Hari yang ditunggu-tunggu oleh Mentari dan Fahri pun kini telah tiba, pagi ini Mentari sudah terlihat cantik dengan mengenakan kebaya pernikahannya.
"Subhanallah, Anak Ibu cantik sekali," ujar Bu Rima yang kini melihat Mentari yang sudah selesai di dandani.
"Terimakasih banyak ya Bu atas semuanya, karena Ibu dan Bapak selama ini sudah membesarkan Mentari dengan penuh kasih sayang," ucap Mentari dengan meneteskan airmata.
"Ibu dan Bapak yang seharusnya berterimakasih atas semua yang telah dilakukan oleh Mentari, berkat kerja keras Mentari kami masih bisa bertahan sampai saat ini, dan berkat Nak Fahri juga sekarang kita mempunyai rumah yang layak untuk di huni, sekarang hapus airmata Mentari karena calon Suami Mentari saat ini sudah menunggu di depan penghulu," ucap Bu Rima.
Bu Rima kini menggandeng Mentari untuk keluar dari kamar pengantinnya menuju acara ijab kabul. Semua mata kini tertuju kepada Mentari karena dia terlihat begitu cantik.
Fahri tiada hentinya mengucap syukur karena bisa mendapatkan perempuan sebaik dan secantik Mentari yang akan menjadi istrinya.
Terimakasih Ya Allah karena engkau telah mengirimkan bidadari surga dalam hidupku, ucap Fahri dalam hati.
Mentari kini telah duduk di samping Fahri, dan Fahri pun terlihat enggan mengalihkan pandangannya dari wajah Mentari yang cantik tiada duanya.
"Nak Fahri bagaimana, apa Nak Fahri sudah siap?" tanya Pak penghulu.
"Insyaallah saya sudah siap Pak," ucap Fahri dengan mantap.
"Kalau begitu Nak Fahri silahkan jabat tangan Pak Hasan yang akan menjadi Wali Nikah Nak Mentari," ujar Pak Penghulu.
Setelah Fahri menjabat tangan calon mertuanya, Pak Hasan pun kemudian memulai acara ijab kabul Pernikahan Fahri dan Mentari.
"Bismillahirrahmanirrahim, Ananda Fahri Bin Ahmad, saya Nikahkan dan kawinkan engkau dengan Putri kandung saya yang bernama Mentari bin Hasan dengan mas kawin seperangkat alat Shalat dan emas seberat seratus gram dibayar tunai."
"Saya terima Nikah dan Kawinnya Mentari Bin Hasan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Fahri dengan lantang.
"Bagaimana para saksi Sah?" tanya Pak penghulu.
"Sah..sah..sah"
"Alhamdulillah...." ucap semua yang hadir di sana.
Setelah selesai pembacaan do'a pernikahan dan penandatanganan Buku Nikah, Mentari dan Fahri kini bertukar cincin Pernikahan, lalu Mentari mencium tangan Fahri yang saat ini sudah Sah menjadi Suaminya.
"Terimakasih ya sayang, karena Mentari sudah berkenan menerima mas Fahri sebagai Suami Mentari. Semoga mas Fahri bisa membimbing Mentari ke jalan yang benar dan semoga rumah tangga kita mendapatkan ridha Allah SWT, Amin." ucap Fahri dengan mencium kening Mentari.
Bu Asih dan orangtua Mentari kini terlihat menitikkan airmata kebahagiaan atas pernikahan Putra-Putri mereka.
Fahri dan Mentari kini menghampiri orangtua mereka untuk sungkeman.
"Mentari, Ibu titip Anak Ibu satu-satunya ya, Ibu yakin jika Mentari akan menjadi istri yang baik untuk Fahri," ucap Bu Asih dengan mengelus lembut punggung Mentari.
"Insyaallah Bu, Mentari akan berusaha menjadi Istri yang baik untuk mas Fahri," ucap Mentari dengan mencium punggung tangan Bu Asih.
"Nak Fahri, Bapak dan Ibu titip Mentari ya, Bimbing dia supaya menjadi Istri yang Saleha, ingatkan Mentari apabila lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang Istri," ucap Pak Hasan dan Bu Rima.
Setelah acara sungkeman selesai, Mentari dan keluarga kini melakukan acara foto-foto untuk kenang-kenangan. Mereka semua terlihat sangat bahagia, tapi tidak dengan Jingga yang sebenarnya hadir secara sembunyi-sembunyi di acara tersebut.
Jingga sudah merencanakan hal buruk terhadap Mentari dan Fahri yang akan langsung berangkat bulan madu ke Puncak.
Sebelum acara Pernikahan Fahri dan Mentari di gelar, Jingga sempat mendengar Fahri berbicara dengan supir pribadinya.
"Pak, rencananya setelah acara Pernikahan saya dan Mentari selesai, saya akan langsung berbulan madu ke puncak, jadi Bapak nanti bisa langsung pulang karena saya sendiri yang akan membawa mobilnya," ucap Fahri.
"Baik Pak Fahri," jawab Supir pribadi Fahri.
Jingga yang mendengar perkataan Fahri pun terbesit perbuatan jahat, sehingga ketika semua orang lengah Jingga menyuruh orang untuk merusak rem mobil Fahri.
Jika aku tidak bisa memilikimu, maka Mentari pun tidak akan pernah bisa memilikimu Fahri, karena aku tidak akan rela jika sesuatu yang pernah aku miliki di rebut oleh orang lain, apalagi harus melihat kalian berdua bahagia !! batin Jingga dengan tersenyum licik.
Setelah menyelesaikan serangkaian acara pernikahan, Mentari dan Fahri pun kini masuk ke dalam kamar untuk berganti baju dan melaksanakan Shalat dzuhur terlebih dahulu sebelum mereka berdua pergi bulan madu ke Puncak.
"Sayang terimakasih ya atas semuanya," ucap Fahri yang kini memeluk tubuh Mentari dari belakang.
"Mentari yang seharusnya berterimakasih, karena kehadiran mas Fahri telah membawa kebahagiaan ke dalam kehidupan Mentari dan keluarga."
"Mas sangat beruntung bisa memiliki Mentari, dan mas harap Mentari tidak akan melepas jilbab selain di depan mas Fahri," ujar Fahri dengan membantu membuka hiasan di atas kepala Mentari yang tertutup jilbab.
"Mas merem dulu ya, Mentari mau ganti baju," pinta Mentari karena dia masih malu.
"Kenapa harus merem? nanti malam juga mas pasti melihat semuanya," ujar Fahri dengan berbisik di telinga Mentari, sehingga membuat Mentari semakin malu.
Fahri tiba-tiba mendekatkan bibirnya ke bibir Mentari. Mentari yang mendapatkan ciuman dari Suaminya pun hanya bisa pasrah menerima semuanya, karena sekarang Fahri sudah halal melakukannya.
Setelah beberapa saat Fahri pun melepaskan ciumannya karena dia tidak mau sampai membangunkan hasrat dalam tubuhnya.
"Kalau aja kita gak ada niat untuk pergi berbulan madu sekarang, mas pasti sudah memakanmu,," ucap Fahri secara ambigu.
"Memangnya aku makanan apa," jawab Mentari dengan tersenyum manis.
"Ya sudah sekarang Mentari bersih-bersih dulu sana, kalau deket-deket terus, mas nanti gak bisa nahan lapar lagi," ucap Fahri dengan terkekeh.
Setelah Fahri dan Mentari selesai bersih-bersih, mereka berdua pun langsung melaksanakan Shalat Dzuhur secara berjamaah untuk yang pertama kali sebagai sepasang Suami-istri.
Mentari kini mencium punggung tangan Suaminya dengan hidmat, dan Fahri pun mengecup kening istrinya dengan penuh kasih sayang.
"Mas tiada hentinya bersyukur atas kebahagiaan yang telah Allah SWT berikan kepada kita berdua sayang, semoga saja kita bisa selalu bersama dan hanya maut yang dapat memisahkan kita," ujar Fahri dengan memeluk tubuh Mentari dengan erat.
Entah kenapa rasanya Fahri merasa berat untuk melepaskan pelukannya, begitu juga dengan Mentari yang terus saja merasa gelisah.
Sampai akhirnya pelukan mereka berdua terlepas karena mendengar suara ketukan pintu kamar mereka.
Tok..tok..tok..
Mentari dan Fahri pun bergegas membuka pintu, dan ternyata Bu Asih yang telah mengetuknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
meli meilia
firasat perpisahan kah?🥺🥺🥺
2022-10-09
1
meli meilia
astaghfirullah..
2022-10-09
1
auliasiamatir
kayaknya nanti ceritanya mentari bakal jadi janda muda yah, atau Fahri bakal kenapa kenap gitu.. trus mertuanya benci...
ah. jadi nebak nebak gini
2022-10-06
1