"Ya Tuhan, mimpi apa aku semalam." Gumam Hanin menatap langit kamarnya, sesungguhnya ia sangat bingung, bagaimana bisa keluarga dari mak Yun yang cukup terpandang di desa 'tertinggal' itu berminat untuk menjadikan dia keluarga. Bahkan menikahkan nya dengan seorang anak satu-satunya. Jujur saja, Hanin bingung sekaligus takut, takut jika anak bernama Henri itu memiliki penyakit kelamin menular.
Tok tok tok (suara pintu rumahnya di ketuk.)
Hanin berjalan keluar dari kamarnya, bertepatan dengan nenek yang juga keluar dari kamarnya.
"Siapa yang bertamu malam-malam begini ya Nin?" Gumam nenek sedikit waspada, pasalnya siang saja mereka tak pernah mempunyai tamu. Ini malah malam-malam ada yang mengetuk pintu.
"Nggak tau juga nek." Jawab Hanin pelan."Nenek masuk saja ke kamar biar Hanin lihat siapa."
"Iya, Nin. Hati-hati ya."
Setelah neneknya kembali kekamar. Hanin, mengambil sebatang kayu Yang lalu dia sembunyikan di balik punggungnya. Hanin membuka pintu depan dengan hati-hati, ia mencengkram kuat balok kayu di belakang punggungnya. Begitu pintu terbuka setengah, Hanin terkejut, Mak Yun ternyata yang bertamu. Buru-buru Hanin meletakkan balok kayunya di belakang pintu. Semoga Mak Yun tidak melihat.
"Bu Yun?"
"Panggil saja Mak Yun." Ucap Mak Yun santai. "Aku masuk ya."
Hanin mempersilahkan Mak Yun untuk masuk dengan memiringkan tubuhnya dan membuka lebar pintu.
Mak Yun datang bersama Tantri adiknya. Tentu aja tanpa Henri dan suami nya. Saat ini Henri harus di jaga ketat sebelum kabur. Tantri memandang berkeliling ruangan yang sempit itu. Ia tersenyum cukup puas.
'Tempat ini sepertinya akan cukup bagus untuk menggembleng Henri menjadi pria yang bisa diandalkan.' batinnya saat itu.
"Siapa nin?" Nenek keluar dari kamarnya, ia tertegun melihat dua orang tamunya itu. Lalu mempersilahkan mereka duduk.
"Ada tamu yang tak biasa. Duduklah dulu di gubuk kami ini." Ucap nenek dengan senyum teduhnya.
"Iya nek, terima kasih." Lontar Mak Yun membalas senyuman nenek.
"Nin, bikinkan mereka teh."
"Iya nek." Patuh Hanin, berjalan ke dapur.
Sementara nenek menemani tamunya.
"Ada apa gerangan sampai Mak Yun dan Bu Tantri menyambangi gubuk kami yang reyot ini?" Tanya nenek dengan berbasa-basi.
"Aahh, nenek jangan begitu. Kami datang karena ingin memastikan keputusan Hanin."
"Oohh, tentang lamaran tadi pagi ya? Ini baru menginjak malam. Nenek rasa..." Nenek sengaja menggantung kalimatnya, saat Hanin memasuki ruangan itu dengan nampan, diatas nya terdapat tiga gelas teh dan gorengan mendoan yang tadi sore sempat Hanin masak.
Gadis itu meletakkan gelas dan membaginya pada masing-masing orang. Lalu ikut duduk disamping neneknya. Mak Yun dan Tantri sangat antusias menunggu nenek menyelesaikan kalimatnya.
"Apa kalian tidak terlalu terburu-buru menanyakannya lagi malam ini? Kurasa Hanin juga masih bingung. Ini terlalu mendadak buat kami." Lanjut nenek menyentuh punggung tangan cucunya.
Hanin menoleh menatap neneknya. Ia juga tak tau harus bagaimana? Ia juga bingung karena tiba-tiba orang kaya dari kota justru melamar ya disaat pemuda desa saja enggan, mengingat latar belakang dan keluarga Hanin yang berantakan. Tak ingin ikut di rong-rong oleh ibu Hanin kelak.
"Yah, kami hanya ingin segera melangsungkannya. Tidak ingin menunda, apalagi, Hanin memiliki pribadi yang bagus, tangguh dan tentu saja sangat bisa mendidik anakku nanti."
Hanin mengernyit kan dahinya.
"Dari mana nyonya tau saya seperti itu jika kita baru saja bertemu?" Tanyanya heran.
"Aku sudah melihatmu beberapa hari ini, mengamatimu diam-diam. Kamu sangat telaten dan berbakti pada nenekmu. Juga sangat rajin dalam bekerja." Jelas mama Tantri."Hanin, anakku Henri adalah pria yang sangat spesial, dia tidak bisa ditangani oleh sembarang orang. Aku ingin jujur padamu lebih dulu. Karena nantinya kamu yang akan menemani dia sampai akhir."
"Maksud nyonya?" Tanya Hanin makin bingung.
"Hanin jangan panggil aku begitu. Jangan panggil aku nyonya. Aku harap entah itu nanti kamu akan setuju atau tidak. Aku sangat berharap kamu bersedia memanggilku mama."
"Tapi...."
Tantri mengangkat tangannya tanda untuk Hanin jangan memotong lebih dulu.
"Dengarkan mama lebih dulu. Hanin, kita sebenarnya memiliki karakter yang sama. Kuat luar dalam, namun menyimpan banyak beban dan kesedihan. Henri terbiasa menjadi pribadi yang manja karena ia anak tunggal. Entah kenapa dia juga malah menjadi seperti itu. Kau tau, aku udah merasa sangat putus asa dengan nya. Tak tau lagi bagaimana mendidiknya di jalan yang lurus." Terang mama Tantri menatap dalam Hanin.
"Henri, anak kesayanganku. Aku ingin ia menjadi seorang pria yang kuat dan bertanggung jawab. Kulihat, kamu memiliki semua itu. Kuat, penuh kasih, bertanggung jawab. Karena itu..."
"Jadi, anda ingin, membentuk Hendri menjadi pribadi yang lebih baik?"
Mama Tantri mengangguk pelan.
"Kalau begitu kenapa harus menikahinya? Saya bisa membantu membimbing tanpa harus menikahinya."
"Kenapa kamu tak mau menikah?" Tanya mama Tantri dengan hati-hati dan sedikit khawatir.
"Saya ini hanya orang miskin nyonya."
"Hanin! Jangan sebut aku nyonya. Panggil mama."
"Tapi..." Ungkap Hanin ragu,"Itu tidak pantas."
"Tidak. Aku tidak keberatan. Panggil mama. Aku sangat memaksa."
Hanin tertunduk memainkan jarinya. Rasanya, ia sangat bingung dalam situasi seperti ini.
"Hanin, begini saja." Ucap mama Tantri,"Aku akan menawarkan beberapa hal padamu. Ini bukan berarti aku tidak menghormati sebuah pernikahan yang sakral. Tentu saja mama ingin kamu dan Henri berjodoh hingga akhir nafas kalian. Tapi, sepertinya, mama harus membuat kesepakatan dulu denganmu. Agar kamu setuju."
Hanin menegakkan kepalanya, menatap wajah wanita cantik yang mirip dengan calon suaminya Henri.
"Aku akan mengembalikan kembali tanah yang dulu kalian miliki. Aku sudah bicara pada pak kelapa desa sebelumnya. Dan ia bersedia menjualnya padaku."
"Jika kamu bersedia menikah dengan putraku, dan membimbingnya, mama akan menggantinya atas namamu. Bagaimana?"
Bersambung...
Dukung terus karya Othor ini ya, dengan:
Like
Komen
Vote
Dan kasih Gift
Terima kasih.
Salam sehat dan waras.
☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Ani Mak NitaAdelia
auto orang kaya raya donk honey 🥰
2023-05-13
1
Miss Typo
setuju 😁
2023-02-12
0
🌨️P$W✨
☂️
2022-11-30
0