoba lagi, keduanya duduk di pinggiran ranjang. Wajah Henri mendekat,

"Tunggu!" Suara Hanin saat jarak mereka tinggal beberap inci saja. Henri menghentikan pergerakan nya.

Hanin beranjak dari duduknya ia menarik tangan Henri dan membawanya hingga terpentok dinding.

"Apa ini?"

"Yah, hanya... Coba dengan gaya berbeda." Ucap Hanin beralasan. Padahal ia hanya ingin lebih mudah saat mengecek apakah Henri berdiri atau tidak saat mereka berciuman nanti.

"Aaa.... Begitu..." Henri manggut-manggut.

Tangan Hanin melintang mengunci tubuh Henri di tembok. Wajah Hanin mendekat,

"Tunggu!" Kali ini suara Henri yang merasa aneh dengan posisi mereka yang terbalik.

"Kenapa jadi aku yang terpepet di tembok. Harusnya kau yang di sini."

"Astaga, hanya posisi saja. Itu tidak penting." Hanin memejamkan matanya lagi dan mendekatkan wajahnya pada Henri.

"Tunggu."

"Apa lagi?"

"Bukankah kamu mau meluruskan yang salah? Jika terbalik begini, bagaimana mau diluruskan?"

"Haaahh...." Hanin mendessaah kuat. "Ya udah, cepat gantian."

Hanin dengan tidak sabar menarik lengan Henri, lalu menyenderkan tubuhnya ke dinding.

"Cepat lakukan!" Titah Hanin memalingkan wajahnya kesamping.

Henri menyentuh pipi istrinya, ia menggerakkan wajahnya mendekat, sedikit merenggang kan bibirnya lalu menyesap pelan bibir ranum Hanin. Lidahnya menelisik masuk kedalam rongga mulut Hanin. Saling membelit lidah, menyaut dan menggerakkan rahangnya perlahan.

Sesat lamanya, Hanin terbuai. Tangannya reflek memeluk pinggang Henri dan tangan kirinya memeluk punggung atas prianya.

"Hanin, sadarlah, ingat! Apa yang harus kau lakukan." Batin Hanin mencoba menguasai dirinya.

Tangan Hanin mengurut dari punggung Henri kebawah hingga di pinggangnya. Lalu tangan itu terangkat kedepan tubuh suaminya.

"Sebelum ciuman ini berakhir aku harus menyentuhnya." Pikir Hanin langsung meraba bagian pusat Henri.

Netra Henri melebar, merasakan cengkraman tangan Hanin pada burung nya. Gegas dia melepaskan pangutan nya. Dan menjauh dari Hanin.

"Kau!" Tunjuk Henri menatap tak terima dengan aksi tak senonoh istrinya."kau! Memalukan! Kenapa berbuat tidak senonoh padaku?"

Mata Hanin melebar, suaminya bersuara sekencang itu.

"Sssttttt!! Pelankan suaramu! Kau bisa membangunkan nenek dan mama." Hardik Hanin dengan suara pelan dan telunjuk yang menempel di bibir nya.

"Kau! Ini karena kau! Kau sangat tidak tau malu, bagaimana bisa kau menyentuh nya."

"Astaga, bisakah kau pelankan suaramu?" Hanin melirik pada pintu kamar, takut jika mama Tantri dan nenek masuk mendengar kegaduhan di dalam kamar."kau tidak perlu samapi sehisteris itu Henri "

"Ini semua salahmu, kau yang sembarangan meraba tubuhku."

"Hiiisssshh... Aku hanya mengeceknya, apakah kamu bereaksi atau tidak."

"Aku pasti akan bilang jika merasakan sesuatu. Kau tidak perlu melakukannya."

"Sssttttt....."

Terdengar suara pintu diketuk.

"Han, Henri, ada apa didalam? Kenapa ribut sekali? Apa yang kalian pertengkarkan?" Suara mama Tantri dari balik pintu.

Henri dan Hanin saling berpandangan.

"Kau dengar! Ini karena kau berisik." Bisik Hanin mendekat pada suaminya.

"Lalu ku harus bagaimana? Kau lah penyebabnya." Balas Henri masih kesal.

"Han?" Suara mama Tantri lagi dari luar kamar.

"Iya Bu, kami sedang mengusir tikus. Jangan buka pintunya. Biar dia lewat jendela." Sahut Hanin asal beralasan.

"Hah? Tikuuss... Kyaaa..." Suara mama Tantri menjerit sambil menjauh dari kamar Hanin.

Hanin dan Henri bernafas lega. Kedua nya saling tatap, Henri yang lebih dulu membuang muka.

"Sudah, aku mau tidur." Ungkapnya seraya berjalan ke arah ranjang kamar. Lalu membaringkan tubuhnya Disana.

Sementara Hanin memilih mendekati lemari. Ia membuka pintu lemari, mengambil piyama tidurnya dan mulai membuka pakaian nya tanpa rasa canggung.

Netra Henri melebar, melihat tubuh Hanin yang tak tertutup oleh pintu lemari seperti biasanya. Ia bahkan dapat melihat setiap lekukan tubuh istrinya. Jantung Henri berdebar keras, nafasnya berirama cepat, tubuhnya menegang seketika. Ia menelan ludahnya,

Mata Henri menyusuri setiap inci tubuh Hanin yang terbuka, melihat pergerakan indah Hanin mengenakan piyama nya.

'Apa ini? Kenapa aku bereaksi pada nya? Bukankah dulu aku pernah melihat hal seperti ini saat masih kuliah? Dan aku tidak merasakan apa-apa. Aku bahkan sampai berfikir aku tidak normal karena tak tergerak saat melihat beberapa teman wanitaku bertelanjang.' pikir Henri masih menyusuri tubuh Hanin yang perlahan mulai tertutup piyama. Ia merasakan tubuhnya yang bereaksi lain justru saat melihat tubuh istrinya.

Hingga Hanin memiringkan tubuhnya kearah Henri, melihat Henri masih menatapnya tanpa berkedip, bahkan melihat jakun suaminya yang turun naik, seolah kesulitan menelan ludahnya.

"Ada apa dengan mu?"

Henri tersentak, terkejut tiba-tiba hanin sudah berada disampingnya, begitu dekat dengan wajahnya. Jantung Henri seolah melompat seketika.

"Ka- kau! Ja-jangan terlalu dekat! Mengagetkan ku saja."

"Kenapa kamu berkeringat?"

"Apa?" Henri mengusap wajah nya yang basah oleh keringat, "ini... Panas." Ungkapnya gugup beralasan.

"Sungguh? Kalau begitu jangan selimutan." Gumam Hanin menarik selimut hingga tersingkap.

"Arrgg...." Pekik Henri buru-buru memiringkan tubuhnya, dan meringkuk membelakangi Hanin.

"Hei! Kau kenapa?" Tanya Hanin melihat tingkah aneh suaminya yang tak biasa.

'Sialan! Semoga dia tidak lihat.' batin Henri menggeleng kuat tanpa menoleh dan masih meringkuk.

"Huuuhh,, dasar aneh." Gumam Hanin membaringkan tubuhnya dan menarik selimut.

###

Henri baru saja selesai memasak. Hari ini ia ingin memamerkan kemampuan memasak. Ingin juga Hanin mencicipi masakannya. Henri membawa beberapa masakan nya ke dalam beberapa rantang, satu ia antarkan kepada mama Tantri yang membantu nenek di ladang stroberi. Lalu membawanya ke ladang kentang dimana Hanin berada bersama ibuk-ibuk pekerja lainnya.

Langkah Henri yang cukup riang itu, dengan senyum yang melebar terhenti, melihat jauh disana Adam dan Hanin. Bersama mengangkat keranjang dari anyaman yang berisi kentang dan meletakkannya di atas pik up.

Kedua nya terlihat tersenyum entah apa yang mereka bicarakan. Namun cukup membuat Henri panas.

"Kenapa cuaca hari ini panas sekali." Gumamnya mengibaskan kausnya sembako melanjutkan langkahnya.

Adam melirik pada Henri tak suka, "kami akan ke kota lagi malam ini,"

"Lalu?"

"Ku pikir kita tak perlu meminta ijin padanya Han..." Ucapan Adam mengambang, tatkala melihat Henri yang tanpa basa basi memeluk pinggang Hanin, lalu melummat bibirnya.

Mata Adam memerah, menahan semua emosinya, rahangnya mengeras seketika, hingga tangannya mengepal kuat. Jika ia tak sadar posisi Henri adalah suami Hanin, sudah pasti ia akan memukul nya tanpa ampun.

Hanin sama terkejutnya, dengan tindakan Henri, memang mereka udah bersepakat untuk lebih sering melakukannya, tapi nggak di tempat terbuka dan di hadapan Adam juga. Itu di luar ekspektasi nya. Walau begitu, Hanin tetap melayaninya. Membalas ciuman Henri, ia berfikir, mungkin saja jika didepan pria yang pernah menciumnya, Henri akan merasakan kelakiannya.

Akan tetapi, Hanin tak bisa merasakan pergerakan di pusat Henri, bukan karena tak bergerak, namun lebih karena mereka berjarak. Hingga mau tak mau Hanin memepetkan tubuhnya pada bagian 'itu'-nya Henri.

Pria itu pun bergerak mundur dan menatap Hanin begitu bibir mereka berjarak.

"Kau..."

"Aku hanya mau merasakannya, apakah burung mu bangun atau tidak."bisik Hanin,"aku tak mungkin meraba milikmu didepan mas Adam. Jadi..."

Hanin memajukan lagi tubuhnya hingga hampir menempel di pusat Henri, namun Henri dengan cepat menjauh.

"Kau... Tidak tau malu..." Gumam Henri sembari melangkah meninggalkan istrinya dengan wajah merah yang berusaha ia tutupi.

"Henri... Kembali... Biar ku lihat..." Seru Hanin menyusul.

"Tidak! Menjauh..."

"Ayolah..."

Adam mendengus, menatap sinis pada pasangan yang kejar-kejaran itu. Lebih tepatnya Hanin yang mengejar dan menggoda suaminya.

"Apa hatimu, sudah berpaling?" Gumam Adam masih terpantik pada Hanin di kejauhan ..

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Miss Typo

Miss Typo

suka aku Henri dh ada perubahan 😁

2023-02-12

0

Ridwan Sutarso

Ridwan Sutarso

henry itu gebukin sampai kelenger baru sembuh bancinya,

2022-10-03

0

Rinnie Erawaty

Rinnie Erawaty

ngebayangin honey dan Hanin kejar2an lucu kayaknya 😄

2022-09-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!