Chap 5 Syarat

Nenek dan Hanin sama-sama terkejut dengan tawaran yang mama Tantri berikan. Tentu saja, itu sangat menggiurkan. Apalagi tanah milik nenek Hanin dulu tidak lah kecil hampir seluruh ladang yang mereka garap dan beberapa hektar di belakang gubuk mereka adalah milik nenek dulunya.

"Nyo..."

"Mama.."

"Saya tidak nyaman memanggil mama, jika ibu boleh?"

"Baiklah. Panggil ibu."

"Itu terlalu tinggi....."

Mama Tantri menggeleng yakin. "Tidak. Itu sebanding. Ibu bisa menambahkannya beberapa sapi sebagai mas kawin jika kamu setuju."

"Ibu....."

"Iya? Apa kamu masih keberatan?"

"Tidak...."

"Bagus, jadi kamu setuju?" Tanya mama Tantri dengan pandangan mata yang bersinar.

"Bu-bukan begitu.." lontar Hanin bimbang.

"Apa ibu Tantri mau memberiku waktu lagi?"

"Lagi?" Ulang mama Tantri dengan lesu. Ia menoleh pada kakaknya Mak Yun yang sedari tadi memilih untuk diam dan menjadi pendengar saja. Mak Yun mengangguk pelan.

"Baiklah, tapi, bisakah kamu memberi mama jawaban malam ini?" Tatapan mama Tantri dengan mimik muka mengiba.

Hanin memandang neneknya. Nenek hanya tersenyum teduh menatap cucunya. Ia lalu berganti memandang calon mertuanya.

"Saya akan berdiskusi dulu dengan nenek di dapur." Ijin Hanin pelan.

"Baiklah." Ucap Mak Yun mendahului sebelum Tantri membuka mulutnya.

Setelahnya, Hanin pamit bersama sang nenek berjalan ke arah dapur. Tantri menatap punggung kedua nya yang menghilang di balik gorden dapur. Tantri *******-***** tangannya tak tenang.

"Mak Yun, bagaimana jika Hanin tidak setuju?"

"Kenapa kamu sekhawatir itu?"

"Masalahnya Henri.... Haaaahhh..." Mama Tantri terlihat sangat gelisah, terus melihat kearah gorden dapur itu.

"Sudahlah tenang saja. Jika kamu gagal nanti aku dan Gati Yang akan membujuk mereka." Tutur Mak Yun mencoba menenangkan adiknya. Mengurut punggung Tantri agar lebih tenang.

Sementara di dapur,

"Nenek....."

Nenek tersenyum teduh. Ia mengusap sayang kepala cucunya yang telah di tinggalkan oleh ibunya sejak kecil itu. Tentu saja nenek ingin Hanin bahagia, karena sejak kecil Hanin sudah mengalami banyak kesulitan hidup dan rasa sakit.

"Nenek serahkan semua padamu... Kamu akan menerimanya atau menolaknya, itu terserah padamu. Nenek ingin kamu bahagia, entah dengan siapa nantinya kamu akan menikah. Asalkan kamu bahagia."

"Aku bingung nek, dalam waktu singkat, kita bisa mendapatkan lagi tanah milik nenek, jika aku menikah dengan anak nyonya itu."

"Benar Hanin. Tapi kita juga tidak tau, kenapa nyonya itu sampai mau menyerahkan tanah seluas itu padanya hanya untuk menikahi anaknya."

"Itu yang membuat Hanin gundah nek. Tapi, kita sudah melihat bagaimana anak nyonya itu. Dia terlihat normal dan..... Entahlah... Kenapa nyonya itu justru ingin Hanin yang mendidiknya. Dia terlihat sangat terpelajar."

"Kalau kamu ragu, tolak saja."

"Nenek...."

Nenek tertawa geli, "Sebenarnya, jika di pikir-pikir kita menang banyak Hanin, dapat tanah, dapat sapi yang katanya untuk mas kawin, masih menikah dengan anaknya, sudah pasti kamu akan dapat warisannya. Dari segi harta, kamu pasti bahagia, tapi entah dengan mentalnya..."

"Hanin, apapun yang kamu ambil, nenek akan mendukung. Karena umur nenek tidak lama lagi... Siapa yang akan menjagamu jika nenek tiada?"

"Nenek!" Sentak Hanin lembut dengan muka ditekuk."kenapa nenek mengungkitnya lagi.."

"Cucu nenek sudah dewasa, ambilah keputusan sendiri. Heemmm??" Ucap nenek dengan senyum diwajahnya,"nenek akan selalu menyertaimu, seperti yang kamu lakukan selama ini."

Setelah berdiskusi, akhirnya nenek dan Hanin duduk ditempat semula, tampak wajah cemas mama Tantri. Menatap Hanin dengan penuh harap.

"Ibu.... Maaf sebelumnya, maaf sekali jika menyingung ibu." Ucap Hanin dengan hati-hati, membuat sang calon mertua menelan ludahnya seret. " Apa Henri memiliki penyakit kelamin?"

Mama Tantri terdiam sejenak, ia melongo dengan pertanyaan Hanin. Sementara Mak Yun terkekeh kecil.

"Apa itu yang kamu takutkan nak?" Kekeh Mak Yun sembari memegangi perutnya."sebaiknya kita jujur saja pada mereka Tantri. Aku yakin Hanin akan lebih bisa menerima."

"Tapi mbak...." Mama Tantri terdengar sedikit keberatan. Tentu aja itu membuat Hanin dan nenek berpandangan heran.

"Sebenarnya, Henri itu sedikit menyimpang."

Nenek dan Hanin semakin terlihat bingung, dan mengerutkan keningnya.

"Iya, menyimpang, kamu tau, sedikit condong ke arah perempuan."

"Maksud Mak Yun, melambai?"

"Ha-ha-ha, betul. Dan kami merasa, kamu sangat cocok dengan Henri. Maksudku cocok untuk memperbaiki sikapnya." Tutur Mak Yun menjelaskan."Kamu sangat kuat, tangguh dan juga sabar. Itu semua adalah syarat mutlak untuk memperbaiki sikap Henri yang...."

"Melambai?"

"Iya... Ha-ha-ha."

"Mbak...." Senggol mama Tantri menatap tak suka pada Mak Yun karena sudah tertawa dengan begitu menghina.

"Jadi, bagaimana? Apa kamu setuju Hanin?"

Hanin tersenyum yakin."Iya, tapi saya punya syarat yang harus dipatuhi jika ingin saya meluruskan pria melambai."

Mak Yun menatap adiknya sembari mengendikkan alisnya dan tersenyum puas. "Baiklah. Katakan!"

Bersambung...

Dukung terus karya Othor ini ya, dengan:

Like

Komen

Vote

Dan kasih Gift

Terima kasih.

Salam sehat dan waras.

☺️

Terpopuler

Comments

" sarmila"

" sarmila"

mak yun ketawa tak lepas.aku yg sangan lepaaasss wkwkwkwkwkw

2023-11-05

0

Debbie Teguh

Debbie Teguh

syaratnya masuk kamar cinta wkwkwk

2023-05-23

0

Miss Typo

Miss Typo

apa syarat yg Hanin berikan kalau mau menikah sm Henri yg melambai

2023-02-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!