Mentari dan Fahri masih berkeliling mencari Jingga ke semua tempat yang pernah Fahri dan Jingga datangi, tapi hasilnya nihil karena Jingga tidak ditemukan dimana-mana.
"Kita harus cari Kak Jingga kemana lagi mas? kasihan Ibu dan Bapak, mereka pasti khawatir dengan Kak Jingga, apa kita lapor Polisi saja mas, sekarang kan sudah 24 jam dari Kak Jingga menghilang," usul Mentari yang kini terlihat cemas.
"Mentari yang sabar ya, Jingga pasti baik-baik saja, dia juga bukan Anak kecil, jadi dia pasti bisa menjaga diri. Sebaiknya kita berdiskusi dulu sama Bapak dan Ibu sebelum membuat laporan ke Polisi," ujar Fahri mencoba menenangkan Mentari.
"Iya mas, semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk kepada Kak Jingga, walau bagaimanapun juga Mentari sayang sekali sama Kak Jingga," ujar Mentari dengan meneteskan airmata.
Beberapa saat kemudian Mentari terlihat tertidur karena kecapean.
"Kasihan sekali kamu Mentari, kamu pasti kecapean karena seharian ini sibuk mencari Jingga," gumam Fahri, sehingga dia memutuskan untuk membawa Mentari pulang.
Setelah menempuh satu jam perjalanan, Mentari dan Fahri pun sampai di halaman rumah Mentari.
Mentari akhirnya terbangun karena mendengar suara keributan.
"Mas kita sudah sampai rumah ya? kok ada suara ribut-ribut?" tanya Mentari yang belum sepenuhnya sadar karena baru bangun tidur.
"Mentari ayo kita segera keluar, sepertinya Jingga sudah pulang," ajak Fahri.
Mentari dan Fahri kini bergegas turun dari mobil, dan ternyata benar kalau Jingga sudah pulang dan dia di antar oleh seorang Om-om.
"Kak Jingga, Alhamdulillah akhirnya Kakak pulang juga, Mentari khawatir sama Kakak dan dari pagi kami sudah mencari Kak Jingga kemana-mana," ujar Mentari yang kini memeluk tubuh Jingga tapi segera ditepisnya.
"Lepasin tubuh kotormu itu, aku tidak mau kalau sampai tertular kuman," ujar Jingga dengan mendorong tubuh Mentari.
Untung saja Fahri sigap menangkap tubuh Mentari karena kalau tidak, mungkin Mentari sudah terbentur tembok.
"Apa-apaan kamu Jingga? kenapa kamu tega menyakiti Mentari?" tanya Fahri.
"Rupanya kamu juga ada disini Fahri, bagus deh kalau kamu sudah mengetahui semuanya, jadi kamu sekarang tidak usah repot-repot mencariku lagi, karena mulai sekarang kita putus Fahri !!" teriak Jingga.
"Terimakasih Jingga karena kamu sudah membebaskanku dari perempuan gila seperti kamu, dan kamu juga harus tau kalau aku akan segera menikahi Mentari," ujar Fahri.
"Aku tidak peduli dengan semua yang akan kalian lakukan, karena sekarang aku sudah memiliki lelaki yang bisa memenuhi semua keinginanku, jadi aku sudah tidak membutuhkanmu lagi Fahri !!" ujar Jingga dengan memeluk tubuh Bram.
"Anda Pak Bramantyo kan, salah satu CEO Angkasa Grup?" tanya Fahri.
"Iya benar, saya adalah calon Suami Jingga dan kami akan segera menikah," jawab Bram.
"Bukannya Anda sudah mempunyai Istri dan Anak?" tanya Fahri.
"Itu semua bukan urusanmu Fahri, dan kamu tidak usah ikut campur lagi urusanku," ujar Jingga dengan menarik tubuh Bram untuk segera pergi dari rumahnya.
"Tunggu Jingga," ujar Bu Rima.
Plak
Tiba-tiba Bu Rima menampar pipi Jingga lalu melempar wajah Jingga dengan segepok uang yang tadi sempat diberikan oleh Jingga kepada Bu Rima.
"Ambil uangmu Jingga, kami tidak sudi menerima sepeser pun uang darimu, karena kamu mendapatkannya secara tidak halal," ujar Bu Rima.
"Kalian ini memang orang miskin yang tidak tau di untung !!" teriak Jingga.
"Kami memang orang miskin, tapi tidak serendah kamu yang sampai rela menjual harga diri hanya demi kesenangan di Dunia yang hanya sementara !!" jawab Bu Rima.
"Dasar kalian semua munafik, memangnya kalian pikir bisa hidup tanpa uang hemm?" teriak Jingga.
"Ibu tidak menyangka, jika Anak yang sudah Ibu besarkan dengan penuh kasih sayang sekarang menjadi seorang Pelakor," ujar Bu Rima dengan menangis.
"Kasih sayang saja tidak cukup Bu, tapi dengan uang kita bisa membeli segalanya," jawab Jingga dengan tertawa.
"Harusnya kamu berpikir Jingga, bagaimana perasaan kamu jika seandainya kamu yang berada di posisi Istrinya Bram dan Suami kamu direbut oleh perempuan lain, kamu juga seorang wanita, dimana hati nurani kamu?" tanya Bu Rima.
"Aku tidak peduli dengan perasaan siapa pun, yang penting aku bisa hidup bahagia dengan mas Bram," jawab Jingga.
"Kamu benar-benar manusia gak punya hati, Ibu menyesal telah melahirkan kamu. Sekarang juga kamu pergi dari rumah ini dan jangan pernah menginjakkan kaki kamu di rumah ini lagi, karena mulai sekarang kamu bukan Anak Ibu lagi !!" teriak Bu Rima dengan memegang dadanya yang terasa sakit.
Mentari dan Fahri segera menghampiri Bu Rima, sedangkan Pak Hasan hanya bisa menangis di atas kursi roda karena dia merasa gagal mendidik Jingga.
"Dengan senang hati aku akan pergi dari gubuk derita ini, dengan atau tanpa restu kalian aku akan tetap Menikah dengan Mas Bram !!" teriak Jingga dengan berlalu meninggalkan rumah orangtuanya.
"Dasar Anak Durhaka kamu Jingga, lihat saja suatu saat nanti kamu akan menyesal !!" teriak Bu Rima.
"Istighfar Bu, jangan terlalu banyak pikiran, Mentari gak mau kalau Ibu sampai sakit," ujar Mentari yang kini membawa Bu Rima masuk ke dalam rumah dengan dibantu oleh Fahri.
"Ibu yang sabar ya, mulai sekarang Fahri akan menjadi Anak Ibu, dan Fahri akan berusaha untuk membahagiakan Ibu dan Bapak, dan juga Mentari," ujar Fahri.
"Makasih banyak ya Nak Fahri, maaf jika Jingga sudah menyakiti Nak Fahri," ucap Bu Rima.
"Tidak apa-apa Bu, karena sekarang Jingga sudah memutuskan Fahri, jadi Fahri bisa segera Menikahi Mentari," ujar Fahri.
"Apa Nak Fahri masih bersedia menerima keadaan keluarga Mentari yang seperti ini?" tanya Pak Hasan, karena beliau merasa malu apalagi dengan sifat dan sikap Jingga.
"Pak, harta itu adalah titipan, toh nanti kita mati juga semua harta yang kita punya tidak akan dibawa, apa pun keadaan keluarga Mentari, saya akan menerimanya dengan senang hati, karena saya sangat mencintai Putri Ibu dan Bapak," ujar Fahri.
"Mentari beruntung Nak, jika sampai menikah dengan pemuda baik seperti Nak Fahri, dan Bapak harap Mentari bisa menerima Nak Fahri menjadi pendamping hidup Mentari, supaya nanti jika Ibu dan Bapak sudah tidak ada lagi di Dunia ini, ada seseorang yang bisa menjaga serta melindungi Mentari, karena Bapak yakin kalau Jingga tidak akan tinggal diam saja," ujar Pak Hasan.
"Bapak tidak boleh berbicara seperti itu, Mentari akan selalu berdo'a supaya Ibu dan Bapak selalu diberikan kesehatan dan umur yang panjang supaya Mentari bisa membahagiakan Ibu dan Bapak juga," ujar Mentari dengan menangis serta memeluk tubuh kedua orangtuanya.
"Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan Nak, karena Dunia ini hanya tempat persinggahan sementara," ucap Pak Hasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Dewi Payang
Astaga, mulunya jingga tdk terdidik.
2023-02-08
1
Syhr Syhr
Aih....Jingga-jingga 😩
2022-11-18
1
Ikha muhlisin
Semoga anak turunku di jauhkan dari sifat yang seperti jingga... naudzubillah. ..
2022-10-20
1