Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )

Suara Bu Asih kini memecah ketegangan yang berada di dalam ruangan tersebut.

"Jingga, apa kamu mengenal mentari?" tanya Bu Asih.

"Tidak Bu," ujar Jingga berbohong, sehingga Mentari kini meneteskan airmatanya.

"Kamu yakin tidak mengenalnya?" tanya Bu Asih dengan tersenyum tipis mengejek Jingga.

"Yakin lah, mana mungkin saya kenal dengan seorang pelayan," jawab Jingga yang sudah keceplosan, sehingga jawabannya membuat Bu Asih dan Fahri membulatkan matanya seakan tak percaya jika Jingga sangatlah angkuh.

"Kamu dengar sendiri kan Fahri dengan jawaban perempuan yang kamu puja-puja itu," ujar Bu Asih.

"Jingga pasti tidak bermaksud merendahkan Mentari Bu, mungkin saja Jingga memang tidak mengenal Mentari," Fahri pun mencoba untuk membela kekasihnya.

"Sekarang Ibu tidak mengenal Fahri anak Ibu yang baik hati lagi, sepertinya kamu memang sudah dibutakan oleh rasa cinta kepada Jingga," ujar Bu Asih yang kini kecewa terhadap anak nya.

"Maaf Bu, Fahri tidak bermaksud seperti itu, tapi Jingga memang benar-benar gadis yang baik," ujar Fahri.

"Apa mungkin seorang gadis baik-baik tega berbohong kepada kekasihnya, dan yang lebih parahnya lagi dia tega tidak mau mengakui Adik kandungnya sendiri," sindir Bu Asih sehingga wajah Jingga semakin pucat.

Sial, sepertinya Nenek-nenek peyot ini sudah mengetahui semuanya tentang kebohonganku, awas saja Mentari lihat saja nanti, aku pasti akan membuat perhitungan denganmu ! batin Jingga.

"Apa maksud Ibu? Fahri benar-benar tidak mengerti," tanya Fahri.

"Kamu coba tanyakan sendiri kepada perempuan yang selalu kamu puja-puja itu tentang kebohongan yang telah dia perbuat," ujar Bu Asih.

"Sayang, apa ada yang kamu sembunyikan dari aku?" tanya Fahri.

Jingga terdiam sejenak, lalu kemudian dia berpura-pura menangis dan meminta maaf kepada Fahri.

"Sayang, maafkan aku ya karena selama ini aku sudah berbohong, sebenarnya orangtuaku bukan orang kaya, dan benar yang dikatakan Ibu, kalau Mentari adalah Adik kandung aku," ujar Jingga dengan memegang tangan Fahri.

"Hei..kamu jangan menangis, mau seperti apa pun keluarga kamu, aku pasti akan menerima apa adanya, aku tulus mencintai kamu, jadi kamu tidak perlu berbohong lagi ya," ujar Fahri dengan memeluk tubuh Jingga sehingga membuat Bu Asih semakin geram.

"Ayo Mentari, sebaiknya kita keluar dari ruangan ini, karena sepertinya keadaan kita di sini hanya di anggap sebagai obat nyamuk saja," sindir Bu Asih dengan menarik lembut tangan Mentari.

"Bu maafin Fahri ya, bukan maksud Fahri seperti itu, tapi Ibu dengar sendiri kan kalau Jingga sudah meminta maaf kepada Fahri, dan dia sudah berani berkata jujur," ujar Fahri.

"Iya Bu maafin Jingga juga, Jingga tidak bermaksud untuk berbohong, tapi Jingga takut kalau mas Fahri tidak akan menerima Jingga jika tau keadaan Jingga yang sebenarnya," ucap Jingga.

"Hentikan sandiwara kamu Jingga, saya sudah banyak mendengar cerita tentang kamu, sebaiknya kamu hapus airmata buaya kamu !" tegas Bu Asih dengan berlalu keluar bersama Mentari dari ruangan kerja nya.

"Bagaimana ini sayang, sepertinya Ibu kamu tidak menyukaiku mas, beliau pasti sudah terpengaruh oleh ucapan Mentari yang sengaja menjelek-jelekan aku," rengek Jingga dengan memeluk tubuh Fahri.

"Kamu yang sabar ya sayang, aku pasti akan mencoba berbicara kepada Ibu dan berusaha membujuknya supaya merestui hubungan kita," ujar Fahri dengan mengecup lembut kening Jingga.

"Terimakasih ya sayang, aku sangat mencintaimu," ujar Jingga dengan mengecup bibir Fahri, sehingga Fahri pun tersenyum bahagia.

Kamu terlalu bodoh Fahri, selama ini kamu hanya ATM berjalan untukku, kalau ada yang lebih kaya dari kamu juga aku pasti akan langsung mencampakan kamu, batin Jingga dengan tersenyum licik.

"Mulai sekarang kamu harus selalu jujur ya sayang, karena Ibuku tidak suka kepada seorang pembohong, dan kalau kamu butuh sesuatu kamu jangan sungkan-sungkan bilang sama aku, karena aku sudah berniat akan melamar kamu secepatnya," ujar Fahri.

"Tapi sayang, apa tidak terlalu cepat? aku sebenarnya ingin mencari pengalaman kerja dulu dan berbakti kepada orangtuaku, sayang juga kan kalau ijazah ku tidak terpakai," ujar Jingga mencari alasan.

"Baiklah kalau itu keinginanmu sayang, aku akan menunggumu sampai kamu siap, kalau kamu mau, kamu boleh bekerja di perusahaan milikku, dan kamu bisa sambil kuliah juga," ujar Fahri dengan menatap lekat wajah Jingga yang cantik, sehingga dia terbuai dan secara perlahan mendaratkan sebuah kecupan di bibir Jingga.

Semakin lama ciu*man itu semakin memanas, sampai akhirnya turun ke bawah leher Jingga, dan dengan senang hati Jingga bergelayut manja memeluk Fahri.

sampai tiba-tiba..

Pranggggg...

Aktifitas panas mereka terganggu oleh suara piring yang pecah karena terjatuh dari pegangan Mentari, ternyata Fahri dan Jingga tidak sadar jika pintu ruangan tersebut masih terbuka, dan Mentari yang berniat untuk mengantarkan makanan pesanan mereka pun begitu syok melihat pemandangan yang ada di depan matanya.

"Maaf saya tidak bermaksud mengganggu," ujar Mentari dengan langsung memungut pecahan piring yang sudah berserakan di lantai, airmatanya terus mengalir tanpa bisa terbendung lagi.

Mentari merasakan sesak dalam dadanya karena cinta pertamanya bertepuk sebelah tangan, dan yang lebih menyakitkan lagi, perempuan yang dicintai oleh lelaki tersebut adalah Kakak kandungnya sendiri.

"Sayang sebaiknya kita pergi ke suatu tempat saja yuk, mood ku jadi hancur gara-gara Mentari," ajak Jingga dengan menarik tubuh Fahri yang masih melihat ke arah Mentari.

Jingga dan Fahri pun kini melewati Mentari yang masih memungut pecahan piring, dan Fahri nampak iba sehingga berniat untuk membantunya.

"Mentari kamu tidak kenapa-napa kan?" tanya Fahri yang hendak berjongkok untuk membantu Mentari, tapi Jingga langsung merangkul tubuh Fahri.

"Sayang ayo kita pergi, biarkan saja Mentari melakukannya sendiri, itu kan memang sudah pekerjaannya," ujar Jingga yang kini menarik tubuh Fahri dan berlalu dari Restoran tersebut.

Bu Asih kini menghampiri Mentari yang masih terlihat membersihkan pecahan piring.

"Mentari sayang, kamu tidak kenapa-napa kan Nak? kamu jangan bersedih ya karena Fahri dan Jingga juga belum tentu berjodoh, dan Ibu akan selalu berharap jika Mentari yang akan menjadi menantu Ibu kelak," ujar Bu Asih dengan memeluk tubuh Mentari.

"Maaf ya Bu, Mentari sudah memecahkan piringnya, dan makanannya juga jadi mubazir, Ibu bisa memotong gaji Mentari nanti untuk mengganti semua kerugian yang telah Mentari lakukan," ujar Mentari.

"Tidak apa-apa sayang, Mentari juga kan tidak sengaja, justru Ibu yang merasa bersalah sama kamu, pasti saat ini hati kamu merasa sakit karena Fahri dan Jingga," ujar Bu Asih.

"Mas Fahri atau pun Kak Jingga sama sekali tidak berbuat kesalahan terhadap Mentari Bu, lagian Mas Fahri juga kan bukan siapa-siapa Mentari," ujar Mentari dengan tersenyum kecut.

Terpopuler

Comments

Dewi Payang

Dewi Payang

Suatu hati nanti kau akan menyesal Fahri telah mencintai wanita yg salah

2022-11-30

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Jingga, itu salah dirimu yg berbohong, bukan Mentari

2022-11-30

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Aku jg kecewa pd mu Fahri

2022-11-30

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Mentari )
2 Bab 2 ( Diam adalah Emas )
3 Bab 3 ( Semakin menjadi-jadi )
4 Bab 4 ( Bertemu Calon Mertua )
5 Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )
6 Bab 6 ( Kegilaan Jingga )
7 Bab 7 ( Jingga Hilang )
8 Bab 8 ( Berebut Mentari )
9 Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )
10 Bab 10 ( Ciuman Pertama Mentari )
11 Bab 11 ( Restu dari Ibu dan Bapak )
12 Bab 12 ( Jingga Anak Durhaka )
13 Bab 13 ( Pernikahan Jingga yang membuat malapetaka )
14 Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )
15 Bab 15 ( Permintaan Fahri )
16 Bab 16 ( Pernikahan Mentari dan Fahri )
17 Bab 17 ( Kecelakaan maut )
18 Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )
19 Bab 19 ( Pembawa sial )
20 Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )
21 Bab 21 ( Menjadi Janda bukanlah pilihan )
22 Bab 22 ( Ada udang di balik batu )
23 Bab 23 ( Akan tetap menunggu )
24 Bab 24 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
25 Bab 25 ( Harta peninggalan Fahri )
26 Bab 26 ( Getaran aneh dalam dada )
27 Bab 27 ( Penculikan Mentari )
28 Bab 28 ( Dokter Cinta )
29 Bab 29 ( Pernikahan tanpa restu )
30 Bab 30 ( Hasil merebut, pasti direbut juga )
31 Bab 31 ( Siang pertama Mentari dan Angga )
32 Bab 32 ( Berita suka dan Duka )
33 Bab 33 ( Kedatangan keluarga Angga )
34 Bab 34 ( Menantu Benalu )
35 Bab 35 ( Pesta di atas duka )
36 Bab 36 ( Disuruh jualan )
37 Bab 37 ( Tuduhan Selingkuh )
38 Bab 38 ( Rencana licik Jingga )
39 Bab 39 ( Menjagamu dengan Do'a )
40 Bab 40 ( Jingga dan David semakin menjadi-jadi )
41 Bab 41 ( Hinaan Sandra terhadap orangtua Mentari )
42 Bab 42 ( Senjata makan Tuan )
43 Bab 43 ( Jingga mulai beraksi )
44 Bab 44 ( Kehadiran Jingga membawa luka )
45 Bab 45 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )
46 Bab 46 ( Usaha Fajar membantu Mentari )
47 Bab 47 ( Obat Penguras Perut )
48 Bab 48 ( Keracunan di Panti Asuhan )
49 Bab 49 ( Godaan Jingga )
50 Bab 50 ( Kesalahpahaman Angga terhadap Mentari )
51 Bab 51 ( Membuat keretakan dalam rumah tangga Mentari dan Angga )
52 Bab 52 ( Rencana yang gagal total )
53 Bab 53 ( Jatuh kedalam pelukan David )
54 Bab 54 ( Kesialan Jingga )
55 Bab 55 ( Fajar menyelamatkan Mentari )
56 Bab 56 ( Fajar Amnesia )
57 Bab 57 ( Jingga Hamil )
58 Bab 58 ( Pilihan yang sulit )
59 Bab 59 ( Mimpi buruk )
60 Bab 60 ( Jebakan Jingga )
61 Bab 61 ( Penyesalan Angga )
62 Bab 62 ( Perubahan sikap Angga )
63 Bab 63 ( Pasangan Benalu )
64 Bab 64 ( Adikku sayang, Adikku malang )
65 Bab 65 ( Kejujuran Angga )
66 Bab 66 ( Ingatan yang mulai kembali )
67 Bab 67 ( Stella Hamil )
68 Bab 68 ( Pesona David )
69 Bab 69 ( David berada dalam Dilema )
70 Bab 70 ( Pernikahan Dadakan )
71 Pengumuman
72 Pengumuman
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 ( Mentari )
2
Bab 2 ( Diam adalah Emas )
3
Bab 3 ( Semakin menjadi-jadi )
4
Bab 4 ( Bertemu Calon Mertua )
5
Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )
6
Bab 6 ( Kegilaan Jingga )
7
Bab 7 ( Jingga Hilang )
8
Bab 8 ( Berebut Mentari )
9
Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )
10
Bab 10 ( Ciuman Pertama Mentari )
11
Bab 11 ( Restu dari Ibu dan Bapak )
12
Bab 12 ( Jingga Anak Durhaka )
13
Bab 13 ( Pernikahan Jingga yang membuat malapetaka )
14
Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )
15
Bab 15 ( Permintaan Fahri )
16
Bab 16 ( Pernikahan Mentari dan Fahri )
17
Bab 17 ( Kecelakaan maut )
18
Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )
19
Bab 19 ( Pembawa sial )
20
Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )
21
Bab 21 ( Menjadi Janda bukanlah pilihan )
22
Bab 22 ( Ada udang di balik batu )
23
Bab 23 ( Akan tetap menunggu )
24
Bab 24 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
25
Bab 25 ( Harta peninggalan Fahri )
26
Bab 26 ( Getaran aneh dalam dada )
27
Bab 27 ( Penculikan Mentari )
28
Bab 28 ( Dokter Cinta )
29
Bab 29 ( Pernikahan tanpa restu )
30
Bab 30 ( Hasil merebut, pasti direbut juga )
31
Bab 31 ( Siang pertama Mentari dan Angga )
32
Bab 32 ( Berita suka dan Duka )
33
Bab 33 ( Kedatangan keluarga Angga )
34
Bab 34 ( Menantu Benalu )
35
Bab 35 ( Pesta di atas duka )
36
Bab 36 ( Disuruh jualan )
37
Bab 37 ( Tuduhan Selingkuh )
38
Bab 38 ( Rencana licik Jingga )
39
Bab 39 ( Menjagamu dengan Do'a )
40
Bab 40 ( Jingga dan David semakin menjadi-jadi )
41
Bab 41 ( Hinaan Sandra terhadap orangtua Mentari )
42
Bab 42 ( Senjata makan Tuan )
43
Bab 43 ( Jingga mulai beraksi )
44
Bab 44 ( Kehadiran Jingga membawa luka )
45
Bab 45 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )
46
Bab 46 ( Usaha Fajar membantu Mentari )
47
Bab 47 ( Obat Penguras Perut )
48
Bab 48 ( Keracunan di Panti Asuhan )
49
Bab 49 ( Godaan Jingga )
50
Bab 50 ( Kesalahpahaman Angga terhadap Mentari )
51
Bab 51 ( Membuat keretakan dalam rumah tangga Mentari dan Angga )
52
Bab 52 ( Rencana yang gagal total )
53
Bab 53 ( Jatuh kedalam pelukan David )
54
Bab 54 ( Kesialan Jingga )
55
Bab 55 ( Fajar menyelamatkan Mentari )
56
Bab 56 ( Fajar Amnesia )
57
Bab 57 ( Jingga Hamil )
58
Bab 58 ( Pilihan yang sulit )
59
Bab 59 ( Mimpi buruk )
60
Bab 60 ( Jebakan Jingga )
61
Bab 61 ( Penyesalan Angga )
62
Bab 62 ( Perubahan sikap Angga )
63
Bab 63 ( Pasangan Benalu )
64
Bab 64 ( Adikku sayang, Adikku malang )
65
Bab 65 ( Kejujuran Angga )
66
Bab 66 ( Ingatan yang mulai kembali )
67
Bab 67 ( Stella Hamil )
68
Bab 68 ( Pesona David )
69
Bab 69 ( David berada dalam Dilema )
70
Bab 70 ( Pernikahan Dadakan )
71
Pengumuman
72
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!