Mentari akhirnya membiarkan Fahri memeluknya karena dia sudah tidak tau harus berkata apa lagi terhadap Fahri yang selalu saja mempunyai cara untuk membuatnya diam.
Setelah Mentari selesai memasak dia pun akhirnya kembali meminta Fahri untuk melepaskan pelukannya, karena sejak tadi Fahri tidak mau melepaskan pelukannya walaupun Mentari sudah berkali-kali membujuknya.
"Mas Fahri tolong sekarang lepaskan pelukannya, gak pegel apa dari tadi meluk aku terus?" tanya Mentari.
"Mas gak bakalan pegel meskipun selamanya harus meluk kamu," jawab Fahri dengan cengengesan.
"Gak usah gombal deh mas, gombalan mas Fahri itu gak bakalan mempan sama aku," ujar Mentari.
"Mas bukan gombal sayang, tapi itu keinginan dari hati mas Fahri sendiri," jawab Fahri.
"Udah ah daripada kita ngomongin sesuatu yang gak ada faedahnya, sebaiknya kita sarapan dulu sebelum berangkat mencari Kak Jingga," ajak Mentari.
Dengan berat hati akhirnya Fahri melepaskan pelukannya dari Mentari, lalu dia mendudukkan bokongnya di atas Bangku yang biasa digunakan untuk keluarga Mentari makan.
"Mas Fahri, aku mau panggil Bapak sama Ibu dulu ya, kalau mas Fahri mau sarapan duluan silahkan saja," ujar Mentari dengan berlalu menuju warung tempat Ibunya jualan yang letaknya berada di halaman rumah.
"Bu, Pak, masakannya sudah matang, sebaiknya kita sarapan dulu," ajak Mentari.
"Mentari sarapan duluan saja sama Nak Fahri, Bapak masih kenyang karena tadi setelah membantu bersih-bersih di Masjid banyak yang nganterin makanan, jadi Bapak ikut makan juga," ujar Pak Hasan.
"Kalau Ibu juga masih kenyang, soalnya tadi habis minum kopi sama gorengan," ucap Bu Rima.
"Masa Mentari cuma makan berdua sama mas Fahri sih," ujar Mentari.
"Gak apa-apa sayang, kamu harus mulai terbiasa melayani calon Suami kamu dari sekarang," goda Bu Rima.
"Ibu kok ngomongnya gitu? Mas Fahri itu calon Suami Kak Jingga, bukan calon Suami aku. Lagian aku gak mau merebut pacar Kakakku sendiri," ujar Mentari.
"Tapi tadi Nak Fahri sendiri yang sudah berbicara kepada Ibu kalau dia lebih memilih Mentari daripada Jingga," cerita Bu Rima.
"Mentari masih memikirkan semuanya Bu, karena Mentari gak bisa menerima mas Fahri selama dia masih mempunyai hubungan dengan Kak Jingga," ujar Mentari.
"Tapi Bapak lebih mendukung Mentari yang Nikah sama Nak Fahri, Nak Fahri itu lelaki yang soleh Mentari, kasihan jika dia mendapatkan Istri seperti Jingga," ucap Pak Hasan.
"Bapak tidak boleh berbicara seperti itu, mau seperti apa pun Kak Jingga, dia anak Bapak juga, siapa tau kalau menikah dengan lelaki yang soleh, Kak Jingga akan berubah menjadi lebih baik lagi," ucap Mentari.
"Kamu memang berhati mulia Nak, tapi Bapak harap kamu berhenti berkorban untuk Kakak kamu, raihlah kebahagiaanmu bersama lelaki yang Mentari cintai, jangan mengalah terus sama Jingga, Bapak sama Ibu pasti akan merestui kalian berdua," ujar Pak hasan dengan mengelus bahu Mentari.
"Benar kata Bapak Nak, selama ini Mentari sudah banyak berkorban untuk Jingga, sekarang sudah saatnya Mentari memikirkan perasaan Mentari sendiri," tambah Bu Rima dengan memeluk Mentari.
"Makasih banyak ya Bu, Pak, Mentari sangat bersyukur karena mempunyai Ibu dan Bapak yang selalu menyayangi Mentari," ucap Mentari.
Fahri yang melihat dan Mendengar obrolan Mentari bersama kedua orangtuanya pun tersenyum bahagia, dia setidaknya mempunyai harapan untuk Menikah dengan Mentari karena kedua orangtuanya sudah merestui mereka.
Semoga saja kamu menerima cintaku Mentari, mas berjanji akan selalu membahagiakanmu beserta kedua orangtuamu, batin Fahri.
Fahri yang melihat Mentari berjalan menuju rumah pun langsung berlari ke dapur, karena dia takut kepergok sama Mentari kalau sudah menguping pembicaraannya.
"Mas Fahri belum makan ya?" tanya Mentari.
"Belum sayang, mas nungguin kamu," jawab Fahri dengan tersenyum.
"Oh iya, Ibu sama Bapak mana?" tanya Fahri pura-pura tidak tau.
"Ibu sama Bapak katanya masih kenyang, sebaiknya kita sarapan duluan saja mas," ajak Fahri.
Fahri terus saja memandangi wajah Mentari yang sedang mengambilkan nasi dan lauk untuknya.
"Cantik banget sih calon Istri mas Fahri," goda Fahri.
"Mas Fahri ngomong apaan sih gak jelas banget, ini mas nasinya, maaf ya lauknya seadanya," ujar Mentari dengan memberikan piring yang sudah ia isi kepada Fahri.
"Makasih sayang, apa pun yang kamu masak pasti rasanya enak," ucap Fahri, tapi Mentari diam tanpa menjawab perkataan Fahri.
"Kok gak di jawab?" tanya Fahri.
"Lagi makan tuh jangan ngobrol mas, ayo makan jangan senyum-senyum saja," jawab Mentari, sehingga membuat Fahri cemberut.
Ini mungkin karma untukku, karena dulu aku selalu bersikap cuek juga sama Mentari, giliran aku udah bucin sama dia, malah Mentari yang sekarang balik cuek sama aku, batin Fahri.
Setelah mereka berdua selesai sarapan, akhirnya mereka pamit kepada orangtua Mentari untuk mencari keberadaan Jingga.
"Mas Fahri memang biasanya suka pergi kemana kalau sama Kak Jingga?" tanya Mentari setelah mereka berdua masuk ke dalam mobil.
"Aku jarang sih ketemu sama Jingga, paling kalau aku ada waktu kita suka jalan-jalan ke Mall buat belanja keperluan dia, nonton ke bioskop sama makan-makan aja, bahkan aku juga kasih uang bulanan buat bekal Jingga sekolah," jawab Fahri.
"Jadi selama ini mas Fahri kasih uang bulanan juga buat Kak Jingga?" tanya Mentari.
"Iya sayang, memangnya kenapa? bahkan kemarin mas juga kasih kartu kredit buat dia, kamu jangan cemburu ya, mas nanti akan memberikan semua yang mas punya untuk kamu," ucap Fahri dengan mengelus rambut Mentari.
"Bukan itu maksudku mas, aku tidak mengharapkan apa pun dari mas Fahri, tapi aku heran saja, kenapa Kak Jingga selalu memaksa meminta bekal juga sama Ibu kalau memang dia punya uang dari mas Fahri," jelas Mentari.
"Maaf ya Mentari karena mas sudah salah faham, tapi yang mas tau Jingga itu royal sama teman-temannya, dia bilang kalau dia hampir setiap hari mentraktir teman-temannya," ujar Fahri.
"Kak Jingga memang keterlaluan, dia seenaknya ngabisin uang, padahal selama ini kami harus banting tulang mencari biaya untuk dia Sekolah," ujar Mentari dengan meneteskan airmata.
"Kamu yang sabar ya sayang, maaf jika mas baru mengetahui semuanya sekarang, apa Mentari mau masuk SMA juga? kalau mau Mas Fahri bakalan membiayai Sekolah Mentari dan membuat usaha untuk Ibu dan Bapak juga," ujar Fahri.
"Maaf mas, Mentari tidak mau memanfaatkan kebaikan oranglain karena Mentari bukan siapa-siapa mas Fahri, jadi mas Fahri tidak mempunyai kewajiban apa pun terhadap Mentari dan keluarga. Terimakasih banyak atas kebaikan mas Fahri selama ini, dan maaf jika Kak Jingga sudah memanfaatkan mas Fahri," ujar Mentari.
"Kenapa Mentari harus meminta maaf atas kesalahan yang tidak Mentari perbuat?" tanya Fahri.
"Bagaimanapun juga Kak Jingga adalah Kakak kandung mentari mas, jadi sudah seharusnya Mentari meminta maaf atas nama Kak Jingga," jawab Mentari.
"Mas semakin kagum sama kamu Mentari, dan sebentar lagi Mentari beserta Ibu dan Bapak akan menjadi tanggung jawab Mas Fahri, karena setelah bertemu dengan Jingga nanti mas Fahri akan mengakhiri hubungan kami dan akan segera menjadikan Mentari sebagai Istri mas Fahri," ujar Fahri, sehingga membuat Mentari berada dalam dilema.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Didin Wahidin
anyiiing iklan wae
2025-01-28
0
Dewi Payang
Bagus Mentari👍
2023-02-08
1
Syhr Syhr
Jingga kamu memang benar-benar, 😡 kesel aku.
2022-11-14
1