"Saya nikahkan Henri Sandoro bin Arman Depari dengan Hanindiyah binti Rusdi alhmarhum dengan mas kawin lima ekor sapi dan perhiasan emas di bayar tunai."
"Saya terima nikahnya, Hanindiyah binti Rusdi almarhum untuk diri saya sendiri dengan mas kawin lima ekor sapi dan perhiasan emas di bayar tunai."
"Sah?"
"Sah!"
"Sah!"
"Alhamdulillah!"
"Akhirnya Henri...."
Suara syukur terdengar riuh di acara pernikahan Henri itu. Hanin hanya tersenyum tipis, perjuangan untuk Henri akan segera di mulai.
Acara resepsi yang langsung disambungkan setelah acara ijab kabul itu berlangsung meriah. Tentu saja Kenan dan Cathy juga datang dengan perut yang sudah agak membuncit.
"Selamat ya kak, akhirnya kakak menikah juga." Ucap Cathy sembari memeluk Henri yang berwajah sedih bin tertekan itu.
"Cathy sepertinya aku akan sangat merindukan mu."
"Kalau kangen, datang saja ke apartemen kami kak."
"Benarkah?"
"Tidak." Potong Kenan tegas, "kau sudah punya istri, kalau hanya berkunjung saja boleh, tapi kalau sampai menginap..."
"Aku tidak akan membawanya.." sela Henri menggeleng kan kepalanya.
"Itu semakin tidak boleh!" Ken memukul dada Henri ringan. "Jangan ganggu kami. Kamu hiduplah dengan normal. Jangan bikin bibi kawatir."
"Uuuhhhggg...." Dengus Henri semakin dalam berwajah sedih.
"Hei, wajah macam apa ini?" Seru Ken mencubit pipi Henri. "Jangan memasang wajah seperti ini di pelaminan.
Cathy menyalami Hanin. "Selamat ya."
"Terima kasih."
Keduanya cipika-cipiki.
"Kamu hebat juga, bisa menaklukkan kak Henri."
"Belum. Tunggu saja."
"Belum?" Cathy mengernyit heran. Sedangkan Hanin hanya tersenyum tipis penuh arti.
"Apapun, aku berharap kalian bahagia. Mainlah jika kamu ke kota."
"Baik."
Selepas hari yang penuh kecapekkan dan drama itu, akhirnya malam pun datang. Henri merebahkan tubuhnya di atas ranjang khusus pengantin. Tentu saja di gubuk pengantin yang dulu di tempati Ken dan Cathy. Sementara Ken dan cat tidur dikamar Kenan.
Henri menatap langit-langit ruangan yang dihiasi sedemikian rupa. Banyak bunga dan pita, juga balon-balon.
"Aku harus menyusun rencana, tak akan kubiarkan gadis desa itu yang mengaturku. Aku bosnya. Aku yang akan mengaturnya." Tekat Henri yakin.
"Hei!" Panggil Henri melirik pada istrinya yang sedang melepaskan pakaiannya.
"Kau!" Sentak Henri dengan mata membulat."Apa kau tak punya malu hah? Bisa-bisanya asal membuka baju di sini!"
"Kenapa?" Jawab Hanin santai.
"Ada aku disini! Apa kamu tidak malu?"
Hanin terkekeh geli.
"Memangnya kenapa kalau ada kamu disini? Kita kan sudah menikah, cepat tau lambat pasti akan saling lihat."
"Aahh,, benar juga." Henri membenarkan, ia jadi gemas karena kesal, ia lalu bangkit dan berjalan mendekat pada Hanin.
"Benar juga, berarti tidak masalah kan jika aku mau minta itu?" Tantang Henri berhenti di depan Hanin yang kini tinggal mengenakan baju manset dan celana panjang tipis alias legging sebagai dalaman.
'Aku yakin dia pasti takut juga jika aku meminta itu. Dia hanyalah gadis desa, sudah pasti akan merengek mohon ampun jika aku gertak saat itulah aku akan mengukungnya, dan menjadikan dia babuku hahaha....' batin Henri berandai tentang rencananya.
"Bagaimana? Kita lakukan malam pertama kita malam ini. Aku sangat menantikan nya."
Hanin mengerjab.
"Baiklah."
Henri tertegun dengan jawaban Hanin.
"Apa?"
Hanin melepas kaus mansetnya, hingga menampakkan tubuh bagian atas nya yang sangat menggoda iman pria normal. Namun, berhubung Henri tidak normal. Ia merasa begidig, itu juga salah satu alasan Hanin sangat berani membukanya didepan Henri.
"Kau... Kau ini wanita atau bukan?"
"Tentu saja! Kau lihat ini? Ini asli." ucap Hanin sembari menaikkan dadanya dengan kedua tangannya." Bagaimana dengan milikmu? Apa itu asli?" sambungnya sembari melirik pada bagian pusat Henri.
"A-apa?"
"Tunjukkan padaku!"
"Huuhh...."
Henri membuka bajunya hingga tampak tubuh nya.....
"Ha-ha-ha..."
"Apa? Apa yang kamu Tertawakan?" Henri menatap protes.
"Lihat ini." Hanin mentowel tubuh Henri yang tak berisi."kamu bahkan tidak punya lekukan!"
"Apa?"
"Biar kulihat, apa kamu punya burung."
Hanin memajukan kakinya, yang sontak membuat Henri mundur.
"Dia.... Bukan wanita... Dia sangat tidak tau malu." Gumam Henri bergidig karena tangan Hanin sudah terangkat hendak menjamah miliknya. Bergegas Henri kabur."gagal! Gagal! Mundur dan lanjutkan plan B."
Hanin yang melihat reaksi Henri tertawa geli. "Pria melambai yang aneh." Gumamnya.
###
Keesokan harinya,
Papa dan mama menatap Henri dan Hanin yang duduk bersisihan.
"Dengar Pasangan pengantin baru." Papa mulai membuka,"Hidup rukunlah kalian selama berumah tangga."
"Mana bisa, aku menikah karena paksaan. Bagaimana bisa aku rukun dengan dia..." Sela Henri yang sangat keberatan untuk hidup rukun berumah tangga.
Bletak!
"Aaauuu...." Pekik Henri yang merasakan kesakitan di kepala nya karena ibunya sudah menjitak kepala Henri.
"Mama..."
"Hentikan rengekanmu itu Henri. Kau ini laki-laki!"
"Benarkah ibu? Saya belum mengeceknya semalam. Dia udah kabur." Ucap Hanin memasang wajah antusias yang sangat serius. Walau sebenarnya itu hanya sandiwara untuk menggoda Henri.
"Aahh, jadi kamu belum mengeceknya, beri tahu ibu itu perkutut atau kenari." Mama Tantri menanggapi dengan niat yang sama. Tentu saja mimik serius nya tidak tertinggal.
"Mungkin burung Pipit."
"Ohohoho... Itu kecil sekali..." Mama Tantri terkekeh melirik Henri yang melebar matanya.
"Mama!" Pekik Henri dengan wajah memerah, karena istri barunya dan sang ibu justru membicarakan burungnya yang masih dalam karung.
"Mama, jangan membicarakan masalah burung. Itu membuat papa malu." Tegur papa tenang.
"Aaauuuuumm.... Papa... Kalau papa bukan burung, tapi piton, aahh, bukan anakkonda." Rayu mama Tantri dengan hangat menatap suaminya yang pura-pura ngambek.
"Kalau papa anakkonda kenapa dia jadi Pipit. Apa kamu berselingkuh dengan bangsa lain?"
"Tidak. Tidak papa. Itu karena dia menyimpang. Jika tidak. Pasti dia jadi naga. Ho-ho-ho...."
Henri menepuk jidatnya. "Astaga, pembicaraan macam apa ini? Memalukan."gumam Henri sudah sangat kesal.
###
"Apa? Maksud papa, aku harus tinggal di kampung ini?" Pekik Henri tak terima. "Nggak mau!"
"Kamu tak punya pilihan, Henri. Ingat."
Henri mendengus. Ia tau maksud papa dan mamanya. Tentu saja selain tak boleh menggagalkan pernikahan, dia juga tak bisa asal menceraikan istrinya itu. Kecuali, Hanin sendiri yang memintanya. Jadi yang harus Henri pikirkan hanyalah, bagaimana cara untuk membuat Hanin meninggalkannya.
"Aku tidak mau tinggal di desa. Aku mau tinggal di kota aku bekerja di sana. Bagaimana bisa aku malah di biarkan tinggal di sini? Bagaimana dengan pekerjaanku?"
"Henri. Papa sudah mengirimkan surat pengunduran dirimu."
"Apa? Kenapa papa sangat lancang mencampuri pekerjaanku? Aku sudah tidak apa-apa papa menjodohkan aku seperti ini. Tapi, memaksaku keluar dari pekerjaanku....." Dada Henri naik turun karena emosinya, kedua orang tuanya begitu mengatur hidup nya. Bahkan pekerjaan nya juga.
"Suka atau tidak. Itu yang harus kamu patuhi. Selama disini semua fasilitas papa dan mama cabut. Kau hanya orang miskin yang menumpang pada istrimu. Jadi menurutlah padanya."
"Mama! Tega nya."
Mama Tantri merasa sangat geram pada anak satu-satunya itu. Ia berdiri dengan marah dan menunjuk-nunjuk anaknya itu.
"Kamu yang tega dengan kami. Kamu itu anak kami satu-satunya, penerus kami satu-satunya, teganya kamu malah jadi bengkok seperti ini. Mau ditaruh dimana muka papa dan mama, hah? Apa selama ini kamu tidak memikirkan perasaan papa dan mama yang udah membesarkanmu?"mama Tantri pun tak kalah kesal bahkan melebihi kemarahan anaaknya.
"Mama, sabar ma. Ingat darah tinggi." Papa mengurut punggung istrinya agar bersabar. Dan menuntunnya untuk duduk kembali.
"Ini semua karena kelakuan anakmu ini!" Keluh mama mengurut dadanya mencoba bersabar.
"Jadi, Henri! Kau harus tinggal disini, setidaknya selama enam bulan. Sampai kau sembuh dan lurus kembali. Jika saat itu kamu masih juga seperti ini, terpaksa mama akan memperpanjang masa tinggal mu di sini."
"Mama! Bagaimana dengan karir ku?"
"Luruslah!"
Bersambung...
Dukung terus karya Othor ini ya, dengan:
Like
Komen
Vote
Dan kasih Gift
Terima kasih.
Salam sehat dan waras.
☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Debbie Teguh
bengkok kabeh wkwkwk
2023-05-23
0
sitimusthoharoh
piton anaconda eh anake pi2t.wkwkwkwkwk
lanjut
2022-09-08
1
princess butterfly
inget lurus ya henri😁
2022-09-05
0