Jingga kini pergi ke pesta perpisahan yang di adakan oleh Sekolahnya dengan mengenakan gaun pesta yang diberikan oleh Mentari.
"Wah Nak, kamu terlihat sangat cantik sekali mengenakan gaun ini," ujar Bu Rima dengan hendak memeluk Jingga, tapi Jingga segera menepis tangan Ibunya.
"Jangan berani pegang-pegang gaun mahal ku Bu, nanti gaunnya jadi kotor, apalagi kalau Ibu sampai memelukku, bisa-bisa aku kena alergi karena tertular kuman dari tubuh Ibu," ujar Jingga, sehingga Bu Rima merasa sedih.
Jingga pun kini meminta uang kepada Bu Rima untuk ongkos serta pegangan buat nanti di pesta.
"Bu, Jingga minta duit donk," ujar Jingga.
"Tapi Nak, kemarin Ibu kan sudah kasih uang buat kamu pergi ke pesta," ujar Bu Rima
"Mana cukup Bu uang 200 ribu, sini Jingga minta lagi," ujar Jingga dengan menarik dompet yang sedang dipegang oleh Bu Rima.
"Jangan di ambil Nak, itu uang buat modal dagang Ibu besok," pinta Bu Rima tapi Jingga tidak menghiraukannya dan tega mengambil semua uang yang berada di dalam dompet Bu Rima.
"Sama Anak sendiri kok juga pelit, ini dompetnya," ujar Jingga dengan melemparkan dompet kosong kepada wajah Ibunya sendiri, lalu kemudian bergegas pergi ke pesta.
Jingga sebenarnya selalu di antar jemput oleh pacarnya dengan menggunakan mobil, bahkan pacarnya sering memberikan uang kepada Jingga. Tapi dia selalu meminta uang kepada orangtuanya untuk mentraktir teman-temannya, karena Jingga sudah berbohong kepada semua orang dengan mengaku-ngaku sebagai anak orang kaya, sehingga akhirnya Jingga selalu menunggu pacarnya di depan rumah mewah milik tetangganya yang dia akui sebagai rumahnya.
"Hai sayang, akhirnya kamu datang juga," ujar Jingga kepada Fahri pacarnya yang baru turun dari mobil.
"Maaf ya sayang, aku sudah telat jemput kamu, soalnya tadi aku bantu Ibu dulu untuk menutup Restoran karena Karyawannya banyak yang tidak masuk," ujar Fahri.
"Iya gak apa-apa honey, yang penting sekarang kamu sudah datang untuk menjemputku," ujar Jingga dengan bergelayut manja kepada Fahri.
"Kamu malam ini terlihat sangat cantik sayang," puji Fahri.
"Makasih sayang, Mommy aku sengaja membeli gaun ini dari luar negri lho sayang, khusus untuk pesta malam ini," ujar Jingga, lalu kemudian mereka berdua masuk ke dalam mobil.
Dari kejauhan Mentari melihat Jingga yang di jemput oleh Fahri pun merasakan sesak dalam dadanya.
"Kenapa hatiku terasa sakit ketika melihat Kak Jingga bersama mas Fahri, seharusnya aku ikut bahagia kalau Kak Jingga bahagia," ujar Mentari dengan meneteskan airmata.
Fahri adalah anak dari Bu Asih, pemilik Restoran tempat Mentari bekerja, sebenarnya Mentari sudah menyukai Fahri pada saat pertama kali mereka bertemu, karena selain tampan, Fahri juga baik hati dan tidak sombong.
Aku seharusnya sadar diri, aku bukan siapa-siapa, bagaimana mungkin mas Fahri bisa menyukaiku, dan sepertinya mas Fahri juga sangat mencintai Kak Jingga, batin Mentari.
Akhirnya Mentari memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
Betapa terkejutnya Mentari ketika masuk rumah, karena dia melihat Ibunya menangis dalam pelukan sang Ayah.
"Pak kenapa Ibu menangis?" tanya Mentari.
"Ibu tidak apa-apa Nak," jawab Bu Rani mencoba berbohong kepada Mentari.
"Ibu tidak bercerita pun Mentari tau betul jika penyebab Ibu menangis adalah Kak Jingga kan?" ujar Mentari.
"Iya Nak, Kakakmu tega mengambil semua uang yang Ibumu punya, padahal itu uang modal dan untuk belanja besok" ujar Pak Hasan.
"Kak Jingga sudah keterlaluan, tega-teganya dia melakukan semua itu," ujar Mentari.
"Bapak juga gak habis pikir dengan kelakuan Jingga yang semakin hari semakin menjadi-jadi," ujar Pak Hasan dengan meneteskan airmata.
"Ibu jangan sedih ya, barusan Mentari habis gajihan, ini uangnya bisa Ibu pakai untuk modal," ujar Mentari dengan memberikan amplop gaji nya yang belum dia buka kepada Ibunya.
"Tapi Nak kasihan kamu jika semua gaji Mentari selalu diberikan kepada Ibu, Mentari juga kan harus punya pegangan," ujar Bu Rima yang merasa bersalah terhadap Mentari.
"Tidak apa-apa Bu, Mentari kan kerjanya juga dekat jadi bisa jalan kaki, terus Mentari dikasih makan juga di sana, jadi Mentari gak harus pegang uang," ujar Mentari.
"Sungguh mulia sekali hatimu Nak, maafkan kami yang selalu saja merepotkan," ujar Bu Rima dengan memeluk tubuh Mentari.
"Ibu jangan berkata seperti itu, karena Ibu dan Bapak adalah orang yang paling berharga untuk Mentari," ujar Mentari.
"Ya sudah sebaiknya Mentari istirahat dulu, makasih banyak ya Nak atas semuanya," ujar Bu Rima yang dibalas anggukan kepala dan senyuman oleh Mentari.
Akhirnya Mentari pun masuk ke dalam kamarnya, lalu dia menunaikan Shalat Isya dulu sebelum tidur.
Ya Allah berikanlah kelancaran kepada hamba dalam mencari rezeki, Mentari ingin sekali membuat Ibu dan Bapak bahagia, ujar Mentari di dalam do'anya.
Jingga baru pulang dari pesta hampir tengah malam, dan Fahri merasa tidak enak sehingga dia memutuskan untuk menemui orangtua Jingga terlebih dahulu karena ingin meminta maaf sebab mereka berdua pulang terlalu malam.
"Sayang, aku ingin bertemu dengan orangtuamu ya, aku mau minta maaf karena kita sudah pulang kemalaman," ujar Fahri.
Jingga nampak berpikir karena dia tidak ingin Fahri mengetahui kebohongannya.
Aku tidak mungkin membawa Fahri ke rumahku yang seperti gubuk itu, aku tidak mau kalau Fahri memutuskan hubungan kami karena aku anak orang miskin, batin Jingga.
"Lain kali aja ya sayang, sekarang orangtuaku lagi pergi keluar Negri, sebagai gantinya aku bersedia jika besok kamu mau mengenalkan aku kepada Ibumu," ujar Jingga.
"Oh gitu, ya sudah tapi lain kali kamu harus kenalin aku sama keluargamu ya, dan makasih banyak ya sayang karena kamu sudah bersedia untuk bertemu dengan Ibuku, dari dulu aku selalu ingin mengenalkan pujaan hatiku ini kepada Ibu, besok aku jemput ya," ujar Fahri dengan mengelus lembut rambut Jingga.
Akhirnya Jingga pun turun di depan rumah mewah yang selalu dia akui sebagai rumahnya, dan setelah Fahri pergi dari sana dia langsung bergegas menuju tempat tinggal yang sebenarnya.
Untung aja aku punya alasan untuk membohongi Fahri tentang kedua orangtuaku, kalau tidak aku bisa malu karena harus membawanya ke gubuk derita ini, batin Jingga.
Jingga pun masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan Salam, padahal dia melihat Ibunya yang masih setia menunggu kepulangannya.
"Kamu baru pulang Nak?" tanya Bu Rima.
"Gak usah basa basi deh Bu, Ibu kan lihat sendiri aku baru pulang jadi gak perlu nanya hal yang gak penting lagi !" bentak Jingga.
"Astagfirulloh Nak, Ibu khawatir sama kamu, makanya Ibu memutuskan untuk menunggu kamu sampai pulang," ujar Bu Rima dengan meneteskan airmata.
"Bisanya cuma nangis, kenapa sih semua orang di rumah ini selalu membuat aku muak? rasanya aku ingin segera pergi dari gubuk derita ini !" teriak Jingga dengan masuk ke dalam kamarnya.
Ya Allah ampunilah semua dosa Anak hamba, semoga saja Jingga segera berubah menjadi lebih baik lagi, batin Bu Rima dengan meneteskan airmata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
lakban mn lakban + dus bsr kl ada..pengen masukin ank durhakim trs dibuang ke laut aja
2023-10-21
1
himawatidewi satyawira
buang aja pak ank ndak tahu diri itu, dilempar ke hutan sekalian..
2023-10-21
1
himawatidewi satyawira
honey..honey...klakuan bikin pengen nyetrika mulutnya...
2023-10-21
1