Bab 6 ( Kegilaan Jingga )

Fahri dan Jingga saat ini telah sampai di sebuah taman yang berada di pinggir danau, mereka berdua duduk di sebuah bangku yang terdapat di taman tersebut dengan menikmati pemandangan yang berada di depan mereka.

Entah kenapa Fahri masih saja memikirkan Mentari yang tadi terlihat meneteskan airmata.

Kenapa hatiku ikut sakit ketika melihat Mentari meneteskan airmata? apa sebenarnya yang aku rasakan terhadap Mentari, aku tidak mungkin kan menyukai nya, sedangkan aku sangat mencintai Jingga, batin Fahri kini berada dalam dilema.

"Sayang kamu kenapa sih daritadi diem terus, setelah pindah ke tempat ini kamu malah cuekin aku," rengek Jingga, tapi Fahri tidak mendengarnya.

Jingga yang kesal terhadap Fahri pun kini malah mencium bibir Fahri, padahal di tempat tersebut sedang banyak orang.

"Astagfirulloh Jingga, Kenapa kamu nyium aku di depan umum?" tanya Fahri.

"Itu untuk menyadarkan kamu, habisnya aku kesal daritadi kamu cuekin aku terus," ujar Jingga yang kini terlihat cemberut.

"Maaf sayang, bukan maksud aku seperti itu, tapi ada sesuatu hal yang sedang aku pikirkan," ujar Fahri.

"Jangan bilang mas masih memikirkan Mentari?" selidik Jingga.

"Eng..enggak kok, mas lagi mikirin Ibu," jawab Fahri dengan gelagapan, karena sebenarnya Fahri memang sedang memikirkan Mentari.

"Awas saja kalau mas Fahri sampai bohong, pokoknya aku gak bakalan terima, dan aku pasti tidak akan pernah melepaskan sesuatu yang telah menjadi milikku, bahkan untuk Adikku sendiri !!" ancam Jingga.

"Kamu percaya sama aku ya sayang, kalau perlu kita Menikah sekarang gimana?" tanya Fahri.

"Enggak sekarang juga mas, tapi aku mau kok kalau sekarang kita pergi ke hotel untuk menghabiskan malam bersama," ujar Jingga.

"Apa maksud kamu Jingga? kamu jangan gila, sebejat-bejatnya aku, aku tidak akan pernah melakukan hubungan terlarang yang di haramkan oleh agama !!" bentak Fahri, sehingga Jingga merasa terkejut.

"Sayang kok kamu sampai tega bentak aku sih, aku kira kamu menginginkannya makanya kamu ngajak aku Nikah," ujar Jingga yang kini terlihat menangis sehingga membuat hati Fahri luluh.

"Maafin aku sayang, aku tidak bermaksud untuk membentak kamu, aku memang menginginkannya, tapi aku ingin kita menikah dulu, kamu mengerti kan kalau aku tidak ingin merusak seorang perempuan, karena aku sendiri terlahir dari rahim seorang perempuan," ujar Fahri dengan menggenggam erat tangan Jingga.

"Aku mengerti sayang, tapi kalau untuk Menikah dalam waktu dekat ini, aku benar-benar belum siap," ujar Jingga.

Fahri kini merasa heran dengan pemikiran Jingga karena Jingga belum siap untuk di ajak Menikah, tapi Jingga mau mereka melakukan hubungan Suami-Istri sebelum Menikah.

Apa Jingga tidak sebaik yang aku kira selama ini ya? kalau memang dia perempuan baik-baik, pasti dia akan menjaga kehormatannya, karena itu adalah harta yang paling berharga untuk seorang gadis, batin Fahri kini bertanya-tanya, dan saat ini dia mulai ragu dengan Jingga.

"Sayang sebaiknya sekarang kita pulang saja yuk, sepertinya sudah mau turun hujan juga," ajak Jingga.

"Sebaiknya kita Shalat Ashar dulu ya Jingga, di dekat sini kebetulan ada Mushala, kalau kita pulang sekarang pasti waktu Shalat Ashar nya sudah habis ketika sampai rumah," ujar Fahri.

"Kalau kamu mau Shalat, aku tunggu saja di sini ya, nanti make up aku luntur kalau kena air," ujar Jingga yang sudah keceplosan lagi.

"Kenapa kamu bilang seperti itu sayang? sebagai seorang muslim kita kan wajib melaksanakan Shalat, atau jangan-jangan selama ini kamu tidak pernah Shalat?" tanya Fahri.

"Ma..maksud aku bukan begitu sayang, tapi aku lagi datang bulan," ujar Jingga mencari alasan.

"Ya sudah kalau begitu kamu tunggu di sini saja, aku mau ke Mushala dulu," ujar Fahri dengan melangkahkan kaki menuju Mushala yang masih berada di sekitar taman.

Setelah kepergian Fahri, kini ada seorang lelaki hidung belang yang menghampiri Jingga.

"Hai cantik, sendirian aja," ujar Pria tersebut.

"Eh iya Om, pacar saya lagi ke Mushala dulu," jawab Jingga dengan tersenyum genit kepada lelaki tersebut.

"Kok panggil Om sih, aku kan belum tua-tua amat, kenalkan namaku Bram," ujar lelaki tersebut dengan mengulurkan tangannya kepada Jingga.

"Aku Jingga Om, eh maksudku mas Bram," ujar Jingga dengan menjabat tangan lelaki tersebut.

"Ini kartu namaku Jingga," ujar Bram dengan memberikan sebuah kartu nama.

Ternyata Bram adalah seorang CEO di perusahaan ternama, aku beruntung sekali bisa bertemu dengannya, batin Jingga.

"Apa kamu mau menemaniku malam ini cantik," bisik Bram di telinga Jingga.

"Apa maksud mas Bram?" tanya Jingga berbisik.

"Aku tadi melihat sendiri kalau kamu begitu bernafsu dengan kekasihmu sehingga menciumnya di depan umum, tenang saja sayang, aku akan memberikan semua yang kamu mau," ujar Bram dengan menarik tubuh Jingga.

"Baiklah aku mau," jawab Jingga, lalu mereka berdua akhirnya pergi dari taman tersebut.

"Lho kemana Jingga?" gumam Fahri yang kini celingukan mencari keberadaan kekasihnya, setelah dia selesai melaksanakan Shalat Ashar.

"Sebaiknya aku telpon saja, mungkin Jingga sedang pergi ke toilet," ujar Fahri dengan mengeluarkan handphone nya.

Beberapa saat kemudian Jingga pun mengangkat telpon dari Fahri.

📞"Jingga, kamu dimana sayang? kok kamu tiba-tiba menghilang?" tanya Fahri.

📞"Maaf sayang aku pulang duluan, soalnya Ibu ku telpon kalau dia lagi sakit," jawab Jingga berbohong, padahal saat ini dia sedang berada dipangkuan Bram di dalam mobil.

📞"Kalau begitu sekarang aku akan menyusul ke rumahmu," ujar Fahri karena merasa khawatir dengan keadaan Ibunya Jingga.

📞"tidak perlu sa..yang," ujar Jingga dengan mendesah karena Bram terus saja memberikan kecupan pada tubuhnya.

📞"Kamu kenapa sayang? ada apa dengan suara kamu?" tanya Fahri, tapi Jingga menutup telponnya, lalu kemudian mematikannya.

"Apa yang sebenarnya sedang Jingga lakukan? suara itu seperti..." Fahri nampak berpikir.

"Tapi tidak mungkin Jingga mengkhianatiku," gumam Fahri, kemudian dia akhirnya memutuskan untuk pulang.

......................

Jingga kini telah sampai di sebuah Vila mewah yang berada di kawasan Puncak, dan Jingga begitu terpesona ketika Bram membawa Jingga masuk ke dalamnya.

"Bagaimana sayang, Apa kamu suka Vila ini?" tanya Bram dengan tiada hentinya mencium tubuh Jingga.

"Aku suka sekali mas," jawab Jingga dengan mata yang berbinar.

"Kamu bisa memiliki Vila ini, tapi ada syaratnya," bisik Bram di telinga Jingga.

"Apa syaratnya sayang?" tanya Jingga dengan bergelayut manja kepada Bram.

"Kamu harus melayaniku dengan baik," ujar Bram dengan mengangkat tubuh Jingga ke dalam sebuah kamar.

"Apa yang akan kita lakukan sayang, kenapa kamu mengajakku ke dalam kamar?" tanya Jingga yang sudah terlihat cemas.

"Bukankah ini yang kamu inginkan juga? aku akan membawamu masuk ke dalam Surga Dunia," ujar Bram dengan membaringkan tubuh Jingga di atas ranjang.

"Tapi aku takut mas, sebelumnya aku belum pernah melakukannya," ujar Jingga.

"Kamu tenang saja sayang, aku akan melakukannya secara lembut," ujar Bram yang kini sudah menelusuri setiap jengkal tubuh Jingga, sehingga Jingga pun terbuai dan masuk ke dalam permainan Bram, lalu terjadilah hubungan terlarang diantara mereka.

Terpopuler

Comments

himawatidewi satyawira

himawatidewi satyawira

atas surga dunia bawah kompor gas neraka ngga

2023-10-21

1

himawatidewi satyawira

himawatidewi satyawira

lha kl ada tamu bulanan ngapain nafsu pengen bgituan ngga?

2023-10-21

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Dasar Jingga

2022-11-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Mentari )
2 Bab 2 ( Diam adalah Emas )
3 Bab 3 ( Semakin menjadi-jadi )
4 Bab 4 ( Bertemu Calon Mertua )
5 Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )
6 Bab 6 ( Kegilaan Jingga )
7 Bab 7 ( Jingga Hilang )
8 Bab 8 ( Berebut Mentari )
9 Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )
10 Bab 10 ( Ciuman Pertama Mentari )
11 Bab 11 ( Restu dari Ibu dan Bapak )
12 Bab 12 ( Jingga Anak Durhaka )
13 Bab 13 ( Pernikahan Jingga yang membuat malapetaka )
14 Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )
15 Bab 15 ( Permintaan Fahri )
16 Bab 16 ( Pernikahan Mentari dan Fahri )
17 Bab 17 ( Kecelakaan maut )
18 Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )
19 Bab 19 ( Pembawa sial )
20 Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )
21 Bab 21 ( Menjadi Janda bukanlah pilihan )
22 Bab 22 ( Ada udang di balik batu )
23 Bab 23 ( Akan tetap menunggu )
24 Bab 24 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
25 Bab 25 ( Harta peninggalan Fahri )
26 Bab 26 ( Getaran aneh dalam dada )
27 Bab 27 ( Penculikan Mentari )
28 Bab 28 ( Dokter Cinta )
29 Bab 29 ( Pernikahan tanpa restu )
30 Bab 30 ( Hasil merebut, pasti direbut juga )
31 Bab 31 ( Siang pertama Mentari dan Angga )
32 Bab 32 ( Berita suka dan Duka )
33 Bab 33 ( Kedatangan keluarga Angga )
34 Bab 34 ( Menantu Benalu )
35 Bab 35 ( Pesta di atas duka )
36 Bab 36 ( Disuruh jualan )
37 Bab 37 ( Tuduhan Selingkuh )
38 Bab 38 ( Rencana licik Jingga )
39 Bab 39 ( Menjagamu dengan Do'a )
40 Bab 40 ( Jingga dan David semakin menjadi-jadi )
41 Bab 41 ( Hinaan Sandra terhadap orangtua Mentari )
42 Bab 42 ( Senjata makan Tuan )
43 Bab 43 ( Jingga mulai beraksi )
44 Bab 44 ( Kehadiran Jingga membawa luka )
45 Bab 45 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )
46 Bab 46 ( Usaha Fajar membantu Mentari )
47 Bab 47 ( Obat Penguras Perut )
48 Bab 48 ( Keracunan di Panti Asuhan )
49 Bab 49 ( Godaan Jingga )
50 Bab 50 ( Kesalahpahaman Angga terhadap Mentari )
51 Bab 51 ( Membuat keretakan dalam rumah tangga Mentari dan Angga )
52 Bab 52 ( Rencana yang gagal total )
53 Bab 53 ( Jatuh kedalam pelukan David )
54 Bab 54 ( Kesialan Jingga )
55 Bab 55 ( Fajar menyelamatkan Mentari )
56 Bab 56 ( Fajar Amnesia )
57 Bab 57 ( Jingga Hamil )
58 Bab 58 ( Pilihan yang sulit )
59 Bab 59 ( Mimpi buruk )
60 Bab 60 ( Jebakan Jingga )
61 Bab 61 ( Penyesalan Angga )
62 Bab 62 ( Perubahan sikap Angga )
63 Bab 63 ( Pasangan Benalu )
64 Bab 64 ( Adikku sayang, Adikku malang )
65 Bab 65 ( Kejujuran Angga )
66 Bab 66 ( Ingatan yang mulai kembali )
67 Bab 67 ( Stella Hamil )
68 Bab 68 ( Pesona David )
69 Bab 69 ( David berada dalam Dilema )
70 Bab 70 ( Pernikahan Dadakan )
71 Pengumuman
72 Pengumuman
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 ( Mentari )
2
Bab 2 ( Diam adalah Emas )
3
Bab 3 ( Semakin menjadi-jadi )
4
Bab 4 ( Bertemu Calon Mertua )
5
Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )
6
Bab 6 ( Kegilaan Jingga )
7
Bab 7 ( Jingga Hilang )
8
Bab 8 ( Berebut Mentari )
9
Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )
10
Bab 10 ( Ciuman Pertama Mentari )
11
Bab 11 ( Restu dari Ibu dan Bapak )
12
Bab 12 ( Jingga Anak Durhaka )
13
Bab 13 ( Pernikahan Jingga yang membuat malapetaka )
14
Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )
15
Bab 15 ( Permintaan Fahri )
16
Bab 16 ( Pernikahan Mentari dan Fahri )
17
Bab 17 ( Kecelakaan maut )
18
Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )
19
Bab 19 ( Pembawa sial )
20
Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )
21
Bab 21 ( Menjadi Janda bukanlah pilihan )
22
Bab 22 ( Ada udang di balik batu )
23
Bab 23 ( Akan tetap menunggu )
24
Bab 24 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
25
Bab 25 ( Harta peninggalan Fahri )
26
Bab 26 ( Getaran aneh dalam dada )
27
Bab 27 ( Penculikan Mentari )
28
Bab 28 ( Dokter Cinta )
29
Bab 29 ( Pernikahan tanpa restu )
30
Bab 30 ( Hasil merebut, pasti direbut juga )
31
Bab 31 ( Siang pertama Mentari dan Angga )
32
Bab 32 ( Berita suka dan Duka )
33
Bab 33 ( Kedatangan keluarga Angga )
34
Bab 34 ( Menantu Benalu )
35
Bab 35 ( Pesta di atas duka )
36
Bab 36 ( Disuruh jualan )
37
Bab 37 ( Tuduhan Selingkuh )
38
Bab 38 ( Rencana licik Jingga )
39
Bab 39 ( Menjagamu dengan Do'a )
40
Bab 40 ( Jingga dan David semakin menjadi-jadi )
41
Bab 41 ( Hinaan Sandra terhadap orangtua Mentari )
42
Bab 42 ( Senjata makan Tuan )
43
Bab 43 ( Jingga mulai beraksi )
44
Bab 44 ( Kehadiran Jingga membawa luka )
45
Bab 45 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )
46
Bab 46 ( Usaha Fajar membantu Mentari )
47
Bab 47 ( Obat Penguras Perut )
48
Bab 48 ( Keracunan di Panti Asuhan )
49
Bab 49 ( Godaan Jingga )
50
Bab 50 ( Kesalahpahaman Angga terhadap Mentari )
51
Bab 51 ( Membuat keretakan dalam rumah tangga Mentari dan Angga )
52
Bab 52 ( Rencana yang gagal total )
53
Bab 53 ( Jatuh kedalam pelukan David )
54
Bab 54 ( Kesialan Jingga )
55
Bab 55 ( Fajar menyelamatkan Mentari )
56
Bab 56 ( Fajar Amnesia )
57
Bab 57 ( Jingga Hamil )
58
Bab 58 ( Pilihan yang sulit )
59
Bab 59 ( Mimpi buruk )
60
Bab 60 ( Jebakan Jingga )
61
Bab 61 ( Penyesalan Angga )
62
Bab 62 ( Perubahan sikap Angga )
63
Bab 63 ( Pasangan Benalu )
64
Bab 64 ( Adikku sayang, Adikku malang )
65
Bab 65 ( Kejujuran Angga )
66
Bab 66 ( Ingatan yang mulai kembali )
67
Bab 67 ( Stella Hamil )
68
Bab 68 ( Pesona David )
69
Bab 69 ( David berada dalam Dilema )
70
Bab 70 ( Pernikahan Dadakan )
71
Pengumuman
72
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!