"Apa? Ulang lagi?"
"Iya, ini sudah yang ke dua kalinya, jika sampai gagal lagi, nak Henri harus berwudhu. Dan jika masih gagal juga, terpaksa pernikahan hari ini di batalkan karena tidak sah. Kita menggantinya lain hari lagi." Terang pak penghulu yang tentu saja membuat mama Tantri geram.
"Henri! Awas saja kalau kau sampai gagal!"
Sebenarnya mama Tantri masih ingin mengungkapkan sumpah serampahnya lagi, namun karena itu adalah adalah acara pernikahan dan ada pak penghulu. Tentu saja mama Tantri harus menahan diri.
Sementara Henri sedikit menyungging senyum. Memang dia berniat menggagalkan pernikahan nya kali ini dengan cara keliru beberapa kali agar batal nikah.
"Baiklah, ayo kita ulang lagi." Ucap pak penghulu meminta wali Hanin untuk mengulur kan lagi tangannya. Pria itu menatap tajam Henri. Tentu saja pria meletoy itu sedikit gentar. Akan tetapi, demi kelancaran dia menggagalkan pernikahan nya ini. Henri harus mantap dan kuat hati.
"Saya nikahkan Henri Sandoro bin Arman Depari dengan Hanindiyah binti Rusdi almarhum dengan mas kawin lima ekor sapi dan perhiasan emas di bayar tunai."
Henri terdiam sesaat, tentu saja itu membuat mama Tantri makin kesal tak karuan.
"Saya terima nikahnya Hanindiyah binti Parlan....."
"Yaahhh...." Suara Dessaaahh kesal dan decak terdengar. Pak wali hakim pun melepaskan tangannya dengan kesal juga, ia cukup tau jika Henri dari tadi hanya sengaja keliru. Hingga sedikit enggan untuk meneruskan ya lagi.
"Henri kau ini bagaimana sih. Benar-benar minta di lummaat habis bocah ini. Bikin geram saja." Mama Tantri sudah sangat kesal dan marah. Ia sudah hendak mendekat dan memiting anaknya namun ditahan oleh suaminya.
"Tenang ma, tenang. Malu di lihat orang jika mama begini."
"Nak Henri, sila berwudhu dulu. Lalu kita coba sekali lagi."
"Jika gagal...."
"Pernikahan hari ini tak bisa dilanjutkan."
"Yess!" Bisik Henri pada dirinya sendiri. "Tinggal gagalkan satu kali lagi ijab kabul, aku akan bebas."
Hanin yang sedari tadi duduk di samping Henri hanya terdiam. Namun sorot matanya tajam. Kepalanya bergerak mengikuti kemana henri pergi, menatapnya dengan pandangan yang entah apa.
"Henri."
"Papa." Sebut Henri tertegun melihat papanya ternyata mengikutinya yang hendak berwudhu.
"Henri, sepertinya kamu memang sudah melewati batas dengan bersikap kekanak-kanakan seperti ini." Papa dengan wajah tenang sulit dibaca. Hingga Henri sedikit sulit menerka apa yang ada di dalam pikiran papanya. Berbeda dengan mama yang selalu meletup-letup hingga insting Henri untuk kabur lebih bekerja.
"Sepertinya, papa memang sudah terlalu lunak padamu. Hingga tulangmu pun ikut lunak, moralmu juga. Papa tidak bisa mentolerir tindakan yang main-main seperti sikapmu ini pada hal yang se-sakral ini."
"Papa..."
"Jadi, papa membuat keputusan yang benar." Papa menyodorkan selembar kertas pada Henri. Anaknya itu terlihat bingung, akan tetapi ia tetap mengambil alih kertas itu. Henri mencermati isinya. Mata Henri terbelalak seketika menatap papanya protes.
"Papa...."
Papa tak bersuara, hanya menganggukkan kepalanya.
"Tega nya papa...." Henri dengan wajah hampir menangis.
"Ya... Ya... Kamu juga tega pada papa, menjadi bengkok dan dengan sengaja keliru. Itu sangat membuat papa malu." Lontar papa dengan wajah datar.
"Heeeiisss....."
"Henri!"
Henri melihat kearah suara sang mama yang memanggilnya.
"Mama!"
"Kau lihat ini?" Mama Tantri menunjukkan kertas KK, ia juga mengeluarkan sepidol. "Kalau kau sampai keliru lagi, ini imbalannya. Mama akan mencoret mu dari daftar KK. Biar susah kamu mau ngurus berkas apa-apa."
"Mama! Papa! Teganya kalian."
Henri berwudhu dengan perasaan tak tenang dan gundah. Bagaimana tidak, sang papa mengancam akan mengalihkan semua warisan nya pada Hanin sebagai kompensasi kegagalan Henri dalam mengucap ijab kabul. Sementara sang mama, mengancam akan mencoretnya dari KK.
"Hhaaaiiisss.... Mereka itu sebenarnya orang tua ku atau bukan sih?" Gumam Henri tak habis pikir.
Selesai berwudhu, Henri berjalan hendak kembali ke pelaminan dengan perasaan hancur karena ancaman orang tua yang kelewat bar-bar baginya. Tidak menyakitinya secara fisik, tapi bisa membuatnya merasakan sakit dan tertekan sehebat ini.
"Hei!"
Henri tertegun, melihat sang mempelai wanita berdiri bersedakep di sisi kirinya. Menatapnya dengan menantang.
"Gagalah lagi Henri, dengan begitu, semua hartamu menjadi milikku. Aku akan kaya raya mendadak. Dan kau menjadi gembel. Lalu aku akan menikahi pemuda kampung yang paling tampan dan gagah di kampung ini." Ucap Hanin memprovokasi dengan nada mencemooh.
"Aku sangat menantikan kegagalanmu dan mendapatkan warisan. Lalu menendang kalian untuk menjadi gembel." Tutup Hanin lagi dengan senyum licik dan sinis, sembari berlalu mendahului menuju pelaminan.
Henri menggeretak kan giginya marah. Mendengar ucapan gadis muda yang itu, membuat Henri tak mau melepaskannya.
"Sialan bocah itu. Lihat saja,begitu kau jadi istri ku langsung ku jadikan babu!" Gumam Henri kesal bukan kepalang.
Ia menatap mama dan papanya yang sudah menunggu di tempat acara, keduanya serentak menunjukan lembaran kertas pada anaknya tanpa kata. Henri lalu berjalan lagi menuju pelaminan. Ia melirik Hanin yang tersenyum dengan licik padanya.
Henri mengambil duduk di sisi Hanin. Lalu bersiap mengucapkan ijab kabul.
"Sudah siap?"
Henri mengangguk.
"Jika kali ini keliru lagi, maka pernikahan hari ini gagal. Kamu udah siap?"
Henri mengangguk lagi.
"Saya nikahkan Henri Sandoro bin Arman Depari dengan Hanindiyah binti Rusdi almarhum dengan mas kawin lima ekor sapi dan perhiasan emas di bayar tunai."
Bersambung...
Dukung terus karya Othor ini ya, dengan:
Like
Komen
Vote
Dan kasih Gift
Terima kasih.
Salam sehat dan waras.
☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
" sarmila"
saaaaaaahhhhhh🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-11-05
0
Adawiya Bert
kita baca siapa yang jadi babu 🤪🤪🤪
2023-02-25
0
Miss Typo
pasti yg ini berhasil 😁
2023-02-12
0