Mentari secara perlahan membuka matanya, dia merasa terkejut karena sudah berada di dalam sebuah kamar.
"Dimana aku? kenapa aku bisa berada di sini," gumam Mentari dengan melihat ke sekelilingnya.
Mata Mentari terhenti pada saat melihat sosok lelaki yang kini tidur di sampingnya sehingga Mentari berteriak.
Aaaaaaaaaaaa
Angga yang mendengar teriakan Mentari pun langsung terbangun dari tidurnya.
"Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga," ucap Angga.
"Bang Angga, kenapa Mentari bisa ada di sini? apa yang sudah Bang Angga lakuin? kenapa kita bisa tidur satu ranjang?" Mentari memberondong Angga dengan pertanyaan, kemudian dia menangis karena mengira jika Angga telah berbuat yang tidak-tidak kepadanya.
"Bisa gak nanyanya satu-satu?" tanya Angga.
"Mentari sebaiknya minum dulu," ujar Angga dengan memberikan segelas air kepada Mentari.
Mentari yang memang kehausan pun langsung meminum air tersebut hingga tandas tak tersisa.
"Mentari tenang saja, Bang Angga juga gak ngapa-ngapain Mentari kok. Maaf karena Bang Angga sudah ketiduran di sini sehingga membuat Mentari salah paham. Tapi Bang Angga bingung, kenapa tadi Mentari bisa sampai pingsan di tengah jalan? Apa yang sebenarnya sudah terjadi?" taya Angga.
Bukannya menjawab pertanyaan Angga, tapi Mentari kini malah menangis, sehingga membuat Angga merasa Iba lalu memeluknya.
"Maaf Bang, tolong lepasin pelukannya karena kita bukan muhrim, dan Mentari sekarang adalah seorang Istri," ucap Mentari, sehingga jantung Angga rasanya berhenti berdetak mendengar perkataan Mentari, lalu secara perlahan Angga melepas pelukannya.
"Jadi Mentari sudah menikah?" tanya Angga dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Iya Bang, Mentari dan Mas Fahri kemarin sudah melakukan ijab kabul Pernikahan," jawab Mentari yang kini kembali terisak karena mengingat mendiang Suaminya.
"Jadi Fahri yang sudah menikah dengan Mentari? lalu kenapa Mentari sekarang menangis? apa Fahri sudah menyakiti hati Mentari?" tanya Angga.
"Sebenarnya setelah kami Sah menjadi pasangan Suami-istri, mas Fahri mengantar Ibunya pulang, tapi naas karena mobil yang Mas Fahri dan Ibunya tumpangi mengalami kecelakaan lalu masuk ke dalam jurang," jelas Mentari.
"Lalu bagaimana keadaan Fahri dan Bu Asih sekarang?" tanya Angga yang terlihat cemas, karena bagaimanapun juga Fahri adalah teman baiknya meskipun setiap bertemu mereka selalu bertengkar, dan bagi Angga, Bu Asih juga sudah seperti Ibu Kandungnya sendiri.
"Mas Fahri dan Bu Asih meninggal dunia Bang, dan tadi Mentari baru pulang dari pemakamannya," jawab Mentari dengan tangisannya yang semakin kencang.
"Innalillahi..Mentari yang sabar ya, Mentari pasti bisa melewati semua ini," ucap Angga dengan kembali memeluk tubuh Mentari.
Jadi Mentari sekarang seorang Janda? aku tidak peduli dengan statusmu Mentari, yang pasti aku akan terus mengejar cintamu, sampai kamu jatuh kedalam pelukanku, batin Angga.
Mentari yang sadar telah dipeluk oleh Angga pun kembali mengingatkan Angga.
"Bang, bisa gak lepasin pelukannya," pinta Mentari.
"Eh iya Bang Angga keenakan," jawab Angga dengan cengengesan.
"Astagfirullah, kenapa Mentari bisa memakai baju ini? siapa yang sudah menggantinya?" tanya Mentari, dan Angga hanya menunduk karena takut Mentari marah.
"Sebenarnya Bang Angga yang sudah mengganti baju Mentari, soalnya tadi baju Mentari basah dan di sini gak ada orang lain selain Bang Angga," jawab Angga dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Jadi Bang Angga sudah melihat semuanya?"
"Enggak kok, Bang Angga gak lihat apa-apa, tadi Bang Angga kan tutupin tubuh Mentari pakai selimut waktu gantiin pakaian Mentari," tapi ada yang ke pegang sih dikit, lanjut Angga dalam hati.
"Kenapa sih Bang Angga gak biarin Mentari pake baju basah saja?"
"Abang gak mau kalau sampai Mentari sakit," jawab Angga, sehingga Mentari hanya terdiam tanpa membalas perkataan Angga.
"Harusnya Bang Angga biarin Mentari sakit, supaya Mentari bisa menyusul Mas Fahri, Mentari juga hanya pembawa sial Bang, makanya Suami dan Mertua Mentari meninggal," ucap Mentari.
"Astagfirullah Mentari, kenapa kamu berkata seperti itu? Fahri dan Bu Asih juga meninggal karena sudah takdir. Mentari harus ingat bahwa yang namanya hidup dan mati seseorang sudah diatur oleh Allah SWT," ujar Angga.
"Tapi Kak Jingga bilang kalau Mentari yang menyebabkan semuanya dan sudah menularkan sial kepada orang yang dekat dengan Mentari."
"Apa Mentari tidak berpikir kalau Jingga berkata seperti itu karena dia merasa iri terhadap Mentari. Jingga dulu adalah mantan pacar Fahri, jadi dia pasti tidak rela kalau melihat Fahri menikah dengan perempuan lain," jelas Angga, sehingga membuat perasaan Mentari sedikit lega.
"Terimakasih ya Bang karena sudah mengingatkan Mentari, terimakasih juga karena Bang Angga sudah menolong Mentari. Kalau begitu Mentari pamit ya, kasihan Ibu dan Bapak pasti mengkhawatirkan Mentari. Oh iya, maaf bajunya Mentari pinjam dulu," ujar Mentari dengan kembali memakai jilbabnya yang sempat dilepas oleh Angga.
"Baju itu memang Abang beli untuk kamu Mentari, Bang Angga gak bakalan ngizinin mentari pulang sendiri, jadi biarkan Abang mengantar Mentari ya, Abang juga mau sekalian ikut tahlil."
Mentari terpaksa menganggukan kepalanya karena tidak enak jika menolak tawaran Angga.
Mulai sekarang aku berjanji akan selalu ada untuk Mentari dan menggantikan posisi kamu Fahri. Perjuangan cinta kamu dimulai Angga, batin Angga dengan tersenyum bahagia.
Angga pun kini mengantar Mentari untuk pulang. Sepanjang perjalanan, Mentari sama sekali tidak mengeluarkan suara, dan dia hanya melamun dengan menatap ke arah luar jendela.
Mas Fahri, Mentari kangen. Seandainya mas Fahri masih hidup, mungkin saat ini kita sedang berbahagia, batin Mentari, lalu kemudian dia meneteskan airmata.
Angga sangat mengerti dengan keadaan Mentari saat ini, sehingga Angga juga tidak berani angkat bicara.
Bang Angga mengerti dengan perasaan Mentari saat ini, Bang Angga janji akan berjuang untuk mendapatkan hati Mentari dan akan selalu membuat Mentari bahagia, batin Angga.
Satu jam kemudian mereka berdua akhirnya sampai di rumah Mentari, Angga turun terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk Mentari.
Tetangga Mentari yang kebetulan lewat dan melihat Mentari bersama laki-laki pun angkat bicara.
"Baru juga Suaminya meninggal, eh udah ada aja tuh penggantinya," sindir Ibu tersebut, sehingga Mentari tertunduk sedih.
Angga pun tidak tinggal diam, dan dia langsung menghampiri Ibu-ibu yang mencemooh mentari.
"Maaf Bu, sebaiknya jaga mulut Ibu, Mentari itu perempuan baik-baik," ucap Angga.
"Eh mas, kalau perempuan baik-baik gak mungkin bawa lelaki lain pulang ke rumahnya, bahkan mendiang Suaminya saja baru dikuburkan."
"Maaf Bu, kalau gak tau apa-apa sebaiknya tidak usah berkomentar," ujar Angga.
"Mas Angga sudah, Mentari gak apa-apa kok. Mungkin memang nasib Mentari seperti ini. Terimakasih banyak ya Bu atas pujiannya, semoga amal ibadah Ibu berpindah kepada Mentari," sindir Mentari kemudian berlalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Ibu-ibu yang nyinyir padanya dengan keadaan diam mematung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Noviyanti
tuh muluttt
2022-11-13
1
Nia sumania
ada yang kepegang🤭🤭
2022-10-19
1
Inru
Lama tak mampir sudah silver aja kamu thor ... selamat ya
Itu sebagian hasil kerja keras kamu
2022-10-13
2