Chap 15

"Mama."

Mama Tantri tampak sumringah melihat Henri ikut meladang. Dan yang pasti dengan kaus dan celana pendek layaknya seorang lelaki yang tengah meladang. Tidak seperti sebelumnya waktu di rumah Kenan. Memakai tengtop berenda. Membayangkannya saja mama Tantri sudah bergidig.

"Wah, anakku... Sudah tampan sekali sekarang."seru mama Tantri girang begitu melihat anak lelakinya, seketika menghampiri Henri.

Henri justru begidig melihat mama nya sumringah, padahal wanita tua itu selalu marah-marah padanya. Benar-benar bikin takut.

"Mama! Mama kenapa? Apa mama kesambet?" Ucap Henri sembari bersembunyi di belakang tubuh Hanin.

"Heeii! Bagaimana bisa kamu bilang mama yang senang melihat anaknya sudah terlihat normal ini kesambet? Dasar anak kurang ajar."

"Mama, mama biasanya marah-marah. Jika terlalu ramah membuatku takut."

"Anak ini! Apa kamu sangat ingin di pukul hah?" Mama Tantri sudah bersiap hendak memukul anaknya. Ia mengayunkan tangan dan tas nya siap memukulkannya ke tubuh Henri. Namun anaknya itu udah bersembunyi di balik tubuh Hanin.

"Mama...."

"Astaga... Kenapa cara bicaramu masih begitu hah?"

Hanin tersenyum geli melihat mertua dan suaminya itu bergelut.

"Jangan bersembunyi di belakang tubuh istrimu. Kamu ini laki-laki."

"Dia lebih kuat dariku. Istriku, balas dia, lindungi aku." Ucap Henri menepuk punggung Hanin dengan masih bersembunyi di belakang istrinya.

"Henri! Memalukan!"

"Mama ada apa kemari?" Kekeh Hanin meraih tangan mama Tantri.

"Kenapa bertanya begitu? Apa mama tak boleh berkunjung?" Ucap mama Tantri dengan wajah cemberut sedih.

"Tentu saja boleh. Ayo ma masuk kedalam." Ajak Hanin menuntun mamaa Tantri masuk kedalam rumah.

"Suamiku, kamu mau ikut apa lanjut meladang."

"Aku meladang saja. Ada mama."

"Baguslah, karena mama juga mau bicara dengan Hanin sesama wanita. Kamu bekerjalah yang rajin. Jangan buat mantu mama kerja dua kali."

###

Hanin meletakkan minuman teh hangat di meja tamu menyuguhkan nya pada sang mama.

"Mama senang, Henri sepertinya sudah cukup banyak berubah."

Hanin hanya menyambutnya dengan senyuman.

"Terima kasih Hanin. Semoga Henri bisa benar-benar berubah dan lurus."

"MMM.. ibu..."

"Iya?"

"Apa Henri dulu pernah mengalami kekerasan seksual Atau semacamnya?"

Wajah mama Tantri sedikit berubah. "Kenapa kamu menanyakannya?"

"Mungkin ada alasan lain dulu Henri sampai menjadi seperti ini."

"MMM... Sebenarnya tidak juga. Dulu dia sangat normal. Sebentar."

Mama Tantri membuka tas kopernya. Mengambil sesuatu dari dalam sana.

"Ibu.."

"Iya.."

"Tas ibu besar sekali, dan ada banyak baju disana."

"Benar, karena ibu mau menginap." Ucap mama Tantri enteng sembari menunjukkan album foto pada Hanin.

"Meng-inap di-si-ni?" Tanya Hanin dengan hati-hati sekali.

Mama Tantri mengangguk. Yang di balas tawa Hanin yang terpaksa. Bagaimana mau tidur disini, sementara rumah mereka masih sangat dingin jika malam hari karena hanya terbuat dari tumpukan kayu jati.

"Ini foto-foto Henri semasa muda dulu." Tunjuk Mama Tantri, "ho-ho-ho, dia tampan sekali. Aku tak mengerti kenapa dia bisa sampai bengkok seperti itu."

Hanin ikut melihatnya, memandang satu persatu foto Henri. Memang terlihat tampan sejak kecil.

"Henri bilang ia mengalami pergolakan batin saat kuliah." Jelas Hanin mengingat percakapan Henri semalam dengan nya.

"Dia juga belum pernah berhubungan dengan pria, jadi masih bisa diselamatkan."

Mama Tantri hanya manggut-manggut. "Mama lihat, dia juga sudah terlihat berubah."

"Yah, saya hanya sering membawanya ke ladang."

"Sering-seringlah membawa dia kesana. Biar dia ditempa." Kekeh mama Tantri."Jadi, mama boleh menginap di sini kan?"

"Tidak!" Suara lantang Henri diambang pintu mengagetkan dua wanita yang sedang berbincang itu.

"Kau, mama tidak tanya padamu!"

"Sebagai penghuni rumah ini aku keberatan."

Mama Tantri mengabaikan anaknya. Berganti menatap Hanin."Dimana nenek?"

"Masih meladang di lahan setroberi."

"Benarkah? Kalian juga menanam setroberi?"

"Heemm.. tapi, tempatnya agak jauh di atas bukit."

"Tidak apa. Mama mau kesana."

______

Adam ikut merawat kebun stroberi diatas bukit bersama dengan Nenek Hanin. Pada dasarnya, Adam memang sudah dekat dengan nenek jauh sebelum Hanin datang bersama ibunya, lalu gadis malang itu ditinggalkan begitu saja pada neneknya.

Adamlah yang selama ini menjadi penghibur bagi Hanin. Kala itu, nenek sedang merawat tanaman stroberi nya. Adam mendekat. Mencoba berbicara dengan nenek Hanin.

"Bagaimana hari ini nek."

"Semuanya lancar nak Adam. Syukur tumbuh subur. Hanya tinggal menunggu masa panen."

"Syukurlah jika begitu nek. Adam, mungkin sudah tak bisa lagi membantu Hanin menjual ke beberapa distributor. Tapi, Hanin yang nantinya akan menggantikan Adam."

Nenek menoleh heran."kenapa dam? Kamu mau kemana?"

"Saya ada tugas di luar daerah. Dan itu mungkin akan sangat lama."

"Oh, begitu. Semoga semua lancar dan kamu juga bisa bahagia bertmu dengan jodohmu juga."

Adam tersenyum kecut.

"Nenek."

"Iya nak Adam."

"Apa Hanin bahagia?" Adam yang masih belum mau menyerah tentang penolakan Hanin waktu itu, kini mengejar nenek. Ia ingin tau jika Hanin bahagia, Adam akan berusaha untuk melepaskan Hanin, meski berat baginya, namun, jika gadis itu tak bahagia dengan pernikahannya. Adam pasti akan merebut Hanin dari suaminya itu. Karena itu, Adam bertanya pada nenek untuk lebih menguatkan lagi tekatnya.

"Kenapa nak adam menanyakan nya?"

"Adam ingin tau nek."

Nenek lalu menghentikan kegiatannya merawat tanaman. Ia lalu duduk di tempat yang agak teduh. Adam pun mengikuti. Mereka lalu minum dan rehat sejenak.

"Nek."

"Nak Adam. Nenek tidak tau apakah Hanin bahagia atau tidak. Tapi, semua ini jalan yang Hanin pilih sendiri. Mungkin karena ia sadar akan beberapa hal."

"Nek, nenek tau kan jika kami saling mencintai."

Nenek terkekeh, "kadang cinta saja tidak cukup nak Adam. Perbedaan kalian sangat besar... Dan.."

"Tapi, mereka juga sama seperti Adam..."

Nenek mengulas senyum, "nenek tau maksudmu, tapi, mereka lah yang datang melamar... Meminta langsung Hanin untuk menjadi bagian dari keluarga. Berbeda dengan pak kepala desa. Kamu mengerti kan maksud nenek?"

Adam serasa mau lemas saja. Memang, penghalang bagi hubungan nya dan Hanin hanyalah restu dari orang tuanya. Bahkan, ia ingat saat dulu ibunya meminta Hanin untuk menjauh dari Adam. Karena tak ingin Hanin menjadi bagian dari keluarga. Apalagi, ibu Hanin yang terkenal matre hingga meninggalkan Hanin di desa.

Adam menghela nafasnya. Ia mengusap kasar wajahnya. Mungkin memang benar, ia harus menyerah.

"Nenek!"

Suara seorang wanita yang memanggil di kejauhan. Membuat kedua orang beda generasi itu menoleh.

"Oohh, Bu Tantri."

Tantri mendekat dengan senyum lebar.

"Jangan memanggil saya Bu lah nek." Ucap mama Tantri dengan wajah sok yes. Di belakangnya Henri dan Hanin berjalan beriringan. Melihat ada Adam di sana, reflek tangan Henri menggengam jemari Hanin. Gadis itu menoleh melihat suaminya yang terasa aneh menurutnya.

"Apa?"

"Kenapa dengan tanganmu?"

"Bukankah kita harus sering melakukan kontak fisik agar aku sembuh?" Entah alasan dari mana ini bisa begitu lancar terlintas di otak dan mulut Henri.

"Aahh, benar." Hanin manggut-manggut.

Terpopuler

Comments

Riska Fatihica

Riska Fatihica

lucu banget sih sekarang Henri sudah mulai merasakan rasa cemburu... kalau hanin di deketin lelaki lain

2023-07-31

0

Nor Azlin

Nor Azlin

🤣🤣🤣🤣 hanri merasa takut kerana ada Adam takut2 hanin diambil Adam ..tenang aja hanri kerana ibunya Adam tidak merestui hubungan mereka ...dia memandang rendah hanin ...kalau tidak nau hanin di ambil orang cepat2 kah lurus nya biar merasa surga dunia seperti si ken 😂😂😂 lanjutkan thor

2023-06-30

0

Miss Typo

Miss Typo

Henri dh mulai berubah, dh mulai ada rasa cemburu 😁
aku slh nebak ternyata yg datang mama nya Henri 😁

2023-02-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!