Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )

Mentari secara perlahan membuka matanya, dia merasa terkejut karena sudah berada di dalam sebuah kamar.

"Dimana aku? kenapa aku bisa berada di sini," gumam Mentari dengan melihat ke sekelilingnya.

Mata Mentari terhenti pada saat melihat sosok lelaki yang kini tidur di sampingnya sehingga Mentari berteriak.

Aaaaaaaaaaaa

Angga yang mendengar teriakan Mentari pun langsung terbangun dari tidurnya.

"Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga," ucap Angga.

"Bang Angga, kenapa Mentari bisa ada di sini? apa yang sudah Bang Angga lakuin? kenapa kita bisa tidur satu ranjang?" Mentari memberondong Angga dengan pertanyaan, kemudian dia menangis karena mengira jika Angga telah berbuat yang tidak-tidak kepadanya.

"Bisa gak nanyanya satu-satu?" tanya Angga.

"Mentari sebaiknya minum dulu," ujar Angga dengan memberikan segelas air kepada Mentari.

Mentari yang memang kehausan pun langsung meminum air tersebut hingga tandas tak tersisa.

"Mentari tenang saja, Bang Angga juga gak ngapa-ngapain Mentari kok. Maaf karena Bang Angga sudah ketiduran di sini sehingga membuat Mentari salah paham. Tapi Bang Angga bingung, kenapa tadi Mentari bisa sampai pingsan di tengah jalan? Apa yang sebenarnya sudah terjadi?" taya Angga.

Bukannya menjawab pertanyaan Angga, tapi Mentari kini malah menangis, sehingga membuat Angga merasa Iba lalu memeluknya.

"Maaf Bang, tolong lepasin pelukannya karena kita bukan muhrim, dan Mentari sekarang adalah seorang Istri," ucap Mentari, sehingga jantung Angga rasanya berhenti berdetak mendengar perkataan Mentari, lalu secara perlahan Angga melepas pelukannya.

"Jadi Mentari sudah menikah?" tanya Angga dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Iya Bang, Mentari dan Mas Fahri kemarin sudah melakukan ijab kabul Pernikahan," jawab Mentari yang kini kembali terisak karena mengingat mendiang Suaminya.

"Jadi Fahri yang sudah menikah dengan Mentari? lalu kenapa Mentari sekarang menangis? apa Fahri sudah menyakiti hati Mentari?" tanya Angga.

"Sebenarnya setelah kami Sah menjadi pasangan Suami-istri, mas Fahri mengantar Ibunya pulang, tapi naas karena mobil yang Mas Fahri dan Ibunya tumpangi mengalami kecelakaan lalu masuk ke dalam jurang," jelas Mentari.

"Lalu bagaimana keadaan Fahri dan Bu Asih sekarang?" tanya Angga yang terlihat cemas, karena bagaimanapun juga Fahri adalah teman baiknya meskipun setiap bertemu mereka selalu bertengkar, dan bagi Angga, Bu Asih juga sudah seperti Ibu Kandungnya sendiri.

"Mas Fahri dan Bu Asih meninggal dunia Bang, dan tadi Mentari baru pulang dari pemakamannya," jawab Mentari dengan tangisannya yang semakin kencang.

"Innalillahi..Mentari yang sabar ya, Mentari pasti bisa melewati semua ini," ucap Angga dengan kembali memeluk tubuh Mentari.

Jadi Mentari sekarang seorang Janda? aku tidak peduli dengan statusmu Mentari, yang pasti aku akan terus mengejar cintamu, sampai kamu jatuh kedalam pelukanku, batin Angga.

Mentari yang sadar telah dipeluk oleh Angga pun kembali mengingatkan Angga.

"Bang, bisa gak lepasin pelukannya," pinta Mentari.

"Eh iya Bang Angga keenakan," jawab Angga dengan cengengesan.

"Astagfirullah, kenapa Mentari bisa memakai baju ini? siapa yang sudah menggantinya?" tanya Mentari, dan Angga hanya menunduk karena takut Mentari marah.

"Sebenarnya Bang Angga yang sudah mengganti baju Mentari, soalnya tadi baju Mentari basah dan di sini gak ada orang lain selain Bang Angga," jawab Angga dengan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jadi Bang Angga sudah melihat semuanya?"

"Enggak kok, Bang Angga gak lihat apa-apa, tadi Bang Angga kan tutupin tubuh Mentari pakai selimut waktu gantiin pakaian Mentari," tapi ada yang ke pegang sih dikit, lanjut Angga dalam hati.

"Kenapa sih Bang Angga gak biarin Mentari pake baju basah saja?"

"Abang gak mau kalau sampai Mentari sakit," jawab Angga, sehingga Mentari hanya terdiam tanpa membalas perkataan Angga.

"Harusnya Bang Angga biarin Mentari sakit, supaya Mentari bisa menyusul Mas Fahri, Mentari juga hanya pembawa sial Bang, makanya Suami dan Mertua Mentari meninggal," ucap Mentari.

"Astagfirullah Mentari, kenapa kamu berkata seperti itu? Fahri dan Bu Asih juga meninggal karena sudah takdir. Mentari harus ingat bahwa yang namanya hidup dan mati seseorang sudah diatur oleh Allah SWT," ujar Angga.

"Tapi Kak Jingga bilang kalau Mentari yang menyebabkan semuanya dan sudah menularkan sial kepada orang yang dekat dengan Mentari."

"Apa Mentari tidak berpikir kalau Jingga berkata seperti itu karena dia merasa iri terhadap Mentari. Jingga dulu adalah mantan pacar Fahri, jadi dia pasti tidak rela kalau melihat Fahri menikah dengan perempuan lain," jelas Angga, sehingga membuat perasaan Mentari sedikit lega.

"Terimakasih ya Bang karena sudah mengingatkan Mentari, terimakasih juga karena Bang Angga sudah menolong Mentari. Kalau begitu Mentari pamit ya, kasihan Ibu dan Bapak pasti mengkhawatirkan Mentari. Oh iya, maaf bajunya Mentari pinjam dulu," ujar Mentari dengan kembali memakai jilbabnya yang sempat dilepas oleh Angga.

"Baju itu memang Abang beli untuk kamu Mentari, Bang Angga gak bakalan ngizinin mentari pulang sendiri, jadi biarkan Abang mengantar Mentari ya, Abang juga mau sekalian ikut tahlil."

Mentari terpaksa menganggukan kepalanya karena tidak enak jika menolak tawaran Angga.

Mulai sekarang aku berjanji akan selalu ada untuk Mentari dan menggantikan posisi kamu Fahri. Perjuangan cinta kamu dimulai Angga, batin Angga dengan tersenyum bahagia.

Angga pun kini mengantar Mentari untuk pulang. Sepanjang perjalanan, Mentari sama sekali tidak mengeluarkan suara, dan dia hanya melamun dengan menatap ke arah luar jendela.

Mas Fahri, Mentari kangen. Seandainya mas Fahri masih hidup, mungkin saat ini kita sedang berbahagia, batin Mentari, lalu kemudian dia meneteskan airmata.

Angga sangat mengerti dengan keadaan Mentari saat ini, sehingga Angga juga tidak berani angkat bicara.

Bang Angga mengerti dengan perasaan Mentari saat ini, Bang Angga janji akan berjuang untuk mendapatkan hati Mentari dan akan selalu membuat Mentari bahagia, batin Angga.

Satu jam kemudian mereka berdua akhirnya sampai di rumah Mentari, Angga turun terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk Mentari.

Tetangga Mentari yang kebetulan lewat dan melihat Mentari bersama laki-laki pun angkat bicara.

"Baru juga Suaminya meninggal, eh udah ada aja tuh penggantinya," sindir Ibu tersebut, sehingga Mentari tertunduk sedih.

Angga pun tidak tinggal diam, dan dia langsung menghampiri Ibu-ibu yang mencemooh mentari.

"Maaf Bu, sebaiknya jaga mulut Ibu, Mentari itu perempuan baik-baik," ucap Angga.

"Eh mas, kalau perempuan baik-baik gak mungkin bawa lelaki lain pulang ke rumahnya, bahkan mendiang Suaminya saja baru dikuburkan."

"Maaf Bu, kalau gak tau apa-apa sebaiknya tidak usah berkomentar," ujar Angga.

"Mas Angga sudah, Mentari gak apa-apa kok. Mungkin memang nasib Mentari seperti ini. Terimakasih banyak ya Bu atas pujiannya, semoga amal ibadah Ibu berpindah kepada Mentari," sindir Mentari kemudian berlalu masuk ke dalam rumah meninggalkan Ibu-ibu yang nyinyir padanya dengan keadaan diam mematung.

Terpopuler

Comments

Noviyanti

Noviyanti

tuh muluttt

2022-11-13

1

Nia sumania

Nia sumania

ada yang kepegang🤭🤭

2022-10-19

1

Inru

Inru

Lama tak mampir sudah silver aja kamu thor ... selamat ya


Itu sebagian hasil kerja keras kamu

2022-10-13

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Mentari )
2 Bab 2 ( Diam adalah Emas )
3 Bab 3 ( Semakin menjadi-jadi )
4 Bab 4 ( Bertemu Calon Mertua )
5 Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )
6 Bab 6 ( Kegilaan Jingga )
7 Bab 7 ( Jingga Hilang )
8 Bab 8 ( Berebut Mentari )
9 Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )
10 Bab 10 ( Ciuman Pertama Mentari )
11 Bab 11 ( Restu dari Ibu dan Bapak )
12 Bab 12 ( Jingga Anak Durhaka )
13 Bab 13 ( Pernikahan Jingga yang membuat malapetaka )
14 Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )
15 Bab 15 ( Permintaan Fahri )
16 Bab 16 ( Pernikahan Mentari dan Fahri )
17 Bab 17 ( Kecelakaan maut )
18 Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )
19 Bab 19 ( Pembawa sial )
20 Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )
21 Bab 21 ( Menjadi Janda bukanlah pilihan )
22 Bab 22 ( Ada udang di balik batu )
23 Bab 23 ( Akan tetap menunggu )
24 Bab 24 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
25 Bab 25 ( Harta peninggalan Fahri )
26 Bab 26 ( Getaran aneh dalam dada )
27 Bab 27 ( Penculikan Mentari )
28 Bab 28 ( Dokter Cinta )
29 Bab 29 ( Pernikahan tanpa restu )
30 Bab 30 ( Hasil merebut, pasti direbut juga )
31 Bab 31 ( Siang pertama Mentari dan Angga )
32 Bab 32 ( Berita suka dan Duka )
33 Bab 33 ( Kedatangan keluarga Angga )
34 Bab 34 ( Menantu Benalu )
35 Bab 35 ( Pesta di atas duka )
36 Bab 36 ( Disuruh jualan )
37 Bab 37 ( Tuduhan Selingkuh )
38 Bab 38 ( Rencana licik Jingga )
39 Bab 39 ( Menjagamu dengan Do'a )
40 Bab 40 ( Jingga dan David semakin menjadi-jadi )
41 Bab 41 ( Hinaan Sandra terhadap orangtua Mentari )
42 Bab 42 ( Senjata makan Tuan )
43 Bab 43 ( Jingga mulai beraksi )
44 Bab 44 ( Kehadiran Jingga membawa luka )
45 Bab 45 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )
46 Bab 46 ( Usaha Fajar membantu Mentari )
47 Bab 47 ( Obat Penguras Perut )
48 Bab 48 ( Keracunan di Panti Asuhan )
49 Bab 49 ( Godaan Jingga )
50 Bab 50 ( Kesalahpahaman Angga terhadap Mentari )
51 Bab 51 ( Membuat keretakan dalam rumah tangga Mentari dan Angga )
52 Bab 52 ( Rencana yang gagal total )
53 Bab 53 ( Jatuh kedalam pelukan David )
54 Bab 54 ( Kesialan Jingga )
55 Bab 55 ( Fajar menyelamatkan Mentari )
56 Bab 56 ( Fajar Amnesia )
57 Bab 57 ( Jingga Hamil )
58 Bab 58 ( Pilihan yang sulit )
59 Bab 59 ( Mimpi buruk )
60 Bab 60 ( Jebakan Jingga )
61 Bab 61 ( Penyesalan Angga )
62 Bab 62 ( Perubahan sikap Angga )
63 Bab 63 ( Pasangan Benalu )
64 Bab 64 ( Adikku sayang, Adikku malang )
65 Bab 65 ( Kejujuran Angga )
66 Bab 66 ( Ingatan yang mulai kembali )
67 Bab 67 ( Stella Hamil )
68 Bab 68 ( Pesona David )
69 Bab 69 ( David berada dalam Dilema )
70 Bab 70 ( Pernikahan Dadakan )
71 Pengumuman
72 Pengumuman
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 ( Mentari )
2
Bab 2 ( Diam adalah Emas )
3
Bab 3 ( Semakin menjadi-jadi )
4
Bab 4 ( Bertemu Calon Mertua )
5
Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )
6
Bab 6 ( Kegilaan Jingga )
7
Bab 7 ( Jingga Hilang )
8
Bab 8 ( Berebut Mentari )
9
Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )
10
Bab 10 ( Ciuman Pertama Mentari )
11
Bab 11 ( Restu dari Ibu dan Bapak )
12
Bab 12 ( Jingga Anak Durhaka )
13
Bab 13 ( Pernikahan Jingga yang membuat malapetaka )
14
Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )
15
Bab 15 ( Permintaan Fahri )
16
Bab 16 ( Pernikahan Mentari dan Fahri )
17
Bab 17 ( Kecelakaan maut )
18
Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )
19
Bab 19 ( Pembawa sial )
20
Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )
21
Bab 21 ( Menjadi Janda bukanlah pilihan )
22
Bab 22 ( Ada udang di balik batu )
23
Bab 23 ( Akan tetap menunggu )
24
Bab 24 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
25
Bab 25 ( Harta peninggalan Fahri )
26
Bab 26 ( Getaran aneh dalam dada )
27
Bab 27 ( Penculikan Mentari )
28
Bab 28 ( Dokter Cinta )
29
Bab 29 ( Pernikahan tanpa restu )
30
Bab 30 ( Hasil merebut, pasti direbut juga )
31
Bab 31 ( Siang pertama Mentari dan Angga )
32
Bab 32 ( Berita suka dan Duka )
33
Bab 33 ( Kedatangan keluarga Angga )
34
Bab 34 ( Menantu Benalu )
35
Bab 35 ( Pesta di atas duka )
36
Bab 36 ( Disuruh jualan )
37
Bab 37 ( Tuduhan Selingkuh )
38
Bab 38 ( Rencana licik Jingga )
39
Bab 39 ( Menjagamu dengan Do'a )
40
Bab 40 ( Jingga dan David semakin menjadi-jadi )
41
Bab 41 ( Hinaan Sandra terhadap orangtua Mentari )
42
Bab 42 ( Senjata makan Tuan )
43
Bab 43 ( Jingga mulai beraksi )
44
Bab 44 ( Kehadiran Jingga membawa luka )
45
Bab 45 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )
46
Bab 46 ( Usaha Fajar membantu Mentari )
47
Bab 47 ( Obat Penguras Perut )
48
Bab 48 ( Keracunan di Panti Asuhan )
49
Bab 49 ( Godaan Jingga )
50
Bab 50 ( Kesalahpahaman Angga terhadap Mentari )
51
Bab 51 ( Membuat keretakan dalam rumah tangga Mentari dan Angga )
52
Bab 52 ( Rencana yang gagal total )
53
Bab 53 ( Jatuh kedalam pelukan David )
54
Bab 54 ( Kesialan Jingga )
55
Bab 55 ( Fajar menyelamatkan Mentari )
56
Bab 56 ( Fajar Amnesia )
57
Bab 57 ( Jingga Hamil )
58
Bab 58 ( Pilihan yang sulit )
59
Bab 59 ( Mimpi buruk )
60
Bab 60 ( Jebakan Jingga )
61
Bab 61 ( Penyesalan Angga )
62
Bab 62 ( Perubahan sikap Angga )
63
Bab 63 ( Pasangan Benalu )
64
Bab 64 ( Adikku sayang, Adikku malang )
65
Bab 65 ( Kejujuran Angga )
66
Bab 66 ( Ingatan yang mulai kembali )
67
Bab 67 ( Stella Hamil )
68
Bab 68 ( Pesona David )
69
Bab 69 ( David berada dalam Dilema )
70
Bab 70 ( Pernikahan Dadakan )
71
Pengumuman
72
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!