Fahri terus saja memeluk tubuh Mentari dengan erat, dia seakan tidak mau melepaskan pelukannya, walaupun berkali-kali Mentari mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan Fahri.
"Mas Fahri, tolong jangan seperti ini, kita bukan muhrim mas," Mentari mencoba untuk mengingatkan Fahri.
"Mas mohon sama kamu, biarkan mas memeluk tubuhmu sebentar saja, mas sangat menyesal karena baru menyadari semuanya sekarang Mentari," ucap Fahri.
"Mas Fahri harus ingat, jika Mentari ini......hmmpt," tiba-tiba Fahri membungkam mulut Mentari dengan bibirnya.
Mentari merasa terkejut, sehingga dia mendorong tubuh Fahri dengan keras, dan akhirnya pelukan Fahri pun terlepas.
"Mentari kecewa sama mas Fahri, kenapa mas Fahri tega mengambil ciuman pertama Mentari, padahal Mentari selalu menjaganya untuk Suami Mentari nanti, asal mas tau kalau Mentari bukan perempuan murahan !!" ucap Mentari dengan berlinang airmata.
"Mentari maafin mas Fahri karena tidak bisa menahan semuanya, mas Fahri tidak bermaksud merendahkan Mentari, mas janji kalau mas akan menikahi kamu," ujar Fahri.
"Lalu bagaimana dengan Kak Jingga? aku tidak yakin jika mas Fahri benar-benar tulus mencintaiku, tidak semudah itu melupakan orang yang kita cintai mas, bahkan mas sudah berhubungan dengan Kak Jingga selama 2 tahun dan mungkin saat ini mas hanya kecewa saja dengan Kak Jingga, sehingga mas Fahri menjadikan Mentari sebagai pelarian dan permainan saja !!" tegas Mentari.
"Mas benar-benar tulus cinta sama kamu Mentari, tidak ada maksud sedikit pun menjadikan kamu sebagai pelarian apalagi untuk mempermainkan kamu, kalau perlu besok kita menikah supaya kita bisa pacaran setelah menikah," ajak Fahri.
"Maaf mas, aku perlu memikirkan semuanya, sebaiknya sekarang mas Fahri beristirahat," ucap Mentari.
"Mas benar-benar minta maaf sama Mentari karena mas sudah lancang mencium kamu, tapi mas akan terus berusaha untuk memperjuangkan cinta kamu," ucap Fahri dengan tersenyum.
Mentari pun kini berlalu dari kamarnya meninggalkan Fahri yang masih menatap lekat wajahnya.
Kamu benar-benar cantik alami Mentari, aku mencintai semua yang ada dalam dirimu yang begitu sempurna, begitu bodohnya aku karena baru menyadari semuanya sekarang, batin Fahri.
Mentari kini masuk ke dalam kamar Jingga dan ia berkali-kali menghembuskan nafasnya secara kasar karena dia masih terbayang ciuman pertamanya yang di ambil oleh Fahri sehingga Mentari terus saja memegangi bibirnya.
Selama ini aku selalu mengagumi mas Fahri, bahkan ketika pertama kali aku bertemu dengan mas Fahri aku sudah jatuh hati kepadanya, tapi kenapa baru sekarang mas Fahri mempunyai perasaan yang sama denganku ketika statusnya saat ini adalah calon Suami Kakakku sendiri, batin Mentari, sehingga dia meneteskan airmata.
Mentari sama sekali tidak dapat memejamkan matanya. Wajah tampan Fahri kini menari-nari dalam pikirannya, ada bahagia sekaligus luka dalam hatinya karena dia tidak mau menjadi duri dalam hubungan Fahri dan Jingga, bahkan tidak sedikit pun terpikirkan oleh Mentari untuk merebut pacar Kakaknya sendiri.
Mentari baru bisa memejamkan matanya setelah jam 04.00, dan ketika suara Adzan subuh terdengar berkumandang Mentari pun kembali terbangun, padahal dia baru tidur setengah jam saja.
Sudah menjadi kebiasaan Mentari setelah selesai Shalat subuh dia selalu menyempatkan untuk mengaji.
Fahri yang baru pulang dari Mesjid pun sampai tertegun mendengar lantunan ayat suci yang terdengar sangat merdu dan menyejukkan hati.
Subhanallah, ternyata selain cantik Mentari juga pintar mengaji dan suaranya begitu merdu. Semoga saja Mentari ditakdirkan untuk menjadi Istri dan Ibu dari Anak-anakku kelak, batin Fahri.
"Nak Fahri ternyata sudah pulang dari Mesjid ya, Bapak kemana Nak?" tanya Bu Rima, sehingga menyadarkan Fahri dari lamunannya.
"Bapak tadi meminta Fahri pulang duluan Bu, soalnya beliau berniat membantu membersihkan Mesjid terlebih dahulu. Fahri juga sebenarnya ingin membantu, tapi Bapak melarangnya," jawab Fahri.
"Oh begitu, mungkin Bapak gak enak sama Nak Fahri, kan Nak Fahri di sini tamu," ucap Bu Rima.
"Bu sebenarnya Fahri ingin menjadi bagian dari keluarga ini secepatnya," ujar Fahri yang kini duduk berhadapan dengan Bu Rima.
"Bukannya Nak Fahri memang calon Suami Jingga? dan apa Nak Fahri sudah memikirkannya baik-baik, setelah mengetahui keadaan ekonomi keluarga Jingga serta dapat menerima Jingga dengan tabiat buruknya?" tanya Bu Rima.
"Sebenarnya dari awal Ibu saya tidak merestui hubungan saya dan Jingga karena beliau menginginkan saya menikah dengan Mentari, tapi saya selalu membantah perkataan Ibu," ucap Fahri.
"Jika memang Ibu Nak Fahri tidak merestui hubungan Nak Fahri dan Jingga, sebaiknya Nak Fahri ikuti saja perkataan Ibu Nak Fahri, karena seorang Ibu menginginkan yang terbaik untuk Anaknya dan Nak Fahri tidak boleh menjadi Anak durhaka karena melawan perintah beliau," ujar Bu Rima.
"Iya Bu, saya juga berpikir seperti itu dan saya baru sadar jika saya sudah jatuh cinta sama Mentari, tapi Mentari belum menjawab pernyataan cinta saya, apalagi menerimanya," ucap Fahri.
"Maaf Nak karena Ibu tidak dapat membantu Nak Fahri untuk berbicara kepada Mentari, karena semua keputusan ada di tangan Mentari, mungkin Mentari tidak mau merebut pacar Kakaknya sendiri, jadi dia belum bisa menerima Nak Fahri, karena Ibu tau betul sifat Mentari yang baik hati dan selalu mengalah," ujar Bu Rima.
"Iya Bu, makanya saya lebih memilih Mentari untuk saya jadikan Istri, karena saya sangat mengagumi kepribadian Mentari," ucap Fahri dengan tersenyum malu.
"Terimakasih ya Nak Fahri, karena Nak Fahri sudah tulus mencintai Anak Ibu, dan Ibu yakin kalau sebenarnya Mentari juga mempunyai perasaan yang sama kepada Nak Fahri," ucap Bu Rima.
"Siapa Bu yang mencintai mas Fahri?" tanya Mentari yang kini tiba-tiba muncul dari dapur dengan membawa secangkir kopi dan sepiring gorengan buatannya.
"Panjang umur kamu Nak, baru saja kami berdua ngomongin kamu," ujar Bu Rima.
"Memangnya kenapa Ibu membicarakan Mentari dengan mas Fahri? seharusnya yang Ibu bicarakan itu hubungan mas Fahri dengan Kak Jingga, karena Mentari dan Mas Fahri tidak mempunyai hubungan apa-apa," jelas Mentari, sehingga membuat dada Fahri terasa sesak.
Setelah Mentari menyimpan kopi dan gorengan di atas meja, Mentari langsung bergegas kembali ke dapur untuk memasak. Fahri dan Bu Rima pun hanya saling berpandangan melihat sikap Mentari yang tidak seperti biasanya.
"Maaf ya Nak Fahri, mungkin Mentari sedang banyak pikiran makanya dia bersikap seperti itu, dan maaf juga Ibu harus meninggalkan Nak Fahri sendirian karena Ibu harus kembali ke warung," ujar Bu Rima.
"Iya Bu Silahkan," jawab Fahri.
Setelah Bu Rima pergi, Fahri kini menghampiri Mentari yang terlihat sibuk memasak di dapur.
Tiba-tiba Mentari merasakan pelukan dari belakang tubuhnya, dan dia tau jika itu adalah Fahri.
"Maaf mas Fahri tolong lepaskan pelukannya, tidak enak jika ada oranglain yang lihat, nanti mereka bisa salah paham terhadap kita," ucap Mentari.
"Kalau mas tidak mau melepaskannya kamu mau apa?" tanya Fahri.
"Aku mau berteriak supaya Ibu dan Bapak datang ke sini," ucap Mentari.
"Kalau begitu berteriaklah supaya kita langsung di Nikahkan," goda Fahri, sehingga membuat Mentari tidak dapat mengucapkan sepatah kata pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
himawatidewi satyawira
ri..jngn nyosor gitu dong, pengen geplak tu tngn pake sutil
2023-10-21
1
Dul...😇
sholat nya rajin tapi kok bisa main nyosor aja si thor.yalng benar aja lah kalau bikin karakter tokoh nya.sifatnya kok terlalu gampang berubah
2023-04-11
0
Dewi Payang
Fahri udah lupa sama Jingga😁
2023-02-07
1