"Tidak."
"Benarkah?"
"Tentu saja, aku belum sempat melakukannya."
"Belum sempat? Apa itu artinya kamu sudah menyukai laki-laki?" Selidik Hanin penuh minat.
"Belum, belum pernah. Aku hanya merasa terjebak di dalam tubuh ini. Itu saja."
"Aaahh..... Sejak kapan kamu merasa seperti itu?"
"Hmmm... Saat aku kuliah. Aku terus merasa bergolakan batin. Berada di tubuh yang salah."
"Hmmm.. itu belum terlalu lama. Dan kamu belum pernah berhubungan dengan lelaki kan?"
Henri melirik kearah lain yang bertentangan dengan wajah Hanin. Entah, ia merasa malu sejujur itu pada istrinya.
"Kalau begitu, berarti kamu belum parah. Kita masih bisa memperbaikinya."
Hanin berpikir sejenak. Lalu tersenyum kecil membetulkan posisi duduknya agar lebih nyaman dan berhadapan dengan Henri.
"Kalau begitu. Ayo kita coba lakukan ini." Hanin menarik tubuh Henri mendekat padanya. Pria itu hanya menurut tak mengerti.
"Cium aku."
"Haah?"Henri tersentak kaget dengan ucapan Hanin yang tiba-tiba minta di cium.
"Iyalah, mungkin saja dengan kita berciuman bisa membangkitkan jiwa kelakianmu."
"Tapi..."
"Sudahlah, ayo kita coba saja." Hanin menarik dekat tubuh Henri, wajahnya sudah sangat dekat dengan wajah suaminya.
"Tunggu, bagaimana jika ini tidak berhasil?"
"Kita coba saja dulu. Dan yang penting, adalah, kamu sendiri. Kamu harus bertekat untuk sembuh. Kamu pasti bisa." Angguk Hanin meyakinkan suaminya.
Walau ragu, Henri mengangguk juga. Ia memejamkan matanya. Merasakan benda kenyal nan lembut menyentuh bibirnya.
"Hei!"
Henri membuka lagi matanya. Wajah Hanin sangat dekat dengan wajahnya hingga jantungnya serasa mau melompat.
"Buka mulutmu. Kamu belum pernah berciuman ya?"
Henri menggeleng.
"Ya ampun, jadi aku juga harus mengajarimu berciuman juga." Gumam Hanin.
Hanin menatap wajah Henri yang begitu sangat dekat dengan nya. Ia menyentuh bibir bawah suaminya.
"Renggang kan sedikit bibirmu."
Henri patuh, merenggangkan sedikit bibirnya. "Apa ini sungguh akan berhasil?"
"Namanya saja mencoba, kita tidak akan tau jika tak melakukannya." Hanin menempelkan lagi bibirnya pada benda kenyal milik Henri. Lidahnya menelusup masuk kedalam rongga mulut suaminya.
"Dengar, gerakan bibir dan lidahmu mengikuti ku. Heeemm?"
"Baiklah."
Hanin mencumbu lagi suaminya, benggerakan bibir dan lidahnya. Saling bertaut dengan gerakan lembut dari suaminya. Ada getaran lain yang Henri rasakan, getaran yang semakin membuatnya tak mengerti, getaran menyenangkan itu terus merayapi sekujur tubuhnya. Di mulai dari bibirnya yang bersentuhan dengan bibir Hanin.
"Bagaimana? Kamu merasakan sesuatu?" Tanya Hanin menjeda ciuman nya.
"Tidak. Mungkin, jika kita lakukan lagi, aku akan merasakan sesuatu."
"Aahh, begitu ya? Mungkin kurang lama." Gumam Hanin, tanpa ragu menautkan lagi bibirnya dengan bibir Henri.
Satu menit, dua menit tiga menit empat menit sudah berlalu. Kedua nya masih saling mencumbu.
"Apa? Sekarang sudah merasakan sesuatu?" Tanya Hanin dengan pandangan berkabut dan nafas yang cepat.
"Tidak.. tau.."
Hanin menghela nafasnya. Ia menatap Henri sebentar lalu tangannya terulur menyentuh burung Henri.
"Hei! Apa-apaan kau ini?" Protes Henri menjauh merasa Hanin meremas miliknya tiba-tiba. Membuatnya sangat terkejut.
"Haaahh... Benar. Masih lembek." Gumam Hanin sedikit lemas.
"Apa yang kamu harapkan?" Segah Henri dengan wajah memerah sembari menutupi miliknya, yang memang masih tertutup kain celananya. Ya kan cuma ciuman 😁
"Aku hanya mengeceknya, apakah kamu bereaksi atau nggak."
"Aku kan sudah bilang tidak tau tadi."
"Karena itu aku mengeceknya."
Entah kenapa Hanin tiba-tiba merasa sangat malu. Ini pertama kalinya ia meremas burung seorang pria. Dan itu milik suaminya yang letoy.
"Sudah ah, aku mau cari angin di luar." Ucap Hanin keluar kamar dengan langkah buru-buru.
"Haiissshhh.. wanita macam apa dia ini. Memalukan! Sangat memalukan!"
###
Di luar rumah, Hanin memandang hamparan ladang kentang yang sudah sebagian dipanen. Ia menyentuh bibirnya.
"Dia benar-benar tidak bereaksi." Gumam Hanin, ia teringat lagi dengan ciumannya tadi dengan Adam. Saat pria itu menarik dan memeluk tubuhnya. Memaksakan sebuah ciuman padanya, Hanin dapat rasakan sesuatu yang bergerak di balik celana Adam.
Hanin menghela nafasnya lagi. "Apa yang harus kulakukan pada Henri. Miliknya sangat letoy. Sudah berciuman selama itu ia bahkan tidak bergerak."
Hanin terdiam sejenak berfikir.
"Mungkinkah, aku harus menyentuhnya saat kami sedang berciuman? Mungkin saja, burungnya langsung loyo begitu bibir kami berjarak." Gumam Hanin lagi sembari mengetuk-ngetuk ruang di bawah bibirnya.
Ia terkejut, Henri sudah ikut duduk disisinya.
"Seperti orang gila saja kamu bergumam."
"Aku sedang memikirkan mu."
Wajah Henri merona. Eh, kok dia merona?
Henri berdehem. "EHEMM..."
"Mungkin, kita harus lebih sering melakukannya..." Celetuknya tiba-tiba.
Hanin menjentikkan jarinya. "Ah, benar. Jika sering melakukannya, kamu mungkin saja bereaksi. Bagus. Kamu pintar juga."
Hanin mengelus kepala Henri. Henri spontan menyenderkan kepalanya di bahu sang istri.
"Yang pasti, kamu harus ada niat untuk berubah. Ada tekat untuk kembali normal. Aku akan terus berada di sisimu."
Henri mengulas senyum senangnya. 'eh? Kok aku merasa senang dia bilang akan terus berada di sisiku?'
"Tunggu, kamu...." Henri menegakkan kepalanya memandang wajah istrinya dalam keremangan malam.
"Ng?"
Hanin hanya membalas dengan tatapan tanya.
"Kamu... Apa kamu menciumku karena tadi pagi kau berberciuman dengan Adam?"
Hanin tertegun, "kamu melihatnya?"
"Huuhh!" Henri mendengus memalingkan wajahnya.
"Apaan, setelah berciuman dengan nya kau langsung menciumku. Apa bibirmu semurah itu?" Sinis Henri tanpa memalingkan wajahnya pada Hanin.
Hanin tertawa geli. "Kamu marah?"
"Tentu saja. Kamu pikir aku ini apa? Berciuman dengannya lagi denganku."
Hanin masih tertawa kecil, lalu sudut bibirnya yang semula terkembang, turun perlahan.
"Dia menciumku bukan kami berciuman."
"Sama saja."
"Beda. Aku nggak membalasnya. Lagi pula itu tidak lama."
"Kenapa? Bukannya kamu suka padanya?"
"Tapi, aku sudah menikah dengan mu hen. Tentu saja perasaan itu sudah tidak penting lagi." Ungkap Hanin dengan pandangan menerawang."Sebenarnya, waktu itu, aku merasakan sesuatu di dalam diri mas Adam saat dia menciumku."
"Ku pikir, mungkin saja, kamu juga akan sama. Tapi..."
Henri hanya diam. Ia tau maksud Hanin saat gadis itu mengambangkan kalimatnya. Sebenarnya Henri merasakan sensasi yang luar biasa berbeda. Walau ia tak tau apa dan tak yakin kenapa. Lebih baik dia dari pada malu. Begitu pikir Henri saat itu merasakan dingin menusuk kulitnya.
"Dingin..." Sembari memeluk tubuhnya sendiri.
Hanin melintangkan tangannya memeluk tubuh suaminya. "Mendekatklah kemari. Dengan berpelukan badan jadi lebih hangat."
Malam itu, Hanin dan Henri hanya menghabiskan waktu menikmati dinginnya malam sembari memandang ladang kentang yang siap panen.
Hingga keesokan harinya, mereka mendapat tamu yang tak di sangka-sangka, saat mereka sedang meladang bersama.
Hemmm... Siapa ya tamu nya??
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Miss Typo
Adam Smith orang tuanya atau Ken sm Caty
2023-02-12
0
sitimusthoharoh
ap si ken m cathy?
lanjut
2022-09-08
0
Anasih 11
siapa tuuu thoor
2022-09-07
0