Menantu Benalu
...Hiduplah seperti Mentari yang selalu bersinar menerangi Alam Semesta....
......................
Di pagi hari yang cerah seorang gadis bernama Mentari sedang terlihat bersenandung sambil mengumpulkan barang bekas yang sudah di kumpulkan oleh kedua orangtuanya.
Mentari adalah anak kedua dari dua bersaudara, dia mempunyai seorang Kakak perempuan yang bernama Jingga.
Mentari dan Jingga mempunyai watak yang berbeda.
Mentari sangat baik dan berhati lembut serta tutur kata yang santun, sedangkan Jingga mempunyai perangai yang buruk sehingga dia selalu memaksa kedua orangtuanya untuk memenuhi semua keinginan dia, padahal Jingga jelas tau jika kedua orangtua mereka hidup serba kekurangan, bahkan rela membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari dengan membuka warung kecil-kecilan serta menjadi pemulung rongsokan.
"Bu kapan sih kita menjadi orang kaya seperti dulu lagi kalau kalian kerjanya hanya menjadi pemulung?" ujar Jingga ketika mereka sekeluarga sedang melakukan sarapan.
"Aku bosen setiap hari makan sama ikan asin terus," sambung Jingga lagi.
"Kak Jingga harusnya bersyukur, kasihan kan Ibu sama Bapak yang sudah membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari," ujar Mentari.
"Kamu gak usah ceramahin aku Mentari, kamu itu cuma anak kecil, sebaiknya kamu diam saja gak perlu banyak bicara !" teriak Jingga dengan membantingkan piring bekas dia makan.
Prang
Kini terdengar suara piring yang pecah, sehingga pecahannya berserakan di lantai yang masih beralaskan tanah, kemudian Jingga langsung berangkat ke Sekolah tanpa pamitan terlebih dahulu kepada kedua orangtuanya.
Mentari bergegas memungut satu persatu pecahan piring tersebut supaya tidak ada yang terluka karena menginjaknya, dan kedua orangtuanya kini hanya bisa menangis melihat kelakuan Jingga anak sulung mereka.
"Mentari sayang, maafin Kakak kamu ya Nak," ujar Bu Rima ( Ibunya Mentari ).
"Iya gak apa-apa Bu, mungkin Kakak lagi banyak tugas di Sekolah jadi Kakak pusing, apalagi Mentari dengar Sekolah SMA itu sulit Bu," ujar Mentari dengan tersenyum kepada kedua orangtuanya.
"Ini semua kesalahan Bapak Nak, karena kami dulu sangat memanjakan Jingga ketika Bapak masih mempunyai perusahaan," ujar Pak Hasan ( Bapaknya Mentari ).
Dulu Pak Hasan adalah orang yang kaya raya, tapi semenjak dia kena tipu oleh temannya sendiri, Pak Hasan kehilangan semua hartanya, bahkan Pak Hasan sampai terkena Stroke.
Ketika perusahaannya hancur akhirnya Pak Hasan memilih untuk pindah ke kampung halamannya yang berada di daerah Bogor, karena beliau berpikir tidak mungkin bisa bertahan hidup di Jakarta dengan kondisinya yang Stroke serta pengangguran.
Pada saat itu Jingga berusia 10 tahun dan duduk di kelas 4 SD, sedangkan Mentari berusia 8 tahun dan masih kelas 2 SD, karena Mentari dan Jingga hanya selisih dua tahun saja. Akhirnya Pak Hasan dan Istrinya memilih untuk membuka warung kecil-kecilan di kampung serta memulung rongsokan untuk membiayai Sekolah Anak-anaknya dan menyambung hidup mereka.
Mentari hanya sekolah sampai SMP karena dia kasihan kepada kedua orangtuanya, sedangkan Jingga bersikukuh dengan pendiriannya yang ingin melanjutkan ke jenjang SMA, sehingga mau tidak mau Pak Hasan dan Bu Rima menuruti kemauan Jingga yang selalu seenaknya.
"Bu, Pak, Mentari berangkat kerja dulu ya," ujar Mentari dengan mencium punggung tangan kedua orangtuanya lalu mengucapkan Salam.
Mentari saat ini berumur 16 tahun, semenjak dia keluar SMP mentari membantu mencari uang dengan menjadi pelayan di salah satu rumah makan yang tidak jauh dari rumahnya, sehingga dia selalu berjalan kaki untuk menghemat ongkos.
Beberapa menit kemudian Mentari pun sampai di tempat kerjanya.
"Assalamu'alaikum Bu," ucap Mentari kepada pemilik rumah makan tersebut.
"Wa'alaikumsalam Tari, kamu pagi-pagi begini kok sudah datang, padahal masih ada waktu satu jam lagi lho buat buka Restorannya," ujar Bu Asih, pemilik Rumah makan tempat Mentari bekerja.
"Mentari mau ngumpulin botol-botol plastik bekas pengunjung kemarin Bu, gak apa-apa kan?" tanya Mentari sehingga membuat Bu Asih merasa terharu.
"Iya tidak apa-apa sayang, Mentari memang anak yang berbakti, seandainya Ibu adalah orangtua kamu, pasti Ibu bakalan bangga mempunyai Anak baik sepertimu," ujar Bu Asih dengan merangkul tubuh Mentari.
"Tidak banyak yang bisa Mentari lakukan untuk meringankan beban kedua orangtua yang sudah membesarkan serta menyayangi Mentari dengan penuh kasih sayang, hanya sebait do'a dalam sujud Mentari yang selalu dipanjatkan semoga kelak Mentari bisa memberikan kebahagiaan untuk mereka," ujar Mentari.
"Semoga niat baik Mentari Allah SWT berikan kelancaran ya sayang," ujar Bu Asih.
"Iya Amin, makasih ya Bu sebaiknya Mentari bergegas mengumpulkan botolnya sekarang sebelum Restoran kita buka biar semuanya sudah bersih juga," ujar Mentari yang selalu semangat dalam bekerja.
"Bismillah...Semoga Allah SWT selalu memberikan kelancaran untuk semua pekerjaanku dan semoga semua yang Mentari lakukan menjadi amal Ibadah," do'a Mentari sebelum melakukan pekerjaan dan dia selalu berdo'a seperti itu setiap hari.
......................
Jam makan siang pun telah tiba, Rumah makan tempat kerja Mentari kini sudah ramai oleh Karyawan yang selalu makan siang di Rumah makan tersebut.
Semenjak Mentari bekerja di sana tidak sedikit laki-laki yang berusaha mendekatinya, tapi Mentari selalu sadar diri jika dirinya tidak pantas bersanding dengan pegawai kantoran karena dia hanyalah tamatan SMP.
Salah satunya adalah Angga Prawira yang berkedudukan sebagai Manager Keuangan. Angga begitu terobsesi untuk memiliki Mentari karena paras nya yang sangat cantik, sehingga siapa pun yang melihatnya pasti akan mengagumi kecantikan Mentari.
"Mentari cantik gimana jawaban pernyataan cinta Abang yang ke sepuluh kali, diterima gak?" tanya Angga.
"Maaf mas Angga seperti jawaban Mentari sebelumnya, Mentari gak pantas untuk Abang, lagian Mentari juga masih kecil Bang," jawab Mentari.
"Abang akan tetap menunggu Mentari membuka hati untuk Abang," ujar Angga dengan memberikan sebuah paper bag.
"Maaf Bang Mentari tidak dapat menerimanya, pasti isinya barang mahal lagi kan?" tanya Mentari.
"Mentari boleh menolak cinta Abang untuk sekarang ini, tapi tolong terima pemberian Abang ya cantik," ujar Angga yang terlihat memohon, sehingga Mentari akhirnya menerimanya.
Angga sering sekali memberikan barang-barang yang mahal untuk Mentari, dan Mentari pun selalu menolaknya, tapi Angga selalu memaksanya sehingga Mentari merasa tidak enak hati.
Barang pemberian Angga untuk Mentari pun selalu direbut oleh Jingga, tapi Mentari tidak pernah mempermasalahkannya, yang penting Jingga merasa senang itu sudah membuat Mentari bahagia.
Sepulang dari tempat kerja, Mentari memanggul karung yang isinya botol plastik hasil mulung di tempat kerja, meskipun banyak yang menertawakannya karena membawa rongsokan tapi Mentari tidak pernah malu.
"Mentari emang kamu gak malu apa, memanggul rongsokan kayak gitu? semua orang lihatin kamu lho," tanya Ira salah satu teman kerja Mentari yang kebetulan pulang kerja bersama Mentari.
"Kenapa aku harus malu Ra, yang penting aku kan tidak mencuri dan aku mendapatkannya dengan cara halal, aku malah lebih malu jika sampai aku meminta-minta padahal kita masih mempunyai tangan dan kaki untuk berusaha," jawab Mentari yang selalu bijak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Cawica
mampir juga nih kak...saling dukung yuk...salam dari "Korban rahim sewaan..." semangat trus nulisnya...
2022-12-08
1
Umi Betawi
betul mentari aku jg dulu mulung cuek emang klo kita malu ada yg mau ngasih makan gratis 😄 lantjut thoor
2022-11-11
1
➳ᴹᴿˢ᭄°𝓓𝓮𝓪
jangan hidup seperti mendung yang gelapnya membuat hati ikut gelap
2022-11-02
1