Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )

Bu Rima dan kedua Polisi yang melihat Mentari pingsan pun kini membantu mengangkatnya ke dalam kamar Mentari yang masih terlihat sangat indah dengan banyak hiasan bunga di dalamnya. Bu Rima dan kedua Polisi tersebut merasa prihatin karena Mentari harus melewati malam pertama Pernikahannya dengan tangisan.

"Terimakasih banyak ya Pak, karena sudah membantu mengangkat anak saya," ucap Bu Rima.

"Iya sama-sama Bu, kalau begitu kami permisi dulu, sekali lagi kami turut berduka cita," ucap kedua Polisi yang telah mengabarkan kecelakaan yang menimpa Fahri dan Bu Asih.

Beberapa saat kemudian Pak Hasan terdengar mengucapkan Salam karena baru pulang dari Mesjid.

Pak Hasan langsung menuju kamar Mentari karena terdengar suara tangisan Bu Rima dari dalam sana.

"Bu kenapa menangis? apa yang sudah terjadi, kenapa Mentari sampai pingsan?" tanya Pak Hasan.

"Barusan ada dua orang Polisi yang datang kemari Pak, mereka memberikan kabar kalau Nak Fahri dan Bu Asih meninggal dunia karena kecelakaan," jawab Bu Rima.

"Innalillahi waina ilaihi raji'un, kasihan kamu Nak, pasti Mentari sangat syok menerima kabar ini, padahal baru tadi siang kita merasakan bahagia," ujar Pak Hasan yang kini ikut menangis juga.

"Iya Pak, kenapa nasib Putri kita seperti ini, padahal Mentari belum sampai satu hari menjadi seorang Istri, tapi dia harus menjadi janda di usianya yang masih muda."

"Semua ini sudah takdir Allah SWT Bu, semoga saja Mentari bisa ikhlas dan tabah dalam menghadapi semua ini," ujar Pak Hasan.

Beberapa saat kemudian Mentari pun sadar dan langsung berteriak menyebut nama Fahri.

"Mas Fahri"

"Alhamdulillah Nak, akhirnya Mentari sadar juga," ucap Bu Rima.

"Bu, Mentari cuma mimpi kan? tidak mungkin mas Fahri dan Bu Asih meninggal dunia, mas Fahri juga tadi bilang cuma pergi sebentar Bu," tanya Mentari.

Bu Rima dan Pak Hasan langsung memeluk tubuh Mentari yang terus saja menangis.

"Mentari yang sabar ya Nak, ikhlaskan kepergian Nak Fahri dan Bu Asih supaya mereka bisa pergi dengan tenang. Kalau begitu biar Ibu saja yang pergi ke Rumah Sakit untuk mengurus kepulangan Jenazah mereka, kasihan juga kalau dibiarkan terlalu lama karena hanya kita keluarga yang mereka punya saat ini," ucap Bu Rima.

"Mentari ikut Bu."

"Apa Mentari yakin kalau Mentari kuat jika melihat Jenazah nya nanti?" tanya Bu Rima.

"Insyaallah Bu, Mentari akan berusaha kuat demi mas Fahri dan Bu Asih," jawab Mentari.

"Ya sudah kalau begitu Ibu dan Mentari hati-hati ya, biar Bapak nanti meminta bantuan kepada tetangga untuk mempersiapkan semua keperluan nya di sini."

Mentari dan Bu Rima akhirnya berangkat dengan menggunakan Grab yang sebelumnya sudah Bu Rima pesan.

Sesampainya di Rumah Sakit, mereka berdua mengurus administrasi kepulangan Jenazah, untung saja sebelum pergi Fahri sudah memberikan semua ATM yang dia punya kepada Mentari, jadi Mentari tidak kesusahan harus mencari uang.

Mentari dan Bu Rima kini di antar ke ruang Jenazah oleh salah satu perawat di sana, tubuh Mentari sudah gemetar hebat, rasanya dia tidak sanggup untuk melihat Jenazah Suami dan mertuanya. Bu Rima langsung saja memeluk tubuh Mentari dan mencoba untuk menguatkannya.

"Istighfar Nak, Ibu yakin Mentari pasti kuat, Mentari harus ingat, jangan sampai airmata Mentari menetes di tubuh Jenazah ya, supaya mendiang Nak Fahri dan Bu Asih tidak merasa berat untuk pergi," ucap Bu Rima yang hanya dibalas anggukan kepala oleh Mentari.

Ketika penutup Jenazah di buka, Mentari langsung menutup mulutnya supaya dia tidak mengeluarkan tangisannya yang langsung pecah ketika melihat Jenazah orang yang sangat dia cintai.

Dengan langkah kaki yang gemetar, Mentari kini mendekati Jenazah Suami dan Mertuanya dengan di dampingi Bu Rima.

"Mas Fahri, Ibu, kenapa kalian berdua pergi secepat ini, kenapa mas Fahri tega meninggalkan Mentari?" ucap Mentari dengan memeluk Jenazah Suaminya. Bu Rima yang melihatnya pun tidak kuasa meneteskan airmata.

"Mas Fahri bangun mas, mas Fahri sudah berjanji kan kalau mas Fahri akan selalu ada untuk Mentari dan akan selalu Menjaga Mentari," ucap Mentari dengan menjatuhkan tubuhnya di samping jenazah Fahri supaya airmatanya tidak menetes di tubuh Fahri.

Bu Rima dan Perawat yang berada di sana sampai ikut menangis mendengar tangisan Mentari yang sangat memilukan hati.

Sesaat kemudian Supir Ambulance telah datang untuk membawa Kedua Jenazah ke rumah duka.

Mentari menemani jenazah Fahri, sedangkan Bu Rima menemani Jenazah Bu Asih di mobil Ambulance satunya lagi.

Sepanjang perjalanan Mentari terus saja memegangi Jenazah dengan melapalkan do'a, dan anehnya Jenazah Fahri maupun Bu Asih tidak memiliki luka sedikit pun ditubuhnya.

Sesekali Mentari menciumi wajah Suaminya serta membelai wajah tampannya yang saat ini sudah terbujur kaku.

"Mas Fahri, terimakasih ya atas semua kebahagiaan yang telah mas Fahri berikan, Mentari pasti akan selalu mengirim do'a untuk mas Fahri," ucap Mentari dengan terus mengelap airmatanya yang menetes.

Setelah kedua mobil Jenazah sampai di halaman rumah Mentari, tetangga Mentari pun langsung membantu mengangkat jenazah untuk di mandikan.

Mentari langsung lemas ketika turun dari Ambulance karena dia melihat bendera kuning di rumahnya yang di pasang di bawah janur kuning Pernikahannya.

Semua ini rasanya seperti mimpi buruk untukku mas, Ya Allah kuatkan hati hamba dalam menjalani semua cobaan ini, batin Mentari.

Bu Rima yang baru turun dari Ambulance pun bergegas menghampiri Mentari yang sudah terlihat lemas.

Akhirnya Mentari di bawa masuk oleh Bu Rima ke dalam kamarnya dengan dibantu tetangga yang datang melayat.

Mentari sebaiknya istirahat dulu ya, Ibu tau ini semua berat untuk Mentari, tapi Ibu yakin kalau Mentari pasti kuat menghadapi semua ini," ujar Bu Rima dengan memeluk tubuh Mentari.

"Bu, kenapa mas Fahri pergi begitu cepat, kenapa mas Fahri tidak mengajak Mentari untuk ikut dengannya."

"Kenapa Mentari berbicara seperti itu? apa Mentari tega meninggalkan Ibu dan Bapak? Mentari tau sendiri kan kalau hanya Mentari yang Ibu dan Bapak punya saat ini, jadi Ibu mohon Mentari jangan berbicara seperti itu lagi," ujar Bu Rima dengan menangis karena melihat Mentari yang saat ini begitu rapuh.

"Mentari banyak-banyak dzikir ya, Mentari tadi lihat sendiri kalau semua orang begitu kagum melihat jenazah Nak Fahri dan Bu Asih yang begitu bercahaya, di tubuh mereka juga tidak terdapat luka sedikit pun padahal keadaan mobil yang mereka tumpangi hancur parah. Mentari harus tau mungkin keadaan mereka seperti itu karena selama hidupnya mereka berdua selalu berbuat baik," ucap Bu Rima.

"Tapi Mentari sangat mencintai mas Fahri Bu, Mentari belum bisa menerima semua ini," jawab Mentari.

"Kamu jangan seperti ini Nak, kamu harus ikhlas, kasihan Nak Fahri dan Bu Asih jika sampai melihat Mentari yang selalu kuat kini menjadi rapuh dan mereka pasti akan sedih. Sebaiknya sekarang kita terus berdo'a untuk Almarhum dan Almarhumah ya, saat ini hanya do'a yang mereka butuhkan sebagai cahaya penerang jalan mereka menuju tempat keabadian."

Terpopuler

Comments

Mommy QieS

Mommy QieS

Dua kuntum bunga aku persembahkan untuk mu Fahri dan Bu Asih untuk yang terakhir kalinya 😭😭🌹🌹

2022-11-02

1

Mommy QieS

Mommy QieS

😭😭😭😭😭😭😭

2022-11-02

1

Mommy QieS

Mommy QieS

Subhanallah.. keajaiban

2022-11-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ( Mentari )
2 Bab 2 ( Diam adalah Emas )
3 Bab 3 ( Semakin menjadi-jadi )
4 Bab 4 ( Bertemu Calon Mertua )
5 Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )
6 Bab 6 ( Kegilaan Jingga )
7 Bab 7 ( Jingga Hilang )
8 Bab 8 ( Berebut Mentari )
9 Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )
10 Bab 10 ( Ciuman Pertama Mentari )
11 Bab 11 ( Restu dari Ibu dan Bapak )
12 Bab 12 ( Jingga Anak Durhaka )
13 Bab 13 ( Pernikahan Jingga yang membuat malapetaka )
14 Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )
15 Bab 15 ( Permintaan Fahri )
16 Bab 16 ( Pernikahan Mentari dan Fahri )
17 Bab 17 ( Kecelakaan maut )
18 Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )
19 Bab 19 ( Pembawa sial )
20 Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )
21 Bab 21 ( Menjadi Janda bukanlah pilihan )
22 Bab 22 ( Ada udang di balik batu )
23 Bab 23 ( Akan tetap menunggu )
24 Bab 24 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
25 Bab 25 ( Harta peninggalan Fahri )
26 Bab 26 ( Getaran aneh dalam dada )
27 Bab 27 ( Penculikan Mentari )
28 Bab 28 ( Dokter Cinta )
29 Bab 29 ( Pernikahan tanpa restu )
30 Bab 30 ( Hasil merebut, pasti direbut juga )
31 Bab 31 ( Siang pertama Mentari dan Angga )
32 Bab 32 ( Berita suka dan Duka )
33 Bab 33 ( Kedatangan keluarga Angga )
34 Bab 34 ( Menantu Benalu )
35 Bab 35 ( Pesta di atas duka )
36 Bab 36 ( Disuruh jualan )
37 Bab 37 ( Tuduhan Selingkuh )
38 Bab 38 ( Rencana licik Jingga )
39 Bab 39 ( Menjagamu dengan Do'a )
40 Bab 40 ( Jingga dan David semakin menjadi-jadi )
41 Bab 41 ( Hinaan Sandra terhadap orangtua Mentari )
42 Bab 42 ( Senjata makan Tuan )
43 Bab 43 ( Jingga mulai beraksi )
44 Bab 44 ( Kehadiran Jingga membawa luka )
45 Bab 45 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )
46 Bab 46 ( Usaha Fajar membantu Mentari )
47 Bab 47 ( Obat Penguras Perut )
48 Bab 48 ( Keracunan di Panti Asuhan )
49 Bab 49 ( Godaan Jingga )
50 Bab 50 ( Kesalahpahaman Angga terhadap Mentari )
51 Bab 51 ( Membuat keretakan dalam rumah tangga Mentari dan Angga )
52 Bab 52 ( Rencana yang gagal total )
53 Bab 53 ( Jatuh kedalam pelukan David )
54 Bab 54 ( Kesialan Jingga )
55 Bab 55 ( Fajar menyelamatkan Mentari )
56 Bab 56 ( Fajar Amnesia )
57 Bab 57 ( Jingga Hamil )
58 Bab 58 ( Pilihan yang sulit )
59 Bab 59 ( Mimpi buruk )
60 Bab 60 ( Jebakan Jingga )
61 Bab 61 ( Penyesalan Angga )
62 Bab 62 ( Perubahan sikap Angga )
63 Bab 63 ( Pasangan Benalu )
64 Bab 64 ( Adikku sayang, Adikku malang )
65 Bab 65 ( Kejujuran Angga )
66 Bab 66 ( Ingatan yang mulai kembali )
67 Bab 67 ( Stella Hamil )
68 Bab 68 ( Pesona David )
69 Bab 69 ( David berada dalam Dilema )
70 Bab 70 ( Pernikahan Dadakan )
71 Pengumuman
72 Pengumuman
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1 ( Mentari )
2
Bab 2 ( Diam adalah Emas )
3
Bab 3 ( Semakin menjadi-jadi )
4
Bab 4 ( Bertemu Calon Mertua )
5
Bab 5 ( Kebohongan yang terbongkar )
6
Bab 6 ( Kegilaan Jingga )
7
Bab 7 ( Jingga Hilang )
8
Bab 8 ( Berebut Mentari )
9
Bab 9 ( Ungkapan Cinta Fahri )
10
Bab 10 ( Ciuman Pertama Mentari )
11
Bab 11 ( Restu dari Ibu dan Bapak )
12
Bab 12 ( Jingga Anak Durhaka )
13
Bab 13 ( Pernikahan Jingga yang membuat malapetaka )
14
Bab 14 ( Menerima Pinangan Fahri )
15
Bab 15 ( Permintaan Fahri )
16
Bab 16 ( Pernikahan Mentari dan Fahri )
17
Bab 17 ( Kecelakaan maut )
18
Bab 18 ( Janur kuning dan Bendera kuning )
19
Bab 19 ( Pembawa sial )
20
Bab 20 ( Perjuangan cinta Angga )
21
Bab 21 ( Menjadi Janda bukanlah pilihan )
22
Bab 22 ( Ada udang di balik batu )
23
Bab 23 ( Akan tetap menunggu )
24
Bab 24 ( Apa yang kita tanam, itu juga yang akan kita tuai )
25
Bab 25 ( Harta peninggalan Fahri )
26
Bab 26 ( Getaran aneh dalam dada )
27
Bab 27 ( Penculikan Mentari )
28
Bab 28 ( Dokter Cinta )
29
Bab 29 ( Pernikahan tanpa restu )
30
Bab 30 ( Hasil merebut, pasti direbut juga )
31
Bab 31 ( Siang pertama Mentari dan Angga )
32
Bab 32 ( Berita suka dan Duka )
33
Bab 33 ( Kedatangan keluarga Angga )
34
Bab 34 ( Menantu Benalu )
35
Bab 35 ( Pesta di atas duka )
36
Bab 36 ( Disuruh jualan )
37
Bab 37 ( Tuduhan Selingkuh )
38
Bab 38 ( Rencana licik Jingga )
39
Bab 39 ( Menjagamu dengan Do'a )
40
Bab 40 ( Jingga dan David semakin menjadi-jadi )
41
Bab 41 ( Hinaan Sandra terhadap orangtua Mentari )
42
Bab 42 ( Senjata makan Tuan )
43
Bab 43 ( Jingga mulai beraksi )
44
Bab 44 ( Kehadiran Jingga membawa luka )
45
Bab 45 ( Tidak semua bisa dibeli dengan uang )
46
Bab 46 ( Usaha Fajar membantu Mentari )
47
Bab 47 ( Obat Penguras Perut )
48
Bab 48 ( Keracunan di Panti Asuhan )
49
Bab 49 ( Godaan Jingga )
50
Bab 50 ( Kesalahpahaman Angga terhadap Mentari )
51
Bab 51 ( Membuat keretakan dalam rumah tangga Mentari dan Angga )
52
Bab 52 ( Rencana yang gagal total )
53
Bab 53 ( Jatuh kedalam pelukan David )
54
Bab 54 ( Kesialan Jingga )
55
Bab 55 ( Fajar menyelamatkan Mentari )
56
Bab 56 ( Fajar Amnesia )
57
Bab 57 ( Jingga Hamil )
58
Bab 58 ( Pilihan yang sulit )
59
Bab 59 ( Mimpi buruk )
60
Bab 60 ( Jebakan Jingga )
61
Bab 61 ( Penyesalan Angga )
62
Bab 62 ( Perubahan sikap Angga )
63
Bab 63 ( Pasangan Benalu )
64
Bab 64 ( Adikku sayang, Adikku malang )
65
Bab 65 ( Kejujuran Angga )
66
Bab 66 ( Ingatan yang mulai kembali )
67
Bab 67 ( Stella Hamil )
68
Bab 68 ( Pesona David )
69
Bab 69 ( David berada dalam Dilema )
70
Bab 70 ( Pernikahan Dadakan )
71
Pengumuman
72
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!