chap 2 usul Mak yun

"Nikah?" Serentak suara itu bergaung di ruangan utama. Wajah-wajah tercengang dan terkejut ada disetiap mahkluk yang ada diruangan itu. Mak Yun mengangguk-anggukkan kepalanya dengan yakin. Di bibirnya tersungging senyum tipis yang sombong.

"Hei yang benar saja?" Gati mengibaskan tangannya di udara sembari menyenderkan kembali punggungnya di sofa.

"Kalau nikah, dia jadi wanitanya atau mempelai prianya?" Celetuk paman suami dari bibi Gati.

Sedetik kemudian:

"Ampun! Ampun!" Serunya saat mendapat serangan bantal sofa yang bertubi-tubi dari segala penjuru."Aku hanya bercanda, aku hanya bercanda... Tidak lagi, aku akan diam."

Akhirnya serangan itu berhenti. Pria malang itu pun bernafas lega.

"Hei, yang benar saja Mak Yun, memangnya siapa anak gadis yang mau menikah dengannya?" Sergah bibi Gati menatap Kaka sepupunya.

"Ya kita cari... Kalau nggak dapat gadis, kita cari janda. Yang penting dia sembuh. Aku juga malu sebenarnya punya ponakan seperti ini. Laki-laki tidak, perempuan juga tidak. Tunggu...."

Mak Yun menatap Henri penuh kecurigaan, ia berpandangan dengan mama Tantri. Kedua wanita itu memikirkan hal yang sama.

"Kauuu....!"

Wajah Henri sudah keringat dingin, melihat wajah mama nya yang sangat geram itu, membuat Henri makin ketar-ketir. Ia ingin kabur malah sudah mengambil ancang-ancang. Namun sang mana dan Mak Yun lebih sigap mengambil tindakan hingga Henri tercapit tubuh dua wanita tua yang garang itu.

"Mama! Kaka ipar! Kalian mau membunuh anakku?" Seru papa Henri bangkit dari duduknya menarik mama Tantri. Sementara bibi Gati menyeret Mak Yun. Maka terbebaslah Henri.

"Kau! Jangan pernah berpikiran untuk kabur! Jika mau mendapat serangan dari kedua macan ini." Dengus papa yang melihat anaknya berjingkat hendak kabur, tapi langsung urung begitu mendengar peringatan papanya.

Akhirnya semua kembali tenang dan duduk di tempat masing-masing. Mak Yun yang lebih dulu bisa menguasai emosi dan nafasnya, menatap tajam pada Hendri yang mulai tak tenang.

"Kau kemarin keluar negri operasi apa?"

Henri tertegun, ragu untuk mengatakannya.

"Katakan! Apa kamu berubah jadi bisu sekarang?" Hardik mama Tantri melempari Henri bantal sofa.

"Aaahh...." Suara manja Henri yang tak sempat menghindar. Lalu berdiri lagi.

"Aaahhh??? Berhenti mengeluarkan suara mengerikan itu Henri! Kau ini laki-laki!" Mama Tantri sudah bersiap bangkit hendak memukul anak lelakinya itu. Namun, sang suami cepat menahan lengan mama Tantri.

"Hentikan istriku, kamu jangan kalap dan membuatnya semakin sering mengeluarkan 'ah'-nya."

"Suamiku, apa kamu tak sadar? Suara ah nya itu membuat ku tergelitik untuk menghajarnya." Protes mama Tantri menatap suaminya dengan amarah yang makin meletup-letup.

"Sayang, jika kamu menghajar nya berapa ah yang akan dia keluarkan?"

"Masuk akal." Lontar paman suami bibi Gati. Lirikan sadis terarah padanya dari sang istri, pria itu langsung mengkerut.

Mama Tantri memejamkan matanya, mencoba bersabar dan meredam emosinya. Ia lalu mengurut dadanya sabar sembari duduk kembali disisi suaminya.

"Henri, jawab! Kamu operasi apa? Awas saja jika kamu sampai operasi kelamiinn. Habis kamu malam ini juga." Hardik mama Tantri mendelik galak pada anak nya yang sudah gemetaran itu.

"Papa~" rengek honey menatap papanya dengan manja.

"Anak ini benar-benar...." Geram mama Tantri mengepalkan tangannya hendak memukul Henri yang terus mengeluarkan suara yang membuatnya tergelitik ingin memukul.

"Sabar ma.. sabar... Kendalikan emosimu, ingat saat melahirkannya, kau sangat berjuang keras." Papa mencoba menenangkan istrinya.

"Justru jika ingat itu membuatku ingin menelannya hidup-hidup."

"Sabar ma, sabar...." Papa masih mencoba menenangkan. "Nanti biar papa cek apakah itunya masih ada atau sudah hilang. Jika dia sampai operasi kelamin, papa sendiri Yang akan menguburnya ma." Janji papa dengan wajah yakin. Tentu saja itu membuat Henri menelan ludahnya sangat susah. Ia menyentuh lehernya yang serasa seret.

Mama pun mengurut dada nya yang naik turun. Mencoba meredam emosinya.

"Mak Yun, jadi kamu ingin Henri menikah saja, begitu?" Tanya papa memandang Mak Yun untuk memastikan usul dari iparnya itu.

"Iya," jawab Mak Yun mantap."Jadi kita nikahkan saja Henri, jika dia bergaul dengan wanita, mungkin saja dia akan tergoda dan menjadi lurus lagi. "Dan satu lagi, kita harus mencarikannya wanita yang tangguh, berhati baja dan muka tebal tanpa rasa malu."

Papa hanya manggut-manggut saja. Sementara mata Henri melebar,

'Aahh, yang benar saja...' rintihnya dalam hati, memasang wajah kasihan.

"Masalahnya, dimana kita bisa mendapatkan wanita seperti itu? Itu akan sangat sulit." Timpal bibi Gati dengan wajah serius.

"Aku rasa ada." Paman suami dari bibi Gati bersuara."Di kampung kita ada yang memenuhi kriteria itu."

"Sungguh?" Tanya papa dengan wajah penuh ketertarikan.

"Kau jangan bercanda lagi, kami sedang serius membahas masalah Henri." Potong Bibi Gati dengan tatapan kesal.

"Jangan sebutkan jika itu laki-laki. Atau kau mau kami getok dengan meja." Mama Tantri menggebrak meja dengan mimik muka menolak tegas, mengingat paman suami dari bibi Gati tak pernah serius.

"Tidak, tidak." Pria itu menggeleng. "Kalian pasti tau Hanin kan?"

"Hanin?" Bibi Gati mengernyit kan kedua alisnya. Sementara mama Tantri memandang acuh.

"Apa maksudmu Hanindiyah?"

"Heemm...."

"Haaaa... Gadis itu aku tau," bibi Gati dengan mata berbinar terang,"dia memang cocok dengan Henri yang meletoy ini."

"Hei! Yang mana?" Mak Yun menatap dengan minat penuh.

"Kau tau gadis yang menggarap tanah milik kepala desa." Bibi Gati mencoba menjelaskan.

"Yang menggarap disana ada banyak gadis."

"Bukan! Yang ladangnya berada persis disebelah ladang stroberi kita." Lontar bibi Gati mengibaskan tangannya di udara.

"OOO, bocah itu?" Mak Yun manggut-manggut mengerti.

Sedangkan mama Tantri dan papa hanya saling melempar pandangan, heran saja, Henri anak mereka namun yang bersemangat menjodohkan justru tetua dari kampung. Aneh memang.

"Tantri besok datanglah ke kampung bersama kami. Dan temui gadis itu. Kau pasti menyukainya nanti."

Honey menggeleng, tak pernah terbayangkan olehnya, ia akan menikahi seorang gadis.

"Gadis ?? Oohh tidakk!!" Batin Honey menolak keras.

Bersambung...

Dukung terus karya Othor ini ya, dengan:

Like

Komen

Vote

Dan kasih Gift

Terima kasih.

Salam sehat dan waras.

☺️

Terpopuler

Comments

rindu rindu

rindu rindu

janda mau..? 😂

2023-11-14

0

rindu rindu

rindu rindu

paman.. diam mu aja lucu. kok pk mengkerut🤣🤣🤣

2023-11-14

0

rindu rindu

rindu rindu

/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/..kalo ih.. boleh gak mam🤣

2023-11-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!